"Tidak ada kata yang mampu menggambarkan betapa agung dan kuasa-Mu. Maka ampuni aku yang mencoba memuji-Mu dengan kata-kata ini. Engkaulah yang maha pengasih di dunia dan akhirat, Engkau juga yang maha pengasih di akhirat belaka. Begitu juga dengan kata-kata ini, hanya karena Engkau semuanya tercipta. Karena engkaulah sang pencipta, namun tidak di ciptakan. Bukan maksudku menempatkan-Mu di barisan paling akhir kata-kataku, namun karena Engkaulah yang setiap tempat itu, dan Engkaulah yang tampak dan juga tidak tampak. Betapa sulitnya aku berada dijalan-Mu, padahal engkaulah sumber dari segalanya dan segalanya akan kembali padamu. Bahagia itu seperti ujian yang sangat berat, karena nya seringkali manusia lupa padamu saat dirinya sedang bahagia dengan segala nikmat yang Engkau berikan. Lalu duka, luka dan segala rasa sakitlah yang seringkali membuat manusia mengingatmu dan kembali padamu. Dan lucu rasanya ketika manusia mempertanyakan-Mu, keberadaan-Mu dan juga kuasa-Mu. Bukankah engkaulah yang maha kuasa dan tidak ada sekutu bagi-Mu, bagaimana mungkin manusia yang tidak ada yang sempurna dan tidak memiliki kuasa apapun untuk sampai padam-Mu dengan pikiran atau logikanya. Bukankah ketidakmampuan manusia untuk sampai padamu merupakan bentuk kekuasaan dari-Mu, karena memang jika pikiran ini sampai pada ranah pikiran-Mu, maka itu dipastikan bukan Engkau, namun sesuatu yang lain. Karena memang Engkaulah yang maha kuasa dan tidak ada satu pun makhluk yang sebanding dengan-Mu, jika memang ada yang mampu sebanding dengan-Mu, maka Engkau bukanlah yang maha kuasa, karena bentuk dari maha itu tidak ada satu makhluk pun yang mampu menyamai-Mu."
Aku menempatkan keyakinan di barisan paling akhir kata-kata ini, karena aku ingin agar kita mengingat apa yang telah kita yakini sebagai tempat untuk kembali. Karena jika aku melihat saat ini keyakinan atau agama dan segala instrumen peribadahannya, kita dapat menempatkan semua hal itu sesuai keinginan kita sendiri. Seperti hal kecil saja, mengenai ibadah yang dimana kita dapat menempatkannya setelah hal lain. Namun tidak dapat di pungkiri bahwa segalanya berasal dan akan kembali padanya. Seperti yang dikatakan oleh seorang bijak, bahwa agama itu seperti sumber mata air yang mengalir di puncak gunung yang memberikan arah jalan pulang bagi pendaki yang tersesat.
Keyakinan
Berbicara mengenai keyakinan, hal itu merupakan urusan pribadi atau berada di ranah privat, karena memang berdasarkan pemahaman pribadi dan kelompok. Maka wajar rasanya jika seseorang merasa tersinggung ketika keyakinannya dilecehkan oleh orang lain, karena keyakinan bagiku adalah suatu pilihan dan keputusan yang kita ambil dari pemahaman pribadi maupun kelompok, maka sebagai makhluk sosial kita tidak dapat hidup tanpa saling menghargai dan menghormati kebebasan orang lain dalam menentukan.
Ketika berbicara mengenai iman dan agama, kita dapat menghargai orang yang berbeda dengan kita atas dasar kemanusiaan atau kebebasan menentukan apa yang akan menjadi keyakinannya, namun masing-masing dalam menjalani apa yang telah kita yakini, dan bagi orang yang berada pada keyakinan yang sama, maka mengingatkan adalah bagian dari keyakinan itu. Karena meskipun orang lain tidak dapat merubah atau ikut campur dengan keyakinan seseorang, dan jika ada yang mengusik orang itu tidak akan merasa terusik karena itu merupakan bentuk dari keyakinannya, namun bukan berarti kita yang memiliki banyak perbedaan terutama dalam hal keyakinan, dapat saling melecehkan dan mempermainkan keyakinan seseorang yang merupakan pilihan dan keputusan yang berdasarkan pemahamannya.
Aku memang bukan pribadi yang baik dan ilmu pengetahuan yang dimiliki pun belum juga baik, tetapi boleh aku berbicara bahwa apa susahnya kita menghargai dan tidak merampas kebebasan orang lain, tanpa saling mengusik satu sama lain. Apa yang aku, kau dan mereka yakini, meskipun berbeda, apa salahnya untuk saling menghargai sebagai bentuk kemanusiaan, lalu jalani saja apa yang menjadi keyakinan kita sendiri, tanpa saling mengusik satu sama lain. Bukankah kita memiliki keyakinan sendiri, lalu mengapa harus mengurusi keyakinan orang lain, sehingga membuat kita lupa pada keyakinan kita sendiri dan malah seperti menjalani keyakinan orang lain.
Meskipun keyakinan seseorang tidak ada orang lain yang dapat mengubah atau mengusiknya, seperti biru yang kita yakini berwarna biru, dan ketika ada orang lain yang mencoba merubah keyakinan kita dengan berkata bahwa biru itu berwarna merah, kita seharusnya tidak merasa tersinggung dan terusik karena memang keyakinan kita sudah berkata bahwa itu berwarna biru, namun jika kita merasa terusik dan tersinggung, hal itu menunjukan bahwa kita tidak yakin dengan keyakinan yang kita miliki.
Tetapi tunggu terlebih dahulu, aku paham bahwa keyakinan seseorang itu adalah pilihan dan keputusan seseorang berdasarkan pemahamannya, maka itu akan menjadi suatu kebanggaan yang harus dipertahankan. Jadi, ketika ada orang yang melecehkan keyakinannya, tidak ada salahnya juga untuk kita membela dan mempertahankannya, namun kita juga harus sadar dan paham terkait cara yang kita gunakan untuk membelanya itu sesuai atau tidak dengan keyakinan yang kita miliki, karena memang yang menjadi kekhawatiran adalah ketika membela keyakinan kita sendiri, namun tidak sesuai dengan apa yang kita yakini, sehingga kita sendirilah yang membuat atau menghadirkan citra buruk terhadap keyakinan yang kita miliki.
![](https://img.wattpad.com/cover/322222772-288-k481374.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Berusaha Menjadi Manusia
SaggisticaBeberapa dari kita menyusun dan memilih rencana untuk mimpi dan harapannya. Namun, bagaimana jika mimpi dan harapan itu lenyap? Kenyataan yang berjalan tidak sesuai dengan apa yang kita rencanakan, lalu terbentur dengan berbagai penilaian orang lain...