8. Missing A Father

17 11 0
                                    

"Mamah, Om Sam!" seru Dananta yang tiba-tiba sudah berdiri di ambang pintu kamar Sam.

Merasa terpanggil, Sam dan Bella menoleh secara bersamaan melihat ke arah suara. Dananta yang tadinya datang dengan ekspresi ceria, kini berubah menjadi sendu setelah melihat sang Ibu tengah menyuapi Sam. Dia menjadi sedih setelah melihat pemandangan ini. Di dalam benak Dananta, dia kini seperti melihat kedua orangtuanya dulu.

Dulu, saat Carey masih ada. Setiap akhir pekan, dia selalu disambut hangat oleh Bella setiap pagi, dengan membawa sarapan. Lalu, Bella akan menyuapi Carey, dan Dananta datang untuk merusak suasana romantis kedua orangtuanya. Dananta akan mengolok-olok kedua orangtuanya dengan ekspresi menyebalkan, atau jika Dananta bosan, dia akan mengajak kedua orangtuanya pergi ke tempat-tempat yang Dananta inginkan.

Dengan menahan tangis, Dananta segera menunduk kepalanya, dan hendak pergi dari kamar Sam.

"Eh Nak? Mau kemana?" Bella berdiri dari duduknya memanggil sang putra.

Tidak mendapatkan jawaban dari putranya, Bella pun berjalan mendekati Dananta. "Kamu kenapa Nak?" tanya Bella setelah melihat suram wajah putranya yang terlihat sedih dan menahan tangis.

"P–papah ...," lirih Dananta yang lalu memeluk tubuh ibunya. "Dananta rindu Papah ...," lirihnya lagi yang kini mulai menangis.

"Nak ...?" Bella melihat putranya yang hanya memiliki tinggi sampai pinggangnya. Ia kini menundukkan badannya, menyamakan tingginya dengan sang putra. "Kamu kenapa? Kenapa tiba-tiba teringat Papah?" tanya Bella ikut sedih.

Mendengar Dananta menangis, Sam pun menutup laptopnya dan segera menghampiri Dananta. "Ada apa Bell ...?" tanya Sam kepada ibunya Dananta.

"Mamah, kenapa Om Sam terlihat seperti Papah? Hiks hiks," tanya sesenggukan Dananta menatap wajah ibunya.

"M–maksudnya?" tanya bingung Bella mendengar ucapan putranya.

"Tadi, saat aku berdiri di sini, aku tidak sengaja melihat Mamah sedang menyuapi Om Sam. Hiks hiks," ucap Dananta. "Mamah, pemandangan tadi membuatku teringat Papah saat masih hidup. Hiks hiks, Dananta teringat dulu Mamah selalu menyuapi Papah dan Dananta datang untuk mengganggunya." Ia melanjutkan. "Dananta r–rindu P–Papah. Tapi Dananta sadar, Papah sampai kapan-pun nggak akan pernah ada buat Dananta lagi ...." Dananta menyelesaikan kalimatnya.

"Nak ..., Kamu masih mengingatnya ...?" Bella meneteskan air mata mendengar ucapan Dananta. "Dananta–" Bella memeluk putranya.

Sam yang melihat perbincangan antara anak dan ibu di depannya ini hanya bisa diam. Melihat Bella dan Dananta menangis seperti ini, entah mengapa rasanya juga sakit untuk Sam. "K–kenapa rasanya sakit jika melihat anak ini menangis?" batin Sam merasakan perasaannya. "Dan ..., Apa yang dikatakan Dananta? Dia teringat Carey saat melihatku, hanya karena Bella menyuapiku makanan?"

"Carey, apa yang kamu lakukan sehingga keluargamu ini sangat menyayangimu? Dan mengapa engkau tega meninggalkan mereka berdua? Kamu membuat sahabat kecilku dan putranya menangis karena merindukanmu, yang secara tidak langsung air mata mereka ikut membuatku sakit." -Sam.

Sam kini menepuk pelan pundak Bella, yang membuat Bella menoleh melihatnya dengan mata yang berair. Sam meminta ijin, ia ingin berbicara dengan Dananta. Bella pun memberi ijin, ia kini sedikit menjauh dari Dananta dan mempersilahkan Sam untuk berbicara dengan Dananta.

"Dananta," panggil Sam mengusap lembut kepala Dananta. "Ah ...! Anak Papah Carey yang paling tampan ini sedang sedih ..." ucap Sam mencoba menghibur Dananta. "Sekarang, jika Carey tahu, Om Sam membiarkan Dananta menangis. Maka Carey pasti akan memarahiku," ucap Sam cemberut. "Jadi ..., Bagaimana Om Sam harus membuat Dananta kembali tersenyum? Apa yang harus dilakukan Om Sam untuk itu?" tanya Sam menopang wajah Dananta dengan kedua tangannya.

"Om Sam ...," lirih Dananta melihat wajah Sam.

"Ya? Apa yang harus Om Sam lakukan biar Dananta senang hari ini?" jawab Sam tersenyum.

"Om Sam jangan pergi ya ..., Om Sam harus selalu sama Dananta. Om Sam harus lihat Dananta dewasa. Sampai kapanpun Om Sam harus bisa bermain bersama Dananta, meskipun besok Dananta akan tumbuh dewasa," pinta Dananta memohon harap kepada Sam.

Mendengar permintaan Dananta yang tidak ingin kehilangan dirinya. Membuat Sam terharu tidak menyangka. "SIAP CAPTAIN! Om Sam sampai kapanpun akan selalu bersama Dananta!" jawab bersemangat Sam tersenyum lebar, dan dibalas Dananta dengan senyuman yang tidak kalah lebar.

"JANJI!" Dananta mengacungkan jari kelingkingnya, mengajak Sam membuat janji.

"JANJI!" jawab Sam menyalurkan semangat yang membuat Dananta bahagia.

Entah ada hubungan apa diantara mereka berdua. Mereka sama sekali tidak memiliki hubungan darah. Tetapi diantara keduanya sama-sama takut kehilangan. Sam ingin melindungi Dananta dan melihat Dananta tumbuh dewasa, layaknya seorang orang tua. Sedangkan Dananta takut kehilangan Sam dalam hidupnya, dan tanpa Dananta sadari, sisi lain dari dirinya menganggap Sam sebagai Papah pengganti Carey.

Melihat Dananta kembali tersenyum karena Sam. Itu membuat Bella ikut bahagia, tersenyum haru. Namun, ada hal yang membuat Bella takut jika Sam dan Dananta ini terlalu dekat. "Sam kamu memang baik, tapi bagaimana bisa engkau berjanji kepada Dananta untuk selalu bersamanya? Bagaimana jika Dananta menganggap-mu sebagai papahnya? Bagaimanapun kamu akan berkeluarga Sam ..., akan ada waktunya kamu disibukkan dengan keluargamu, bagaimana jika kamu nanti tidak bisa ada untuk Dananta?" pikir Bella khawatir.

Wanna Be Yours Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang