14

5.1K 355 2
                                    

Wanita berambut merah yang ternyata baru kutahu namanya adalah Lady Cecilia putri Marquess of Dawne yang merupakan bangsawan penting penunjang kerajaan dengan tanah yang sangat subur di wilayahnya dan diberi kepercayaan untuk menjaga wilayah perbatasan. Pantas saja, banyak wanita-wanita bangsawan lain yang juga ingin dekat dengannya walaupun hanya sekedar untuk mencari keuntungan mereka sendiri karena mendekati putri bangsawan kaya.

Jadi, karena itu diriku terselamatkan dari pembicaraan sangat tidak jelas dari Lady berambut merah menyala itu saat beberapa temannya menghampirinya lalu mengajaknya entah kemana. Aku hanya menangangguk senang ketika ia merasa tidak enak harus meninggalkan diriku sendiri di sini karena memang aku sudah pasti menolak ajakan mereka itu.

Aku di sini hanya mencari aman saja dengan tidak berbuat yang aneh-aneh ataupun bargaul dengan wanita-wanita yang bermuka dua seperti mereka itu.

Kembali ke sini, musik yang mengalun membuat diriku kesekian kalinya menguap. Tidak ada nada dari lagunya yang bisa menambah semangat seperti pesta-pesta pada umumnya. Yah, tapi yang kumaksud itu dikehidupan nomalku dulu sebelum nyawaku tersasar di dunia novel.

Namun, untungnya pesta untuk merayakan pertunangan Putra Mahkota itu sudah berakhir beberapa saat lalu, tapi tanpa bisa melihat lebih jelas para tokoh utama di novel My Charlotte ini karena memang Derren dengan sifat dominannya tidak mau mengajakku untuk menyapa mereka. Agaknya aku merasa sedikit kecewa tapi disisi lain juga senang karena akhirnya aku bisa mengistirahatkan tubuh yang terasa pegal sebab pesta itu berakhir saat tengah malam, atau mungkin lebih.

Kakiku melangkah mendahului pria di belakangku itu untuk menuju kamar yang sudah disediakan untuk tamu kerajaan yang ingin menginap. Lalu pintu kamar kubuka lebar dan langsung melangkah masuk tanpa permisi karena memang tidak ada siapa-siapa di sana. Kemudian diriku menghempaskan tubuh secara asal ke atas kasur. Aku bersyukur karena kualitas ranjang ini memang sangat baik karena goncangan hebat akibat ulahku—yang tidak mencerminkan wanita bangsawan sama sekali tidak mematahkan kerangka ranjang.

Aku juga sudah lupa kapan terakhir kalinya dalam beberapa hari ini diriku terlihat anggun saat di depan Derren. Karena pria itu juga tidak mempermasalahkannya karena menurutku ia tipe pria yang cuek dan tidak peka, jadi dengan senang hati aku tidak perlu bersandiwara menjadi wanita bangsawan yang anggun dan yang perilakunya lemah lembut.

"Di mana Anne? Kenapa menutup pintunya? Biarkan dia masuk! Anne harus membantuku melepas gaun berat ini dan semua perhiasan yang menempeli tubuhku ini." Bangun dari rebah  mataku menatap Derren.

"Tidak tahu," dengan sangat menyebalkan mulutnya hanya menjawab itu.

"Kan tadi dia ada di belakangku! Aku tadi sudah memintanya membantuku. Jadi, buka pintunya lagi, suruh dia masuk!" ulangku bersungut.

"Aku sedang sibuk. Buka saja sendiri!" jawabnya santai sambil berjalan menuju sofa dengan tangannya melepas kancing atas kemejanya.

Alisku menukik. "Bangsat!" Mulutku mulai komat-kamit gatal ingin sekali mengumpatinya secara langsung, tapi apa daya jadi aku mengumpat lirih saja yang penting aku sudah menuntaskan niatku pada pria yang sedang duduk santai di sofa itu.

"Kau mengatakan sesuatu?"

"Tidak!" ketusku.

Dengan perasaan dongkol aku turun dari ranjang lalu melangkah dengan kaki menghentak dan membuka pintu dengan kasar. "Anne, masuklah! Bantu aku melepas gaun dan semua perhiasan ini!" ucapku memerintah pada wanita itu yang ternyata setia berada di depan pintu kamar. Mungkin ia tahu jika nantinya aku akan memanggilnya jadi ia tak beranjak dari sana.

Dengan menarik tangannya aku menyuruhnya masuk. Lalu mataku mengarah pada Derren. "Aku mau berganti pakaian, keluarlah dulu!"

Netra gelapnya langsung terarah padaku, alisnya terangkat sebelah. "Kenapa aku harus keluar?"

Duchess LouisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang