Chapter|12

5.5K 664 26
                                    

"Cherry..tuh dapat kiriman bunga."

Ocean mengerem, tak jadi melewati Scarlett yang duduk di meja kerja Coco dengan bertumpuk snack. Ada Jules, Nico dan Remy yang ikut memilih snack dalam keranjang kecil yang dipangku oleh rekannya. "Bunga dari siapa kak?" terdengar pekik kecil Cherry, yang baru saja masuk ke dalam kantor setelah pergi rapat dengan si direktur.

"Siapa lagi Cherry sayang? Dari penggemar you lah" ucap Scarlett yang sedang mengunyah chocolate bar.

Cherry membau buket bunga, tersenyum. Ada-ada saja kelakuan para lelaki lajang, pengejar cinta di gedung perkantoran ini.

Ocean mengernyitkan dahi, kemana saja dia selama ini dan baru tahu bahwa karyawati barunya kerap dikirimi barang-barang dari penggemar mereka. Tak langsung masuk ke dalam ruang kerjanya dan bergabung dengan tim 1.

Laki-laki itu mengulurkan tangan pada sebungkus potato chips. Sekali mendayung, dua tiga pulang terlampaui. Sambil mengobrol dengan tim 1, juga mencuri-curi pandang pada gadis paling cantik berkemeja kotak-kotak dan celana jeans yang sejak pagi tak dilihatnya. Tesha tengah fokus menggarap laporan, di mejanya bersama Kim. "Banyak banget snack kalian. Sekalian saja kalian bukan warung" komentar Ocean.

"Nah, kalau snack ini semua dari penggemar Tesha."

Ocean membatu, selama seper-sekian detik. Tentu, dia baru tahu.

"Siapa yang kurang kerjaan begini, niatnya ke kantor mau kerja atau bagaimana?" Ocean melempar bungkus potato chips ke ranjang. Tiba-tiba tak sudi makan snack-snack ini.

"Nah kalau ini gampang" Scarlett menimpali dengan cepat. "Lihat saja bungkus snack-snack ini. Departemen atau anak perusahaan yang mana di antara 40 lantai gedung perkantoran ini yang baru datang dari Jepang misalnya" gadis itu menunjuk Castella dari Fukusaya pada keranjang besar di bawahnya. Scarlett juga menunjuk beberapa produk Kit-Kat dengan beragam rasa.

"Atau yang baru pulang liburan dari Belgia" Jules menunjuk satu toples jelly beans dan sekotak black chocolate.

Dijelaskan begitu, Ocean mendengus kesal. Laki-laki itu menendang keranjang dari anyaman bambu yang penuh dengan snack dengan ujung sepatunya lalu masuk ke ruang kerja dengan menggerutu, "kurang kerjaan."

"Dasar sirik.." cibir Scarlett, dia berdecak tepat setelah pintu ruang kerja si boss menutup.

"Lagian di mana kita bisa dapat jodoh kalau gak usaha di tempat kerja? Seharian kita di kantor" ucap Jules menimpali.

"Gak juga. Gue nikah sama anak temen arisan bunda" timpal Remy.

"Ya kan elu emang mama boy. Bini aja kudu dipilihin bunda" Scarlett merampas bungkus potato chips yang ditelantarkan si direktur saat Nico baru saja meraihnya.

"Balikin gak?" Nico mulai mengancam.

Diancam begitu, Scarlett bukannya mengalah justru semakin menjadi-jadi. Dia turun dari atas meja Coco, memilih semua produk potato chips yang sama dan pamit undur diri ke mejanya sendiri. Nico menggeram kesal, mengejar Scarlett. Kini menyisakan Jules dan Remy yang melongo. Coco, hanya diam. Dia mengusap-usap dagu, menggerak naik-turunkan alis pada Jesse yang menatap tajam pada pintu ruang kerja si direktur. Sejak tadi, Jesse menyimak percakapan mereka.

ooooo

"I don't think our clothes suitable for dinner date" Tesha protes begitu Ocean membukakan pintu mobil untuknya.

Ocean menggeleng, "you look great."

Tesha menerima uluran tangan si direktur meski tak yakin. Mereka baru pulang kantor dan yang dia pakai hari ini cuma kemeja dan celana jeans. Mereka disambut waitress yang mengarahkan pada meja. Sebuah restoran outdoor di samping pantai yang direservasi mendadak oleh Ocean sore ini juga.

The SuccessorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang