17. They are brothers

5.2K 227 3
                                    


"Ngapain kalian berdua ada di kamar gue?"

Hening.

Pertanyaan nya sama sekali tidak ada yang merespon.

"Gue lagi ngomong sama kalian." Lanjutnya lagi.

"Tutup, dan kunci pintunya."

Azzalea mengernyitkan dahinya ketika mendengar suara Azka yang terdengar seperti suara serak seseorang yang habis menangis.

Namun ia tetap menutup dan mengunci kamarnya.

"Sejak kapan?" Itu suara Arka.

Sebelah alis Azzalea terangkat. "Bicara yang jelas." Ucapnya kepada Arka yang masih setia menunduk.

"Sejak kapan lo menyembunyikan semua ini?!" Ucap Arka sembari melempar kotak berwarna coklat.

"I-itu," Azzalea menatap kotak itu, dan seketika tenggorokan terasa tercekat. "Bagaimana kalian bisa tau?"

"Katakan kalau vidio yang ada di dalam flashdisk itu bohong kan?" Lirih Azka.

Azzalea masih terdiam. "Bagaimana kalian bisa mendapatkan itu?"

"Itu gak penting bangsat! Jangan alihkan pembicaraan kita!" Sahut Arka dengan emosi.

"Le, jawab," kini Azka berani menatap Azzalea.

Dan Azzalea melihat itu, mata pemuda itu terlihat sembab. "Iya."

Deg

"Le..." Suara Azka tercekat, tatapannya hanya menatap lantai dengan kosong. Sedangkan Arka hanya diam membisu.

"Kalian semua di bohongi oleh wanita itu. Tante Lavi tidak meninggal. Jasad yang dulu kalian kira tante Lavi itu sebenarnya adalah mama Laras."

"Kenapa lo menyembunyikan rahasia sebesar ini?! Kalau lo tau kenapa lo diem aja hah!" Bentak Arka dengan pupil matanya yang bergetar.

"Kita di sini seperti orang bego yang gak tau apa-apa," lirih Azka.

"Bukannya itu memang kenyataannya?" Balas Azzalea dengan jujur.

Benar, Azka akui itu.

"Kenapa lo gak mau cerita ke kita?"

"Tanpa harus gue ceritain pun harusnya kalian sudah sadar dan curiga tentang perubahan sikap wanita itu." Jawab Azzalea.

Azka maupun Arka terdiam, kedua cowok itu masih setia menatap lantai dengan tatapan kosong. Azzalea memilih untuk menghampiri mereka lalu duduk di samping Azka. "Kalau mau nangis, nangis aja."

Azka langsung menggeleng lemah. "Sejak kapan lo tau?"

"Sejak gue minta lo ceritain tentang kecelakaan itu," jawab Azzalea.

Azka mengepalkan tangannya. "Apalagi yang kita belum tau? Gue yakin masih ada rahasia lagi yang lo sembunyikan,"

Azzalea menggelengkan kepalanya enggan untuk memberi tahu.

"Le, kita saudara, gue mohon jangan ada yang di tutup-tutupi dari kita," ucap Azka dengan lirih.

"Setelah mengetahui fakta ini, kita gak boleh diem aja." Sela Arka yang sedari diam, pemuda itu mengusap kasar cairan bening yang turun ke pipinya. "Ini semua gak adil untuk mendiang mami kalau kita membiarkan wanita itu bebas berkeliaran dengan identitas mami."

She is Maudy [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang