4

7.3K 478 1
                                    

Hari sudah menjelang malam, tetapi Derren belum juga selesai dengan urusannya dengan raja Arthur. Diriku sudah bosan berada di kamar itu dan sekarang memutuskan untuk berjalan-jalan saja disekitaran kediaman ini. Memang agak menyeramkan sebenarnya, karena penerangan di setiap lorong hanya mengandalkan cahaya obor.

"Nona, bagaimana jika nanti duke sudah selesai dengan urusannya lalu khawatir dan mencari nona karena tidak ada di dalam kamar!?" ucap Anne di belakangku, karena dia sedari tadi memang mengekoriku padahal aku juga tidak tahu tujuanku akan kemana.

Tentang percakapanku dengan Anne beberapa saat lalu perihal putra mahkota, aku tidak bertanya lebih lanjut. Sebenarnya jiwa kepoku memberontak ingin tahu, tetapi seingatku nama Camilla tidak ada kaitannya dengan putra mahkota sama sekali.

Diriku juga tidak mau sampai berurusan dengan putra mahkota, aku tidak ingin mengacau alur novel yang telah susah payah dibuat oleh penulis. Selain itu, biasanya di dalam novel yang bertema kerajaan seperti ini orang tidak sungkan membunuh sesamanya hanya karena hal selepe. Iiihh... seremm!

Jadi kesimpulannya aku bodo amat dengan riwayat hidup putra mahkota itu ataupun tokoh lain yang berpengaruh dalam novel My Charlotte ini. Yang penting hidupku sudah terjamin karena Derren adalah bangsawan terpandang juga kaya, aku hanya akan memanfaatkan posisiku ini dan belajar menjadi istri yang baik. Namun, itu hanya sementara saja.

Aku juga tidak akan berpikir untuk merepoti hidupku dengan kabur dari Derren atau memilih pergi dan menanggalkan gelar duchess Louis padaku. Karena aku berniat untuk menikmati hidup enak disini sebelum kembali ke kehidupanku yang dulu di bumi. Dan tentunya aku harus segera mencari tahu cara untuk keluar dari dunia antah berantah ini.

Mendengus lalu menghentikan langkahku. "Kau cerewet sekali, Anne!"

"Dan tidak mungkin Derren mencariku, dia tidak sepeduli itu denganku!" lanjutku sedikit menoleh kesamping. Aku menyimpulkannya seperti itu karena setahuku memang itulah kenyataannya.

"Camilla!"

Kepalaku otomatis mengarah ke depan pada seorang yang memanggilku tadi, ia berjalan menuju tempatku berdiri dengan langkah lebarnya. Wajahnya tidak terlalu jelas karena memang suasananya remang-remang, tapi aku bisa menyimpulkan bahwa ia adalah seorang pria.

"Camilla. Kau disini?" Pria itu bertanya padaku, aku mendongak menatapnya karena dia memang cukup tinggi. Ugh, ini sebenarnya aku yang pendek atau dia yang terlalu tinggi?!

"Oh, apa kau bersama duke Louis?" tanyanya lagi. Aku hanya diam masih memperhatikannya.

Meskipun dengan cahaya minim tapi aku bisa melihat jelas pria itu, surainya pirang dan wajahnya itu sangat tampan dan menggemaskan, imut sekalii... dengan netra biru gelap, tulang hidung tinggi ditambah bibirnya agak tipis berwarna merah muda pucat. Oh, dan satu lagi, pria itu punya lesung pipit. Aku mungkin berpikir akan menculiknya lalu kubawa bersamaku saat pulang ke bumi.

Tapi-tapi... dia tidak lebih tampan dari Derren. Hanya saja pria di hadapanku ini punya mimik wajah protagonis bukan seperti Derren yang antagonis. Dan sepertinya dia lebih muda dariku—Camilla lebih tepatnya.

"Yah, aku disini. Dan kesini bersama Derren," jawabku. Ia hanya manggut-manggut menanggapi.

"Dan kau—eh maaf, anda siapa, ya?" Untung diriku meralat ucapanku. Siapa tahu dia orang penting di kerajaan, aku tidak mau membuat masalah disini atau malah diriku bisa dihukum lebih parahnya kepalaku bisa ditebas ditempat. Ugh, itu mengerikan!

"Apa yang kau katakan? Tentu saja aku Asher, tidak mungkin kau tiba-tiba lupa padaku!" katanya dengan nada kesal.

"Asher siapa? Sok kenal sekali!" Tapi aku menelan kembali kalimat itu. Aku merasa jadi orang bodoh disini. Mungkin Camilla si duchess mengenalnya, tapi aku tidak!

Akhirnya aku sedikit menoleh kesamping hendak meminta bantuan pada Anne tentang siapa pria yang katanya bernama Asher ini.

"Camilla!" Belum sempat melirik Anne, tetapi suara berat tiba-tiba menginterupsi, tetapi itu bukan Asher.

"Aku mencarimu sedari tadi!" suara itu bersamaan dengan Derren yang datang dari arah belakangku lalu berdiri tepat disisi kiriku dan menatapku kesal.

"Putra mahkota Asher. Maafkan saya karena tidak memerhatikan keberadaan anda," ucap Derren sekaligus membuat mataku membelalak terkejut.

Asher, adalah putra mahkota itu. Pemeran utama laki-laki dalam novel ini. Camilla mengenalnya, karena pria di depanku itu mengatakan bahwa dia jelas mengenal tokoh Camilla. Tapi kenapa aku tidak tahu jika tokoh Camilla punya hububgan dekat dengan pemeran utama itu.

""Ah, tidak masalah duke Louis. Saya paham karena sepertinya duke sedang sangat mengkhawatirkan istri anda." Asher terkekeh setelah mengucapkan kalimat itu.

Tetapi kenapa dengan ekspresi Derren, pria itu terlihat menatap nyalang Asher dengan sedikit senyum menanggapi sang putra mahkota.

"Kita akan kembali ke Lamelia malam ini. Jadi bersiaplah!" ucap Derren padaku.

"Hah, kenapa? Bukannya kita akan bermalam disini? Ini sudah malam, setidaknya pulang besok pagi saja saat matahari sudah muncul!" protesku. Yah, aku masih ingin disini. Selain itu karena aku takut jika harus melakukan perjalanan berjam-jam dalam kereta sendirian dan gelap pula.

"Tidak." Ucapan Derren mengalahkanku telak.

"Yah, Camilla benar. Bukannya Yang Mulia raja telah menyiapkan kediaman untuk duke bermalam disini?" Asher ikut menimpali dan aku mengangguk semangat sangat setuju dengannya.

"Mohon maaf putra mahkota. Saya sudah mengatakan pada Yang Mulia raja bahwa besok ada hal mendesak harus dikerjakan sehingga tidak dapat bermalam disini, jadi malam ini saya pulang agar cepat sampai di Lamelia," jelas Derren mantap.

"Ah, begitu rupanya," ujar Asher menanggapi.

"Baiklah. Kami izin untuk undur diri putra mahkota, selamat malam!" pungkas Derren. Setelah diberi anggukan singkat oleh Asher lalu Derren berbalik seraya menarikku dengan genggaman tangannya padaku.

***

"Derren, aku tidak mau pulang!" Aku masih saja merengek padanya berharap ia akan luluh dengan ekspresi melas istri imutnya ini.

"Terserah jika kau ingin tetap disini. Aku akan pulang ke Lamelia."

"Ishh, kok gitu sih!" kesalku memberengut. Ia hanya memalingkan wajahnya dariku. Benar-benar tanganku gatal ingin kutonjok wajah tampannya itu!

Aku menarik lengan pria itu sehingga ia urung menaiki kuda hitamnya. "Sebenarnya—sebenarnya... "

Derren menatapku tajam karena diriku tidak kunjung menyelesaikan ucapanku. Yah, itu karena aku malu tahu!

"Sebenarnya aku takut jika harus duduk di kereta sendirian. Tadi aku sudah mengajak Anne untuk duduk bersamaku, tapi dia tidak mau karena katanya pelayan ridak diperbolehkan duduk di kereta majikannya." Aku menggigit bibirku menunggu apa yang akan ia jawab nantinya.

Aku melihat alisnya terangkat sebelah sebelum berkata, "menyusahkan!" Aku mendelik seketika.

"Baiklah. Kita akan menunggang kuda saja!" ucapnya. Aku malah lebih membelalakan mataku.

"Apa?!" Derren menatapku kesal dengan teriakan spontanku itu. Yang benar saja!

"Ak—aku tidak bisa menaiki kuda!" Aku mengaku akhirnya. Derren kembali mengangkat sebelah alisnya.

"Kita akan berkuda bersama. Tidak mungkin aku membiarkan kau menunggang sendiri dengan memakai gaun lebar seperti itu, juga tidak ada kuda lebih yang dibawa." Aku menghela napasku lega.

"Cepatlah naik, atau kau ingin kutinggal saja jadi bebanku akan berkurang."

Sialan!

***

Bersambung...

with luv♡
(づ ̄ ³ ̄)づ

Duchess LouisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang