Extended Ver|28

4.2K 517 10
                                    

Dua puluh satu bulan, Ocean absen tak menginjakkan kaki di gedung perkantoran Probowinoto Group hingga sekarang kembali menapakkan kaki di tempat yang sama. Namun tempat ini tak terasa asing sedikit pun. Pihak keamanan, petugas cleaning service, pramusaji di kafe yang berada di lobby, tiap pegawai hingga petinggi perusahaan. Ocean tak asing dengan mereka. Pun, di puncak bangunan artistik empat puluh lantai ini duduk perempuan penguasa hati Ocean. Tujuan dan visinya.

Bola mata Charlie, dari bagian personalia yang kebetulan berada di lift yang dinaiki Ocean melotot saat melihatnya pagi ini. "Permisi..permisi" laki-laki itu melesak ke depan, mengedipkan matanya berkali-kali.

"Eh ini pak Ocean turun di lantai lima. Jadi beneran pak Ocean yang bikin geger manusia segedung ini dan media."

"How's life, Charlie?" Ocean tersenyum, menarik tangan Charlie untuk dijabatnya kuat.

Geger, tentu saja. Pada rapat pemegang saham, Edwin memberitakan pembelian dan pendanaan seri A pada Prime Custom. CEO-nya, mantan direktur Probowinoto Group. Ocean Karunasankara. Tentu tak setiap pihak setuju, mayoritas menganggap Prime Custom bisnis yang unprofitable dan justru berpotensi menghambur-hamburkan uang perusahaan induknya. Edwin, menang tipis dengan dukungan Bruno, Gianna, bahkan Lucia dan beberapa pemegang saham simpatisan mereka. Sima, berada di pihak yang menentang. Ocean dengar itu.

Apa Ocean kecewa? Tidak. Ocean suka itu. Saat Gusti Sima Probowinoto tetap logis dan tak asal mendomplengnya untuk alasan apapun. Ocean akan membuktikan dirinya dan potensi Prime Custom tanpa privilege apapun dan menunjukkan bahwa dia pantas berdiri berdampingan dengan Komisaris Utama dan pewaris Probowinoto Group.

Pintu lift membuka di lantai lima, Ocean turun. Diikuti oleh Charlie yang seharusnya turun di departemennya sendiri di lantai 15. Prime Custom, ada plakat nama perusahaan start up itu di depan sebuah ruang. Cukup besar sebagai sebuah office, tapi sangat kecil untuk disebut perusahaan. Ada lima orang staf, seluruhnya direkrut oleh Ocean. Mereka tiba lebih dulu, berdiri di depan ruang kantor Prime Custom. "Apa kalian suka ruang kantor baru kita? Sudah siap dengan nicknames kalian?" kelima staf menoleh, mendengar pertanyaan Ocean yang baru tiba.

"Bill."

"Morgan."

"Cooper" Ocean mengernyit, tiga pegawai laki-laki bergantian menyebut nicknames yang mereka pilih. "Cooper, karena impian saya proposal yang saya ajukan akan segera Mr.Ocean setujui. Produk selanjutnya dari Prime Custom, sejenis Mini Cooper. Unik. Elegan dan mewah."

Ough, oke.

Ocean tak mau dulu menanggapi proposal yang belum rampung, apalagi belum ada desain dan target pasar. Ocean beralih pada dua pegawai perempuan yang menunggu giliran.

"Rey."

"Lady."

Ocean mengangguk-anggukan kepala, menangkap antusiasme kelima staf Prime Custom. Atensi Ocean teralih pada Charlie, yang melongok ke dalam ruang kantor mereka dengan mulut menganga.

"Apa ini, pak Jerry? Kenapa kantor Prime Custom sekeren ini?" Ocean bisa mendengar Charlie menyapa Jerry dari Manajemen SARPRAS . Laki-laki setengah baya asal Surabaya yang nickname-nya diinspirasi dari nama tokoh kartun kesukaan cucunya.

"Eh, bahkan sampai pak Jerry sendiri yang turun tangan buat mengatur tata ruang kantor Prime Custom" terdengar Charlie kembali bersuara di dalam sana. Ocean membalik badan, berjalan menuju ruang kantor Prime Custom. Para stafnya tak langsung masuk, rupanya karena kantor mereka sedang ditata. Beberapa pegawai dari Manajemen SARPRAS tengah menata furnitur pelengkap seperti pencahayaan, lukisan, dan pot-pot kecil dengan tanaman hidup. Mereka hampir rampung.

The SuccessorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang