Chapter|06

6.1K 739 36
                                    

"Sima? Siapa itu Sima?" Coco memicingkan mata saat Jesse bertanya balik padanya, di pantry hanya mereka berdua.

"Gusti Sima Probowinoto. Cucu perempuan Mr.Luhung" Jesse tak jadi menyeruput kopi dari cangkirnya. "Kakek tua pendiri perusahaan ini?" tanyanya lagi. Wow, santai saja Jesse menyebut Luhung Probowinoto seorang kakek tua.

Coco mengangguk, oke Luhung memang sudah tua.

Meski Luhung tak bisa didefinisikan sederhana sebagai kakek tua, dia kakek tua yang punya banyak sekali uang dan kehormatan. Pendiri raksasa bisnis di bidang real estate dan pengembangan properti. Luhung adalah seorang kakek tua yang disebut-sebut sebagai maestro properti.

"Maksud lu, salah satu dari Cherry, Kim dan Tesha adalah cucu dari kakek tua itu?" Coco mulai tak enak hati mendengar panggilan Jesse untuk Luhung. Kenapa pula Jesse mengecualikan dirinya sendiri?

Jika mengingat hunian Jesse yang tak akan mampu dibeli anak semuda mereka tanpa backing-an harta keluarga, bukan tidak mungkin justru dia lah Sima.

Coco pikir setelah berbagi rahasia memalukan kemarin, Jesse akan sangat open padanya dan berkata "yeah, I am Sima."

Jika iya, Coco akan menjadi orang pertama yang memecahkan teka-teki yang paling ingin diketahui setiap orang di gedung perkantoran ini.

Sekali lagi, Coco mengangguk. "Menurut lu siapa di antara Cherry atau Kim?" tanya Coco kemudian. Jesse mendaratkan pantatnya pada kursi bar dan menyeruput kopinya, sembari berpikir. Coco ikut duduk.

"Cherry, seperti anak gadis dari keluarga berkecukupan. Kim juga sih. Mereka beda karakter doang. Anak-anak orang kaya kalau gak dibesarkan seperti princess ya justru kudu tahan banting kan? Kenapa cuma Cherry dan Kim, Tesha?" kini Jesse yang ingin tahu. "Tesha terlalu sederhana gak sih? We talking about Gusti Sima Probowinoto" Coco dengan cepat menimpali.

Jesse ternganga dengan alasan itu. "Tesha sederhana dari mana? Setiap hari dia pakai kaos dari Kiton, jeansnya Tom Ford. Tasnya Loro Piana" sanggah Jesse kemudian. "Thesa is far from being simple. She is just not into bling bling fashion and major 'boring' brand" oh, jika dipikir-pikir Jesse benar juga.

Coco tak sempat menanggapi tapi pintu pantry telah digeser dari luar. Bukan lain sosok yang baru saja mereka bicarakan. Si paling cantik, Tesha.

Coco mengikuti langkah gadis dalam balutan kaos putih lengan pendek dan celana jeans, menuju coffee maker.

"Tesha..aku ada gorengan nih" Coco menawarkan.

Tesha pun menoleh, tangannya urung menjamah mug. Dia menghampiri Coco dan Jesse yang duduk di depan meja bar. Gadis itu ikut duduk tanpa banyak bicara dan mencomot tahu kriuk serta fish finger bergantian. Coco memperhatikan gadis cantik ini dari samping, jika dia Sima maka Tuhan cukup tidak adil. Tak cukup dengan wajah cantik, bola mata hitam dengan alis tebal, kulit putih bersih, badan proporsional meski doyan makan, hidung seperti perosotan, dan bibir yang kissable. Tuhan masih mentakdirkan dia sebagai cucu Luhung, yang akan mewarisi Probowinoto Group? Wah.. ini berlebihan, pikirnya.

"Yang pengen gue ketahui bukan siapa gadis itu, tapi siapa yang bikin gue ditolak?" Coco gelagapan. Jesse yang sejak tadi diam tiba-tiba ingat kembali pada dendam kesumatnya pada si direktur. Ya, Jesse tertarik pada Ocean Karunasankara sejak pertama bertemu dan kemarin dengan pedenya menyatakan perasaan. Reputasinya terkocak habis, sebab Jesse yang selalu dikejar-kejar laki-laki untuk pertama kalinya ditolak.

Coco menyikut lengan Jesse berkali-kali, memintanya berhenti bicara.

"Ada Tesha woy" jeritnya dalam hati. Coco tersentak, bahkan Tesha menoleh penasaran dan urung mencomot satu lagi tahu kriuk karena Jesse tiba-tiba meletakkan mug kopi ke atas meja, cukup kasar lalu berdiri dengan tangan mengepal. "Gue harus tahu. And I'll make sure they won't work" ucapnya sebelum keluar dari pantry, tak peduli dengan sikutan Coco padanya sejak tadi. Coco meringis dengan senyum yang dipaksakan. "Ya Tuhan, bukannya ini rahasia ya?" jeritnya lagi dalam hati. Untung Jesse tak menyebut nama Gusti Sima Probowinoto di depan Tesha.

The SuccessorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang