Memberi sedikit pelajaran untuk anak-anak nakal

271 16 1
                                    

"Eh?"

Wanita itu tertegun, menoleh ke kiri dan ke kanan, tapi tidak ada satupun seseorang yang ada di sana.

"Apa Aku berhalusinasi?" Tanya wanita itu pada dirinya sendiri. "Ya... itu mungkin saja dengan pekerjaan yang aku lakukan selama seminggu ini." Wanita itu menghela nafas.

Saat wanita itu meragukan kewarasannya, suara kecil dan lembut muncul sekali lagi di benaknya.

[Ibu?]

"Siapa itu?!"

Wanita itu menoleh sekali lagi, tetapi tetap sama, tidak ada seorang pun di sekitarnya. Menarik pandangan, wanita itu menatap wajah bayi itu, dan kemudian dia mengetahui sesuatu yang luar biasa saat bayi itu menggerakkan mulut kecilnya.

"Ibu?" Kata bayi itu dengan lembut dan pelan yang bisa didengar.

"Ara~?"

Detik berikutnya, keterkejutannya itu benar-benar hilang, dan hanya senyuman lembut muncul dari bibir wanita itu.

"Wahhh.. berapa umurmu jika bisa berbicara seperti ini?" Kata wanita itu dengan bercanda.

Bayi itu mengulurkan tangannya, membentuk angka nol dengan jari telunjuk dan ibu jarinya, yang membuat wanita itu tertegun sekali lagi.

Wanita itu tidak ketakutan, tetapi hanya kekaguman yang tertulis di wajahnya.

....

Beberapa tahun kemudian.

Di taman bermain.

Siang hari, waktu dimana taman dipenuhi anak-anak SD yang bermain dengan penuh semangat. Ada berbagai macam permainan di taman itu seperti kolam pasir, ayunan, seluncur, dan sebagainya.

Setiap permainan dipenuhi anak-anak yang bermain dengan riang tanpa mempedulikan hal lain.

Anak-anak SD itu kemudian berkumpul untuk memainkan game petak umpat. Semuanya ikut kecuali satu anak laki-laki, yang terlihat bosan, sendirian berjongkok di sudut taman.

Berjongkok, anak laki-laki itu mengulurkan tangannya dan bermain dengan sesuatu yang ada di depannya.

"Ne Ne, apa yang kamu lakukan?"

Tiba-tiba Suara manis dan cerah memanggil anak laki-laki itu.

Anak laki-laki itu tidak akan mengira ada yang akan memanggilnya, dia melihat ke samping, dan menemukan seorang gadis kecil ikut berjongkok di sampingnya.

"Kenapa kamu tidak ikut bermain?" Tidak ada apapun yang bisa dilihat, gadis kecil itu menatap anak laki-laki itu dengan bingung. "Apa yang kamu lakukan di sini? Apakah ada sesuatu yang menyenangkan?"

Memiringkan kepalanya, anak laki-laki itu menjawab dengan lambat. "Semut."

"Semut?"

Anak laki-laki itu mengangguk, lalu menarik pandangannya, dan kemudian menatap seekor semut. Dengan dua antenanya, semut itu mengindetifikasi rempah roti yang anak laki-laki itu jatuhkan sebelum semut itu pergi.

Ketika semut itu pergi, anak itu laki-laki itu mengambil rempah roti itu.

Tidak butuh waktu lama, semut itu kembali dengan membawa beberapa semut, yang berbaris mengikutinya, yang kemudian berakhir terdiam karena rempah roti itu sudah tidak ada.

"Lihat, semut itu dikucilkan dari kelompoknya." Kata anak laki-laki itu, menggelengkan kepalanya dengan kasihan.

"Wuu!" Gadis kecil itu tidak senang, dan dia bertanya dengan marah, "Apa yang kamu lakukan? Apakah kamu anak nakal?!"

My Easy Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang