Chapter|10

5.6K 673 47
                                    

Ada apa dengan para rookie di Departemen Pengembangan Bisnis? Mereka serempak membuat masalah hari itu.

Mereka duduk dengan kepala tertunduk di dalam ruang rapat saat yang lain sudah ke luar, dengan si direktur yang terlihat penuh tekanan.

Cherry, lupa mengkonfirmasi kehadiran pada staf Kementerian PUPR sehingga Ocean yang ditugaskan mewakili dirut melewatkan undangan itu. Pagi tadi, Ocean ditegur keras oleh sang dirut karena pak menteri sendiri yang mengatakan pada laki-laki itu "sekarang Probowinoto tampaknya tidak lagi ingin berpartner dengan pemerintah." Bayangkan bagaimana malunya Lucky, sang dirut?

Jesse, ribut dengan salah seorang awak media karena masalah sepele. Mobil mereka hampir tabrakan di area parkir. Kedua belah pihak salah dan tak mau mengalah, tapi si wartawan mulai tersinggung dan mengancam akan membocorkan beberapa hal yang menurutnya dapat melukai reputasi Probowinoto Group. Bonding dengan wartawan, salah satu strategi penting public relation mereka sejak dulu.

Kim, dicurigai membocorkan rahasia perusahaan pada pihak luar. Tak main-main, mengenai kawasan yang mereka incar di Makassar yang tiba-tiba diserobot Harjodinoto construction. Tuduhan bermula saat foto Kim, dan dua pegawai di perusahaan berbeda tengah makan malam bersama di di sebuah restoran beredar di forum Probowinoto Group. Satu perempuan lain bekerja pada Harjodinoto, menduduki kursi manajer. Sedang satu perempuan yang lain bekerja di PT Bintang Karya TBK. Tak hanya lahan mereka, PT Bintang Karya TBK pun kecolongan. Dan Tesha, tak ada yang tahu apa kesalahan karyawati baru number four. Dia pun diminta tinggal di ruang rapat.

"Saya harap jangan diulang lagi. Saya tahu kalian banyak pekerjaan dan pikiran terpecah kemana-mana tapi ini mengenai kerja sama dengan pemerintah yang sudah lama kita jalin. Tinggalkan note atau pesan ke nomor saya jika itu agenda yang sangat penting" Ocean menatap Cherry yang biasanya ceria, berusaha sebaik mungkin agar tak terkesan memarahi karena tahu karakter karyawati number one. Cherry mengangguk berkali-kali.

"Baik, bos" timpalnya lirih.

"Alright.." Ocean mengisyaratkan dengan kedik kepalanya bahwa Cherry bisa keluar. Cherry bangkit, sekali lagi menundukkan kepala menunjukkan sesal pada si direktur sebelum ngacir dari ruang rapat. Gadis menggemaskan itu disambut Scarlett dan Coco di luar, mereka mengusap-usap punggungnya menenangkan.

"Dyantara Ayu, dia wartawan senior yang banyak menulis berita positif tentang kita" Ocean sedikit menyerongkan tubuh pada Jesse, jarinya mengetuki permukaan meja dengan ujung bolpoint-nya dan mata terarah tajam pada Jesse. Si direktur menunggu solusi yang akan Jesse berikan atas masalah dua perempuan dewasa yang kadang bersikap kekanak-kanakan dan mengancam perusahaan. Jesse menghela nafas panjang, menekan ego dan kekesalan pada wartawan menyebalkan yang hampir menggores bumper Honda civic kesayangannya.

"Saya rasa, makan malam bersama dengan saya yang mentraktir dan bicara dari hati ke hati akan menyelesaikan masalah kami. Saya punya keahlian menjadikan musuh menjadi sahabat, for your information" Jesse yakin seyakin-yakinnya, selama ini juga tak pernah ada yang tak terjerat dengan pesonanya. Baik itu laki-laki mau pun perempuan.

Ralat, kecuali si direktur di hadapannya ini.

"Oke, satu foto selfie kalian berdua akan membuat saya tidur dengan tenang malam nanti" Ocean pun mengisyaratkan Jesse untuk keluar. Jesse berdiri setelah menggeser kursi dengan tangannya terkepal menahan kesal. Namun, dia sudah berjanji dan Jesse selalu menepati janji. Asal dia bertekad, semua masalah akan selesai. Ocean melirik sekali lagi karyawatinya yang hampir mencapai pintu, mengeleng-gelengkan kepala karena tak habis pikir.

Hening selama beberapa waktu.

Tersisa hanya Kim dan Tesha di ruang interogasi dan penghakiman. Si direktur terlihat sedang berpikir keras. "Saya lebih percaya dengan karyawati saya" ucap laki-laki itu kemudian, helaan nafasnya berat.

The SuccessorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang