"Aku tahu kebenarannya."
Mataku seketika membelalak terkejut dengan kalimat yang barusan Derren lontarkan.
Kebenaran apa?
Dan yang terlintas pertama kali dipikiranku, bahwa yang dimaksud Derren tadi adalah kebenaran tentang aku? Tentang bahwa aku bukanlah pemilik asli tubuh ini?
Kemungkinan-kemungkin buruk yang bisa saja terjadi mulai meringsek masuk ke dalam pikiranku.
Bagaimana dengan nasibku sekarang bila yang dimaksud Derren adalah tentang hal itu? Tapi darimana pria itu bisa tahu hal ini, sedangkan aku sangat merahasiakannya?
Skenario buruk mulai terbentuk dengan alur menyedihkan dan akhir yang sangat buruk, bahwa tuduhan yang tidak kulakukan sama sekali akan menyerangku dengan perantara pria di hadapanku ini.
Dengan bersimpuh di depan dewan keadilan kerajaan, lalu pasti akan dibacakan tuduhan itu bahwa aku telah menyingkirkan jiwa asli tubuh ini—Camilla dan dianggap telah melakukan kegiatan sihir hitam kepada seseorang, terlebih dia adalah bangsawan terpandang. Dan jelas, peraturan kerajaan mengatakan bahwa sihir hitam sangat dilarang ada di wilayah Balethiva.
Jadi kesimpulan akhir hidupku bukan hanya penjara tapi lebih buruk lagi adalah berakhir di tiang gantungan.
Tapi... tidak mungkin jika aku nanti akan dihukum mati oleh pihak kerajaan, pasti keluarga Camilla tidak setuju akan hal itu. Berarti yang dihukum disini bukanlah raga Camilla, tapi jiwa yang ada didalamnya, yaitu aku!
Apakah nanti jiwaku akan dipaksa keluar dan dibuang ke alam roh karena tuduhan yang tidak kulakukan?! Karena tidak mungkin diriku memasuki raga seseorang dengan sengaja dan tanpa alasan yang jelas lalu malah menelantarkan tubuhku sendiri. Aku tidak bodoh hingga nekat melakukan hal seperti itu, oke!
Detak jantungku serasa berdenyut lebih cepat. Aku takut jika itu sampai terjadi sebelum aku bisa kembali ke dunia dan tubuh asliku di sana.
Sedangkan pandangan Derren masih tertuju padaku yang tetap menatapku intens sejak tadi.
Menghembuskan napas. "A-apa maksudmu? Kebenaran apa yang kau maksud?"
Derren semakin mendekat padaku sehingga membuatku terduduk di pinggiran ranjang. Aku membelalak saat pria itu ikut menundukkan tubuhnya dan meletakkan kedua tanggannya ke sisi kanan serta kiriku sehingga mengunci pergerakanku. Diriku otomatis sedikit menarik tubuh kebelakang agar tetap berjarak dengan tubuh tanpa pakaian atasnya itu.
Pria ini sungguh meresahkan.
"Kebenaran bahwa ada sesuatu yang kau sembunyikan," ucapnya.
Apa sekarang aku bisa bernapas lega? Derren belum tahu hal itu, hanya saja berarti ia sudah merasakan perbedaan antara diriku dan Camilla sepertinya.
"Aku melihatnya di sana." Pria itu melanjutkan ucapannya.
Aku menoleh ke kanan lalu ke kiri. "Di sana, mana? Aku tidak melihatnya," tanyaku bingung.
Pria itu tidak menjawabnya. Selalu saja begitu dan aku pun tidak perlu tersinggung dengan kebiasaannya yang satu itu.
"Apa yang kau sembunyikan dariku? Tidak perlu mengalihkan pembicaraan!" tegasnya lagi membuat diriku tersentak dan menatapnya lagi.
Aku meliarkan bola mata ke arah samping. "Aku tidak menyembunyikan apapun darimu. Aku tidak punya rahasia apapun!" ucapku meyakinkannya. "Tapi..."
Kulihat alisnya terangkat sebelah menunggu ucapanku yang memang sengaja kugantung dan agar lebih menyakinkan pria di depanku ini aku tersenyum manis dan entah keberanian darimana lenganku terangkat lalu mengalung dilehernya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Duchess Louis
Historical Fiction"Tentu saja suami nona, Duke Louis. Dan kerajaan Balethiva tentunya. Lalu saya Anne, pelayan nona sejak kecil dan kenapa nona malah menanyakan hal sudah nona ketahui?! Lalu saya tidak mengenal Lisa, apakah ia pelayan baru nona?" jelasnya frustasi. *...