Tanganku segera kuturunkan dari dahinya kemudian kakiku otomatis melangkah mundur yang membuat pegangan tangan Derren pada pinggangku terlepas begitu saja. Kepalaku menoleh ke sisi kanan kiri lalu aku memutar tubuh memastikan suara siapa yang kudengar tadi.
Aku tidak mungkin salah dengar. Namun, tidak ada siapa-siapa di sini sekarang selain aku dengan pria di depanku ini.
"Apa yang kau cari?" Derren bertanya.
"Hmm... apa tadi Anne ke sini?" Aku balik bertanya karena masih penasaran suara siapa tadi.
"Tidak." Lalu tangannya bersedekap dan mengalihkan pandangan. "Apa yang kau tanyakan adalah dia?" lanjutnya.
Aku menautkan alisku bingung. "Siapa?"
Derren berbalik arah. "Aku tidak punya banyak waktu untuk selalu mengurusi tingkah anehmu itu, Camilla." Ia melangkahkan kakinya dan berlalu meninggalkan aku dengan kebingunganku sendiri.
Aku masih terpaku memikirkan suara yang tadi mengatakan sesuatu adalah miliknya. Leherku meremang memikirkan itu, apakah itu bukan manusia?
"Camilla!" Seruan seseorang membuat diriku terjingkat dan langsung mencari arah sumber suara.
Terlihat pria bersurai sama denganku itu mendatangiku dengan langkah tergesa dan raut khawatir tercetak di wajahnya.
"Ada apa sebenarnya? Aku tadi mendengar suamimu itu meneriaki seseorang. Saat kulihat ternyata kau sudah ditarik olehnya sampai ke sini," ungkapnya khawatir.
"Tidak ada. Aku pun juga bingung kenapa dia marah-marah padaku hanya karna aku ke tempat latihannya tadi itu," jawabku.
"Oh, benarkah?"
Aku hanya mengendikkan bahu.
"Sebenarnya kenapa kau ke sini, Austin?" Aku menatapnya menyelidik. Aku juga baru sadar jika pria ini bernama Austin saat Hugo menyapanya tadi. Dan pria ini lah yang dimaksud oleh Derren yang ingin menemuiku kemarin. Mungkinkah ada hal yang sangat penting sehingga ia sampai kembali ke sini lagi setelah kemarin tidak bisa menemuiku?
"Aku ingin melihat keadaanmu," jawabnya. Aku menautkan alisku bingung. Apakah saudara laki-laki bisa mengkhawatirkan saudarinya sampai harus menemui di rumah suaminya seperti ini hanya karena ingin melihat keadaannya saja? Aku tidak punya kakak ataupun adik laki-laki di kehidupanku dulu, jadi aku tidak tahu menahu perihal seperti ini.
"Hanya itu?"
"Tidak juga. Aku juga akan menemui Derren karena ayah telah mengutusku untuk menyampaikan sesuatu kepadanya," jawabnya. "Aku akan menemuinya sekarang karena setelah itu ada urusan lain yang harus kuselesaikan juga. Jadi, ayo kuantar kau ke kamarmu lalu aku akan menemui Derren setelah itu!" Aku mengangguk dan ber oh ria.
Austin menggiringku bersamanya menuju kamarku. Aku hanya menurut saja kali ini.
***
Tanganku mengupas jeruk yang sudah tersedia di piring buah yang kuperhatikan buah di sini selalu berganti jenisnya setiap harinya.
"Nona?" panggil Anne. Aku mengalihkan perhatianku pada Anne yang kulihat ia masih melakukan kegiatan yang sama sejak tadi.
"Apa?"
"Apa Nona hari ini tidak ingin membeli gaun?" Ia bertanya. Aku mengerutkan dahiku bingung.
"Hah? Untuk apa?" Aku bertanya bingung.
Aku melebarkan mataku terlintas hal yang sedari pagi tadi membuatku harus maraton mengitari kediaman karena mencari Derren. Jadi, belum sempat Anne menjawab pertanyaanku yang sebelumnya dengan kebiasaan menyela ucapan seseorang aku langsung menginterupsinya dengan perintahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Duchess Louis
Historical Fiction"Tentu saja suami nona, Duke Louis. Dan kerajaan Balethiva tentunya. Lalu saya Anne, pelayan nona sejak kecil dan kenapa nona malah menanyakan hal sudah nona ketahui?! Lalu saya tidak mengenal Lisa, apakah ia pelayan baru nona?" jelasnya frustasi. *...