Hari ini Azzalea sudah di perbolehkan pulang. Terhitung ia sudah di rawat selama sepuluh hari di rumah sakit, dan selama sepuluh hari itu pula tidak ada satupun keluarga kandung Azzalea asli yang menjenguk. Jangankan menjenguk, menelpon untuk menanyakan kabar pun tidak pernah. Hanya ada bi Siti yang selalu di samping Azzalea, terkadang juga ada sahabat Azzalea yang menghubungi nya lewat telepon, karena tidak bisa hadir untuk menjenguk.
"Kapan kita pulang bi?" tanya Azzalea tidak sabar, ia sungguh penasaran seperti apa rupa-rupa keluarga kandung pemilik raga yang ia tempati ini.
"Sebentar lagi non, nunggu pak Bambang ke sini buat bantuin bibi bawa barang barang." ucap bi Siti sambil memasukkan pakaian Azzalea ke dalam tas.
Azzalea hanya mengangguk mengerti. Tidak lama kemudian pak Bambang masuk, dan membantu bi Siti membawa barang bawaan Azzalea.
"Ayuk non." bi Siti menuntun lengan Azzalea. Mengikuti pak Bambang yang masuk ke dalam mobil.
Tidak membutuhkan waktu yang lama Azzalea sudah sampai di kediaman Gerzio. Saat sudah keluar dari mobil ia menatap sekeliling. "Ternyata masih jauh lebih besar Mansion gue." gumamnya, kemudian mengikuti bi Siti untuk masuk ke dalam.
"Masih hidup juga Lo?" ucapan seseorang membuat Azzalea menghentikan langkahnya. Dapat ia tebak itu adalah suara salah satu kembaran pemilik tubuh yang ia tempati. Ia menatap datar keluarga bahagia yang sedang berkumpul di sofa ruang tamu.
Ada Aeron John Gerzio, sang kepala keluarga, di sampingnya ada istrinya yaitu Larasati Gerzio. Dan dua remaja laki-laki, Azka Davian Gerzio dan Arka Damian Gerzio. Dapat Azzalea tebak pasti dua remaja itu adalah kembaran Azzalea yang asli.
"Kenapa? Gak seneng?" jawabannya menatap Arka tanpa ekspresi.
Arka berdecih sinis.
"Di mana urat malu kamu Azzalea? Setelah mencoba bunuh diri kamu masih berani menginjakkan kaki kamu di rumah ini?" Sahut Laras.
"Bunuh diri anda bilang?" ucap Azzalea tidak habis pikir.
Semua orang yang ada di sana tertegun. Seperti Ada yang berbeda dan ada yang berubah dari dalam diri gadis itu.
Azka mengernyitkan dahinya saat mendengar ucapan formal Azzalea.
"Apalagi kalau bukan bunuh diri? Lo udah lompat dari atas gedung sekolah. Setelah Lo nyakitin Salsa. dasar malu-maluin keluarga!" Arka menyahut dengan sarkas.
Azzalea tersenyum simpul. "Begitu ya?" gumamnya.
"Kenapa tidak mati sekalian agar tidak menambah beban?" Laras menatap Azzalea dengan malas.
Azzalea hanya diam.
"Kenapa kamu tidak menjawab? Apa setelah mencoba bunuh diri kamu menjadi bisu?"
"Dulu memang aku nggak percaya kalau tidak semua ibu itu baik. Tapi sekarang aku percaya. Bahkan sangat percaya kalau tidak semua ibu itu baik. Bahkan detik ini, menit ini, aku menyaksikannya dengan mata kepala ku sendiri. Menyaksikan ucapan seorang ibu yang dapat menghancurkan mental seorang anak. Dengar nyonya Laras, anda adalah seorang ibu terburuk yang pernah saya temui." ucapnya dengan suara yang mengayun halus namun penuh dengan penekanan.
Semua orang langsung diam mematung. Bahkan Aeron menatap gadis yang masih berstatus sebagai anaknya dengan tatapan sulit di artikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
She is Maudy [Hiatus]
General FictionQuenzha Maudy Raveena perempuan berusia sekitar 25 tahun. Perempuan cantik, cerdas, dan mandiri. Maudy adalah perempuan sukses dengan karirnya yang cemerlang di usia muda, tidak hanya itu Maudy juga pemilik sekaligus CEO di perusahaan yang sangat be...