"Tunggulah di sini! Aku akan memberikan surat ini kepada Asher," ucap wanita itu pada wanita lain yang berdiri di sampingnya.
Penampilan mereka sungguh menunjukkan perbedaan yang kentara. Wanita yang pertama bergaun merah bata dengan berbagai pernak-pernik sebagai hiasan dan di kepalanya bertengger mahkota permata ruby, tapi yang satunya lagi hanya gaun biasa, corak biasa, bahkan gaunnya serupa dengan beberapa orang lain yang berlalu lalang membawa nampan ataupun alat kebersihan lainnya di istana ini.
Wanita yang bergaun biasa itu mengangguk sebagai jawaban atas perintah majikannya tadi.
Wanita bergaun biasa itu adalah Charlotte. Pemeran utama wanita dalam cerita ini.
Memang terkadang mendapatkan peran utama dalam sebuah cerita tidak berarti semua harus memiliki kehidupan impian yang indah. Yah, lihatlah dia! Charlotte hanya seorang pelayan biasa yang bekerja di istana megah ini.
Setidaknya sekarang ia harus merasa lebih bahagia karena bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarganya di rumah dengan gaji lumayan yang didapatnya dari bekerja sebagai pelayan pribadi seorang ratu dari kerajaan ini.
Ratu sudah berbaik hati padanya memberikan dan mempercayakan pekerjaan itu padanya meskipun mereka baru beberapa bulan ini bertemu.
Tepatnya, Sang ratu menemukan Charlotte di sebuah penginapan tempatnya bekerja dulu dalam keadaan yang menyedihkan. Meskipun Charlotte sudah bekerja mati-matian di rumah singgah itu sebagai pelayan pengantar, bahkan pembantu yang menggosok lantai pun tetap saja majikan jahat di sana menganggap ia tidak becus dalam pekerjaannya. Dan gaji yang di dapatnya pun tak cukup untuk kebutuhan makan Ibunya yang sedang sakit dan adiknya yang masih kecil.
Saat itu, Sang raja-Asher dan ratunya tengah singgah di tempat itu setelah melakukan perjalanan dari jauh. Dengan rasa ibanya, ratu kemudian membawa Charlotte ke istana dan dipekerjakan sebagai pelayan pribadi. Tentu ia merasa senang, kehidupannya dapat lebih baik dari yang sebelumnya.
Charlotte tersenyum saat melirik dari pintu yang terbuka menampakkan punggung wanita yang sedang berbincang hangat dengan suaminya di sana. Ia harus banyak berterima kasih pada wanita yang berhati lembut itu.
Namun, tunggu! Senyum itu, harus dilihat lebih dekat. Itu bukanlah senyum ketulusan yang harusnya ia berikan pada Sang ratu, tapi ada maksud lain di dalamnya.
Saat majikannya selesai dengan urusannya, Charlotte pun kembali mengekori Sang ratu kemanapun ia pergi.
Sang ratu duduk di bangku yang ada di taman bunga mawar kesukannya. Tangannya membawa jarum dan benang untuk mengisi wakti senggang. Charlotte pun dengan inisiatifnya mengatakan jika akan mengambil camilan yang akan menemani kegiatan menyulam majikannya itu.
Namun, saat kembali Charlotte tidak sendiri. Di sisi kanannya terdapat seorang pria yang memegang lengannya erat sampai membuat dirinya meringis kesakitan. Tak jarang Charlotte menyumpah serapahi pria yang mencekalnya erat itu sambil memberontak minta dilepaskan.
Sang ratu mengernyitkan dahi menatap pemandangan itu. "Jadi itu benar? Kau menghianatiku, Charlotte?"
Charlotte menyeringai tapi kemudian ia lenyapkan seringainya ganti dengan raut sedih yang dibuat. "Tidak, Ratu! Saya tidak bersalah! Saya... saya hanya sedang menyeduh teh itu untukmu saja, bukan untuk yang lainnya! Dan itu tidak akan membuat Anda mati!" jerit Charlotte membela diri tapi kemudian tertawa sumbang.
Ratu tersenyum miring. "Kau berniat meracuniku tapi tidak akan membuatku mati? Lalu apa maksudmu?"
Charlotte menghela napas kasar, lalu menatap Ratu tepat pada matanya. "Iya, karena... karena aku ingin kau sekarat, yah, itu yang kuinginkan!" Charlotte mulai berteriak berang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Duchess Louis
Historical Fiction"Tentu saja suami nona, Duke Louis. Dan kerajaan Balethiva tentunya. Lalu saya Anne, pelayan nona sejak kecil dan kenapa nona malah menanyakan hal sudah nona ketahui?! Lalu saya tidak mengenal Lisa, apakah ia pelayan baru nona?" jelasnya frustasi. *...