4. Love That Comes Without A Reason

23 11 11
                                    

"Ah! Lalu? Apa kelanjutan setelah Carey menyatakan perasaannya kepadamu?" tanya Sam yang mencoba mengalihkan pembicaraan yang membuat hatinya sakit itu, ke topik awal pembicaraan mereka.

Mengusap air matanya, Bella menetralkan napasnya sebelum ia melanjutkan ceritanya. "Aku tidak menjawab apapun karena aku takut. Saat itu Carey sepertinya mengerti dengan apa yang aku rasakan, dia tersenyum lembut kepadaku lalu memelukku dan berkata, "Tidak apa-apa jika kamu menolak, jangan takut." setelah itu dia melepaskan pelukannya dari diriku, lalu berkata lagi "Mulai besok aku sudah tidak bisa melihatmu diam-diam setiap hari, aku tidak akan tau hal apa yang kamu lakukan besok. Karena aku sekarang sudah lulus. Kalo begitu bagaimana kalo kita berteman?" dengan lembut dia berkata seperti itu kepadaku, Sam." -Bella

"Dan kamu menjawab apa?" -Sam

"Ya. Aku mau berteman dengannya." -Bella

"Tapi ... Bagaimana reaksi semua orang, melihat kamu tidak menerima cinta Carey?" tanya Sam yang penasaran dengan reaksi orang-orang. Melihat seorang Carey, yang katanya adalah seorang murid yang populer dan sangat tampan di sekolah itu, ditolak oleh Bella.

"Tidak terjadi apa-apa. Setelah Carey berbicara seperti itu, dia usap lembut kepalaku, tetap memberikan buket larkspur kepadaku, dan kembali ke panggung untuk melanjutkan lagu lain yang akan dia nyanyikan," jawab Bella.

"Aneh. Orang yang berani mengungkapkan perasaan kepada Carey saja dibully. Apalagi kamu orang yang dicintai Carey, dan dinyatakannya di depan banyak orang." Heran Sam, sekaligus senang karena Bella ternyata tidak dibully setelah menolak Carey.

"Hmfh, aku tidak tau," dengus Bella tersenyum tipis.

"Jika kamu menolak Carey, lalu bagaimana kalian bisa menikah?" tanya Sam.

"Sejak saat itu aku berteman baik dengannya. Aku dan Carey sering pergi ke tempat wahana bersama, kita banyak menghabiskan waktu bersama selama kurang lebih 2 tahun. Aku bahagia, dan sejak saat itu aku sering bercerita tentang kehidupanku kepada Carey. Entah kenapa tapi aku percaya kepadanya. Namun, saat itu aku tidak yakin jika aku mencintainya." Bella menjelaskan. "Hingga suatu hari, Papah dan mamahku ingin menjodohkan aku dengan salah satu anak rekan kerja papaku. Aku tidak tahu siapa dan bagaimana rupa anak laki-laki yang akan dijodohkan dengan diriku. Saat itu, aku tidak bisa menolak, aku hanya diperbolehkan menolak jika aku memiliki seseorang yang aku cinta," lanjut Bella meneruskan.

Setelah mendengar kata dijodohkan, entah kenapa Sam tiba-tiba mendengus pelan dan tampak sedih.

"Lalu, entah tahu dari mana. Carey tiba-tiba datang ke rumahku dan melamar ku. Mengatakan bahwa aku dan dia adalah sepasang kekasih. Saat itu aku hanya diam saja, dan itu membuat papahku bertanya. Apakah benar Carey adalah kekasihku, lalu entah apa yang terjadi denganku, aku secara reflek berkata bahwa benar Carey kekasihku." Bella tersenyum menyelesaikan kalimatnya.

"Sam? Kamu sedih? Kenapa?" ucap Bella bertanya, yang peka setelah melihat suram wajah Sam.

"H–ha? Enggak, siapa yang sedih?" jawab Sam yang terlihat memaksa senyum. "Aku nggak sedih Bell." Sam menundukkan kepalanya. "Seandainya kamu tau Bell, laki-laki yang akan dijodohkan denganmu dulu. Itu aku ...," batin Sam dalam hati. "Setelah itu, kalian berhasil menikah?" Sam bertanya.

"Iya, aku dan Carey berhasil menikah diusia kita yang termasuk masih muda. Sejak saat itu aku dan Carey hidup dengan bahagia, hingga lahirnya Dananta, dan kami menjadi keluarga yang harmonis." Bella tersenyum bahagia mengingat kehidupannya dulu saat Carey masih ada.

"Benar, keluarga kalian memang terlihat harmonis. Kalian terlihat sangat bahagia dulu, Carey juga terlihat sangat mencintaimu," jawab Sam tersenyum melihat Bella.

"Huh, iya. Tapi sayangnya itu nggak bertahan lama. 3 tahun yang lalu Carey pergi, dan aku sekarang kembali ke kehidupanku yang dulu, sendiri. Ah! Tapi untungnya aku punya Dananta. Anak laki-laki yang baik," ucap Bella mendengus pelan. Lalu, tersenyum dengan pandangan yang kini melihat ke arah putranya yang tengah bermain.

"Carey beruntung ...," lirih pelan Sam tiba-tiba tanpa sadar.

"Aku juga beruntung. Aku harap di kehidupan selanjutnya, aku dan Carey akan menjadi sepasang kekasih lagi. Aku sangat mencintai dia ...." Bella menjawab Sam dan tersenyum lirih.

Mendengar Bella melirih, Sam hanya bisa tersenyum dan memandang sendu Bella. "Carey beruntung, dia dicintai Bella sedalam ini. Bahkan saat Carey sudah tiada 3 tahun yang lalu," batin Sam yang masih melihat Bella. "Sepertinya tidak ada harapan untuk mendapatkan cintanya Bella, lagi," lanjutnya membatin.

.

Pukul 08.30 malam.

"Bell, udah malem banget. Eum ... Pulang?" ujar Sam yang mengajak Bella pulang karena sudah malam.

"Ah, iya. Aku panggil Dananta dulu," jawab Bella berdiri dari duduknya, dan kini berjalan pergi menghampiri putranya. Sam juga ikut berdiri, dan mengikuti langkah Bella dari belakang.

"Nak, ayo pulang. Udah malam." Bella memanggil Dananta yang sedang bermain dengan teman-temannya.

"Ah! Iya Mah!" seru Dananta menyahut. Dananta pun segera berpamitan dengan teman-teman barunya, lalu, pergi berlari menghampiri Bella.

"Mamah!" seru Dananta lagi yang kini memeluk tubuh mamahnya. "Mamah, katanya ada pasar malam di samping Kota. Mah ... Dananta pengen ke sana," ucap Dananta mengajak Bella datang ke pasar malam yang baru saja diadakan di samping kota. "Ayo Mah kita ke sana plis plis, sama Om Sam juga," lanjut Dananta memohon yang juga mengajak Sam.

"Kamu mau ke sana?" saut Sam berjongkok di depan Dananta menyamakan tinggi mereka, dan mengusap kepala Dananta.

"Iya Om, Dananta mau ke sana ...," jawab Dananta menjawab Sam.

"Kapan?" tanya Sam.

"Sekarang Om, plis plis ... Untung besok hari minggu sekolahku libur," jawab Dananta memohon.

"Tapi Nak, Om Sam besok itu harus kerja. Kasihan nanti kalo Om Sam kecapekan," ucap Bella menyela pembicaraan putranya dan Sam. "Nanti kalo jam tidurnya Om Sam keganggu kan kasihan. Kita pergi besok aja ya?" lanjut Bella mengajak untuk pergi ke tempat pasar malam besok saja.

"Tidak apa-apa, jika Dananta maunya sekarang. Ayo kita pergi sekarang," saut Sam yang kini menoleh ke arah Bella yang tengah berdiri di sampingnya.

"Tapi Sam, kalo kamu kecapekan bagaimana? Aku tidak mau jam tidurmu terganggu karena permintaan putraku," larang Bella menjawab Sam.

"Aku bisa mengambil cuti besok. Lagi pula itu juga kantor milik ayahku," papar Sam yang kini berdiri dari jongkoknya.

"Sam, kamu nggak perlu sampe ambil cuti hanya untuk menuruti Dananta," keluh Bella merasa sungkan dengan Sam.

"Nggak apa-apa Bella, hanya sehari besok saja kan? Itu tidak mempengaruhi keterampilan kerjaku sehingga aku akan dicap buruk," jelas Sam menjelaskan.

"Tapi Sam ... beneran nggak apa-apa?" tanya Bella meyakinkan.

"Iyaa~ Dafania Silvana Bella," jawab Sam.

Wanna Be Yours Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang