Internasional High School (IHS) sekolah mewah nan elit dengan biyaya ratusan juta perbulan nya. Hanya anak orang kaya dan konglomerat yang mampu bersekolah di sini.Azzalea melangkahkan kakinya menyusuri koridor yang masih sangat sepi. Bibirnya terus bersenandung mengikuti alunan musik yang ia putar lewat earphone di telinga nya.
Di IHS juga terdapat sebuah lift di setiap gedung nya. Dan di beberapa gedung juga terdapat eskalator. Jadi kalau lift sedang penuh atau antri, para murid bisa menggunakan eskalator, tanpa capek capek naik turun tangga.
Azzalea memilih menggunakan lift untuk menuju kelasnya. Berdasarkan ingatan sang pemilik tubuh, Azzalea menempati kelas 12 IPS 1.
Saat Azzalea memasuki kelas, Azzalea kembali di buat tercengang. Papan tulis yang ada di kelasnya bukanlah papan tulis manual yang di tulis menggunakan spidol, tetapi papan tulis digital, di mana papan tulis itu bisa di sentuh seperti kita menyentuh ponsel.
Beralih ke tempat duduk Azzalea menarik kursinya. Di kelas belum ada orang sama sekali. Memanfaatkan waktu yang masih sepi, Azzalea memutuskan untuk memakan bekalnya untuk sarapan.
Beberapa saat kemudian sekolah sudah mulai ramai, dan para murid sudah mulai berdatangan. Azzalea segera memasukkan kotak makannya ke dalam tas saat sudah selesai sarapan.
"L-lo Azzalea?" tanya salah satu siswi perempuan yang duduk di depan bangku Azzalea.
Azzalea menatap name tag gadis di depannya. Dia bernama Vivian. "Memangnya siapa lagi?"
Vivian menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Y-ya abisnya Lo beda banget. Gimana keadaan Lo, Udah sehat?"
"Seperti yang Lo lihat." kemudian kembali fokus ke ponsel.
"AZZALEA!"
Azzalea langsung tersentak kaget saat mendengar suara teriakan melengking yang memekakkan telinga.
"Azzalea ya ampun akhirnya Lo udah sembuh, maafin gue ya gak bisa jenguk Lo, Lo tau sendiri kan kalau gue ke tempat nenek gue yang lagi sakit di luar kota." ucap seorang gadis berambut pendek, dengan ekspresi wajah bersalah.
Azzalea mengernyitkan dahinya, ah dia ingat, pasti gadis ini bernama Camela Vernando, salah satu sahabat dekat Azzalea.
"Jujur gue kaget banget saat denger kabar kalau Lo jatuh dari rooftop... maafin gue juga yang gak bisa nemenin Lo disaat Lo lagi sakit," sahut gadis berambut pirang.
Azzalea menatap lamat wajah gadis ber name tag Yura Stephanie Marvel. "Apa Lo keturunan Belanda?" Azzalea mengabaikan ucapan Yura tadi.
Mela dan Yura saling pandang. "Lo kan udah tau kalau nyokap gue orang Belanda." balas Yura.
Mendengar itu Azzalea merutuki dirinya sendiri. "A-ah itu gue lupa."
"Gimana keadaan Lo? Udah sehat?" tanya Mela.
"Seperti yang Lo lihat."
"Gue lihat-lihat penampilan Lo beda dari biasanya, dan gue suka sama penampilan Lo sekarang." celetuk Yura yang sedari tadi mengamati Azzalea.
Azzalea hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan Yura.
"Nih gue bawain Lo oleh oleh dari Belanda," ucap Yura meletakkan paper bag di atas meja Azzalea.
KAMU SEDANG MEMBACA
She is Maudy [Hiatus]
Ficción GeneralQuenzha Maudy Raveena perempuan berusia sekitar 25 tahun. Perempuan cantik, cerdas, dan mandiri. Maudy adalah perempuan sukses dengan karirnya yang cemerlang di usia muda, tidak hanya itu Maudy juga pemilik sekaligus CEO di perusahaan yang sangat be...