tiga

54K 3.3K 51
                                    

.
















06: 42

Sean turun dari lantai atas ke bawah melihat ayahnya yg tengah berjalan ke arah pintu keluar jangan lupa dengan setelan Jas lengkap

"AYAH!!" teriak Sean ia melompat dari tangga ke tiga dan langsung berlari ke arah sang ayah tercinta

Jeffrey melihat itu sempat memegangi dadanya karena terkejut

"jangan berlari seperti itu Sean.." ingat Jeffrey

"hehe" Sean cuma cecengesan "Ayok berangkat, tapi kenapa ayah ga nunggu Sean sih?" Jeffrey terdiam sesaat

"Sean mau kemana udah ganteng gitu" ucap Vania yg kini mendekat ke arah anak-suaminya

"Sean mau sekolah lah mama gimana sih" Sedikit terkejut Jeffrey dan Vania saling memandang, menyadari keheningan itu Sean pun bertanya

"kenapa? Ada yg salah ya?"

Vania tersenyum "Sean ga mau homeschooling lagi ya?"

"ajg! Ni anak ternyata homeschooling! Kudu jawab apanih?!"

"iy-ya Sean bosan sekul nya di rumah mulu mama bolehin kan?"

"iya boleh, mau gimana lagi kamu kan homeschooling nya udah 5 bulan udah pasti bosan" ucap Jeffrey di angguki Vania

"tapi Sean harus kasih tau mama sama ayah kalo ada yg gangguin Sean di sekolah, dan mama ga mau lihat Sean pulang dengan luka² lagi seperti sebelumnya, ngerti kan!" tegas Vania

"tenang aja ma, ada Rio juga yg akan jagain Sean di sekolahnya" Final Jeffrey, Sean memeluk dan menciumi pipi Vania begitu juga sebaliknya, Sean berjalan keluar terlebih dahulu

Jeffrey menatap Vania dengan begitu berbinar, ia menginginkan sesuatu, Vania memutar bola matanya malas

"kenapa belum pergi?" tanya Vania

"aku juga mau kayak Sean tadi" ucap Jeffrey sedikit manja

"ga ada! Nih" Vania memberikan tangan kanannya, untuk membiarkan Jeffrey menyalim tangan Vania

Jeffrey mengangguk sedih ia menyalim tangan sang istri tercinta, Vania terkekeh pelan suaminya sungguh sangat penurut

"nanti kalo ga ada Rio sama Sean" ucap Vania, mendengar itu Jeffrey kembali bersemangat

"bener ya!"

"iya! Udah sana nanti Sean telat!"












Mobil Jeffrey berhenti tepat di depan pagar Sekolah yg bertuliskan SMA BLUEBLOOD

Sean keluar dari dalam mobil, semua atensi tertuju padanya saat para siswa memasuki sekolah mereka

"bye Ayah!" Sean malambaikan tangannya

"anjg tu anak masih berani nongolin muka nya, ga malu apa?"

"itu Sean kan? Di anter sama siapa tuh!?"

"cih itu palingan om-om yg bayar dia"

"di bayar berapa sih sampe mau sana-sini!"

"jijik banget jadi cowo!"

"sok-an polos ternyata lebih!!"

Sialan orang² berbisik tentangnya, tapi ketidak pedulian Sean jauh lebih besar, jadi dia anteng² aja

Sean celingak-celinguk sepanjang lorong, ia tak tau di mana kelasnya berada ingin sekali bertanya pada sesama mereka tapi sayangnya setiap ia mendekat ke arah mereka, semuanya justru menatap sinis dan tidak suka ke arah Sean setelahnya mereka pergi

"apasih sebenarnya ni bocah lakuin sampe² satu sekolah benci ama dia?"

"jack! James! Kasih info dong!" gumamnya, karena kesabaran Sean setipis tissue di bagi dua trus kena air, dan jadinya makin tipis

"BABI LU SATU SEKOLAHHH!! GW CUMAN PENGEN TAU DI MANA KELAS GW ANJGG!!" Sean berteriak sekencang mungkin, perhatian para siswa tertuju padanya, ada sebagian siswa yg heran dengan perlakuan Sean dan ada yg menganggap jika Sean telah menjadi 'Gila'

"ekhem!" seorang terbatuk di belakangnya, karena masih emosi jadi nada bicara Sean menjadi tinggi

"APA SIH!!" bentak Sean, ia berbalik ternyata seorang pria dengan tanda kepangkatan jabatan OSIS yg ada di lengan kirinya

Menatap Sean yg lebih pendek, alisnya terangkat satu seperti bertanya dan membutuhkan penjelasan

Sean berdecih "sok ganteng banget" gumamnya namun pria itu masih dapat mendengarnya Sean pergi dari hadapannya

"lo ga mau nanya ke gw gitu, cuma gw lo yg berani deketin lu!" teriak ketos itu, langkah Sean terhenti, ia masih butuh informasi

Kini Sean menatap pria yg lebih tinggi darinya dengan acuh

[information received]

Vano Anggara, Vano adalah Ketua OSIS di SMA BLUEBLOOD percaya diri dengan kegantengannya, usia 19 tahun pernah tinggal kelas, mempunyai sifat tanggung jawab, percaya diri, dan mandiri. Tinggi 178 cm, punya seseorang yg di taksir tapi telah memiliki pacar. Sekarang ia kelas 3 SMA mengambil jurusan IPA

[Save or not?]

"hapus aja ga guna!"

[has been deleted]

"jadi?" Vano menaik turunkan alisnya, Sean memutar bola matanya malas

"kelas gw di mana?" ketus Sean, alis Vano sedikit mengkerut, apa Sean hilang ingatan? Kenapa dia ga tau kelasnya di mana? Sudahlah, mungkin Sean lagi CCP Sama dia kan?

Di perjalanan menuju ruang kelas Vano yg memimpin jalan tak ada yg berbicara, lebih tepatnya Sean tengah hanyut dalam pikirannya  karena tengah berdebat dengan Jack juga James

"udah sampai lo kelas XII MIPA III" ucap Vano, Sean mengangguk kemudian masuk "bilang makasih kek!" Vano sedikit berteriak

Sean berbalik dan tersenyum memperlihatkan gigi putihnya, Vano tertegun sejenak jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya

"sama-sama!" Sean melambaikan tangannya







Sean berjalan ke arah tempat duduknya yg tak tau di mana, seluruh kelas yg tadinya riuh menjadi diam setelah Sean masuk tadi, mereka menatap Sean dengan tak suka

Sean berjalan ke belakang ke arah kursi pojokan di dekat jendela dengan banyak sekali coretan, dapat di tebak jika itu adalah kursi dari 'Sean' yg dulu sebelum dia

Dengan santai nya ia menukar kursi di samping meja nya tapi tangannya langsung di cekal oleh satu siswa cowo

"ngapain lo?" tanya dia, Sean memutar bola matanya malas, orang satu ini buta kah?

"buta ya?" ucap Sean dengan ketus, ia menarik paksa kursi yg di pegangnya tadi dan menukarnya dengan tempat duduk miliknya yg kotor dengan bekas tumpahan minuman juga coretan

Sean melihat ekspresi orang itu juga seisi kelas yg nampak terkejut, Sean bodo amat kalo 'Sean' dulu itu lembut + baik tapi karna sifatnya yg seperti itu makanya ia di bully habis-habisan, dia ga mau lah

"ohh, mau jadi sok jagoan ya" orang itu jambak rambut Sean, Sean merintih kesakitan, tak ada yg berniat membantu justru sebaliknya malah ia di tertawakan

"ahahah emang enak!"

"rasain tuh jambak!"

"cuih sok jago lagi, badan kicik juga!"

"tapi kok Sean berubah?"

Orang itu menghempaskan tubuh Sean ke lantai, memukul wajah Sean dan menendang perutnya cukup kuat

"akh!!"

"jangan pernah ngebantah gw!!"

                  
      

Next?

Transmigrasi Baby Boy [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang