Chapter|15

5K 637 19
                                    

W, Klub malam yang mewah dan berkelas. Tongkrongan orang-orang berduit yang mencari hiburan malam. Teknologi canggih dan mutakhir, DJ berpengalaman dan terkenal dari berbagai negara, serta pelayanan terbaik. Tak cocok untuk Ocean, si direktur lebih suka bar yang cozy seperti tempat kencan terakhirnya dengan Tesha.

Namun Ocean ikut terseret karena terlanjur berjanji pada tim 1 juga menghormati Jesse yang mengundang. Pun karena Tesha ada di sini. Ocean akan memastikan tak seorang pun pejantan di klub malam ini mengganggu pacar cantiknya. Si direktur hanya duduk, dengan satu lengan terlentang pada kepala sofa dan satu tangan lain memegang gelas mocktail yang isinya tinggal separuh. Samuel, Scarlett, Coco, Jules, Remy, juga Nico berjoget di lantai dansa. Mereka bersorak saat Jesse datang bergabung, ikut meliuk di antara pengunjung klub malam lainnya. Sependapat dengan Ocean, Tesha pun hanya duduk menikmati minuman dan makanan. Dia duduk dengan Kim yang juga tak menunjukkan minat untuk turun ke lantai dansa. Ada pula Romeo, yang malangnya ditumbalkan atasannya malam ini. Laki-laki relijius itu duduk tenang, sesekali mendengarkan obrolan Tesha dan Kim.

"KALIAN GAK SERU.." Scarlett setengah berteriak, dia mengambil duduk di samping Romeo yang serta merta memilih bergeser. Scarlett meraih sebotol bir, semakin gemas dengan sikap Romeo yang jual mahal.

"DJ-nya keren banget euy."

Nico pun meraih sebotol bir, mengacungkan jempol pada Jesse yang duduk di tangan sofa. Jesse looks so stunning tonight, mini dress berwarna gold sangat cocok untuknya.

Andai bukan bos besar dari klub malam ini, dia sudah pasti menjadi incaran para hidung belang di lantai dansa tadi. Tiap kali ada yang berniat mendekat pada Jesse, seorang bodyguard akan sigap menghalangi. Kecuali mereka tamu VIP. Jesse cuma mengerling, tanpa memberikan jawaban atas pujian Nico.

Kepala Jesse bergerak mengikuti musik dari DJ asal Amerika Serikat yang hari ini tampil di klub malamnya.

"Sayang ya, Cherry gak bisa ikut" Coco mengeraskan suara.

"Plis, jangan sebut nama Cherry dulu" Jules mengangkat tangan, kesal setengah mati pada rekan kerjanya itu. Cherry tiba-tiba tak masuk kerja, tanpa ada kabar pada hari pertama. Kemudian hari kedua berpesan bahwa dia sakit dan butuh istirahat. Lalu menghilang hingga kini menginjak hari ke empat tanpa bisa dihubungi. Jules kesal sebab ada beberapa dokumen dan pekerjaan penting yang selama ini di-handle gadis ceria itu. Oke lah dia sakit, tapi tidak bisa dihubungi sama sekali adalah cerita yang berbeda. Nah, having fun malam ini terjadi pula karena stress yang melanda tim 1 beberapa hari sejak Cherry absen.

Itu sebabnya Ocean pun tak bisa berkata tidak, saat Scarlett berkata tim 1 butuh hiburan untuk melepas stres.

Coco sontak mengatupkan mulut, bibirnya mengisyaratkan kata 'sorry' kemudian. "By the way, ada juga ya yang berani godain lu di sini Jes.." Remy mengalihkan percakapan pada topik lain. Ini mengenai seorang laki-laki muda di meja seberang, tadi memberikan selembar kertas pada Jesse. Bisa ditebak berisi nomor telepon pribadinya. Sejak tadi laki-laki itu pun tak berhenti menoleh pada meja mereka.

Jesse mengerjap beberapa kali dan mengingat-ingat sesuatu, saat setiap orang menunggu jawabannya.

Jesse lalu mengeluarkan secarik kertas yang diberikan laki-laki itu dan berkata, "for Tesha. You are his type as he said" ada suara retakan, tapi bukan kerak bumi melainkan hati si direktur. Ocean menatap laki-laki di sebarang sana tajam. "Sialan, bahkan sebagai laki-laki pun dia harus mengakui orang itu cukup menarik" umpatnya dalam hati.

Ocean beralih menatap Tesha di sofa seberang, berharap si cantik mencabik-cabik kertas sialan itu. Si direktur menyamarkan perasaan terganggu dengan menyesap mocktail yang hampir habis. Sayangnya Tesha cuma tersenyum, menerima secarik kertas itu lalu menelantarkannya di atas meja. Oke, Ocean akan membuang kertas sialan itu nanti saat ada kesempatan.

The SuccessorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang