Extended Ver|26

4.1K 541 25
                                    

Ocean Karunasankara, sebelas tahun pernah bekerja pada Probowinoto Group. Tak terhitung berapa kali bertemu dengan Edwin, pada Rapat Gabungan Direksi dan Komisariat atau pada gelaran peresmian dan perayaan hari-hari penting korporasi. Namun, ini pertama kalinya Ocean merasa segugup ini. Tiap sendi dalam tubuhnya serasa rontok satu per-satu. Jantung berpacu berkali-kali lipat lebih cepat dan kedua tapak kaki tangannya tak bisa diam dengan tenang. Dia duduk tegak, dengan punggung yang mulai basah karena keringat. Edwin, bukan sekedar pihak yang akan membeli dan mendanai Prime Custom. Sebuah perusahaan start up, titik awal Ocean dalam upayanya menghampiri Sima.

Edwin, adalah ayah dari perempuan yang mendorongnya berjuang sedemikian keras dan gigih. Tak sedikit pun perasaan Ocean berubah sejak Sima memasuki pintu ruang rapat di lantai 20, hampir dua tahun lalu. Meski Ocean hanya bisa melihat pujaan hatinya itu lewat media selama ini.

"Saya optimis bisnis otomotif dan motor Probowinoto Group bisa dimulai dari Prime Custom, Mr. Edwin. Terlebih, jika kita berhasil membeli mesin dan teknologi yang ditawarkan Mr. Bertram dan Mr. Juergen. Dua insinyur otomotif asal Jerman."

"Motor dan mobil pabrikan Probowinoto Group."

"Saya akan memastikan komunikasi dengan Mr.Bertram dan Mr.Jurgen berujung pada kesepakatan penjualan mesin dan teknologi itu pada Prime Custom, Mr.Edwin. Jika anda memberi saya kesempatan untuk membuktikan."

Meski berkata sedemikian tegas dan yakin, nyatanya perut Ocean mulai bergejolak di dalam sana. Edwin mengangguk-anggukan kepala, dengan seutas senyuman tertahan. Prime Custom, garis start yang tentu kalah jauh jika dibandingkan Purnomo Motors tapi Edwin lebih memilih perusahaan start up yang tak jelas masa depannya itu dibanding bergandengan tangan dengan Purnomo Motors atau Artomoro Group.

Jika bayaran dari kerja sama adalah melalui jalan menikahkan Sima dengan salah satu pewaris dua keluarga konglomerat itu, Edwin tak akan pernah setuju. Sima, putri kecilnya yang malang tak akan menikahi laki-laki mana pun dengan dalih bisnis.

Itu janji Edwin pada mendiang istrinya.

Edwin bertekad menghabiskan seluruh aset kekayaan di bawah namanya untuk menjadikan Prime Custom, anak perusahaan Probowinoto Group di bidang otomotif. Nyatanya, memberontak Luhung tanpa rencana matang seperti selama ini tak akan bisa menyelamatkan masa depan pernikahan Sima.

"Aku tak yakin kamu mampu membujuk mereka, mas Ocean" Edwin tergelak karena raut muka Ocean, lucu di matanya. "Tidak dengan tangan gemetarmu itu, nak."

"Mr.Edwin, saya.." Edwin menggeleng, mengisyaratkan Ocean untuk mencicipi minuman yang dia tuangkan.

Ocean mengusap telapak tangannya yang berkeringat sebelum menyentuh gelas minuman.

"Bagaimana kalau kita membicarakan seseorang yang sama-sama kita kenal, untuk mengatasi kegugupanmu itu..mas? Sebelum kita membicarakan Prime Custom" Ocean menelan ludahnya kelat, ragu-ragu menganggukkan kepala.


Sima.

Gusti Sima Probowinoto.


Seseorang yang ingin dibicarakan Edwin dengannya. Sosok yang sama-sama dicintai oleh dua laki-laki ini, Sima.

Meski tak sekejap pun perempuan itu pergi dari hati dan pikiran, sejak Ocean melihatnya untuk pertama kali. Namun Ocean yakin, Edwin jauh lebih mencintai pujaan hatinya itu dari pada dirinya.

Sima, alasan dua laki-laki ini. Alasan Ocean menggunakan seluruh tabungan masa tuanya, tiap koneksi dan kapabilitas untuk mendirikan dan mendaftarkan Prime Custom. Alasan yang sama, bagi Edwin untuk membeli dan mendanai perusahaan start up ini.

The SuccessorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang