"Terimakasih atas kerja kerasnya." Suara lembut dan manis terdengar, "Aku melihat teh mu habis, jadi aku membuatkan untuk mu. Silahkan di minum."
Kusuo terdiam, melihat ke arah Nino yang tiba-tiba bergabung. Nino duduk di sebelah Itsuki dengan tampang manis.
Melihat tatapan aneh Kusuo, Nino berpura-pura bingung dan bertanya dengan polos, "Ada apa? Apa Oosuki tidak suka teh hitam?"
Kau pikir semua orang bodoh? Sebelumnya galak dan pemarah, tapi sekarang tiba-tiba baik dan lembut, tentu saja orang akan curiga!
"Tidak suka." Kusuo mendorong cangkir teh itu. "Lebih enak jika itu teh susu atau kopi susu."
Alis Nino sedikit berkedut, tetapi dia tetap mempertahankan ekspresinya. "Oh, maafkan Aku. Tapi Aku sudah membuatnya. Sangat sayang jika tidak di minum."
Kusuo menarik pandangannya dan menatap teh itu.
(Jika bersikeras, ayo bermain)
Di bawah tatapan Nino, Kusuo meminum teh itu. Kemudian, dari sudut pandangnya, dia melihat Nino tersenyum menatap ke arahnya.
(Rasakan itu, dan selamat tinggal) Adalah apa yang Kusuo dengar di pikiran Nino.
Nino menyangga dagunya dengan tangan kanannya, bersenandung, dan menunggu. Wajahnya penuh dengan kemenangan.
(Ayo kita lihat)
Saat berikutnya, Kusuo terbatuk. Dia mengangkat tangannya untuk menutupi mulutnya, dan ketika melihat ke telapak tangannya, ada noda merah yang menghiasi.
Tidak lama setelah itu, hidung Kusuo mengeluarkan darah yang menetes tanpa henti. Ini adalah salah satu kemampuan cenayang-nya, yaitu dapat melakukan apapun ke tubuhnya, baik itu menumbuhkan anggota baru maupun memelintir sendinya dengan bebas.
"O-oosuki-san!" Melihat wajah bagian bawah Kusuo penuh darah, Yotsuba berteriak dengan panik, "A-apa yang terjadi?!"
"H-hei, Yotsuba, cepat ambil tisu di lemari." Rambut di atas kepala Itsuki menegang, dan dia bergegas ke sisi Kusuo.
Mengangkat tangannya, Itsuki menutup hidung Kusuo dan menekannya dengan cemas. "Oosuki-san, sandarkan saja punggung mu dulu. Aku akan memanggil ambulan."
Tiba-tiba rasa bersalah memenuhi hati Kusuo.
"Tidak perlu." Kusuo melambaikan tangannya dan berkata dengan santai, "Aku baik-baik saja. Jangan ganggu petugas ambulan dengan masalah kecil ini."
"Ini bukan masalah kecil!"
Tangan Itsuki yang sedang menekan hidung Kusuo sedikit gemetar, dan jari-jarinya penuh dengan darah, "B-benar, panggil saja ayah. Dia pasti tau apa yang terjadi."
"Tidak perlu." Kusuo hanya bisa berkata, "Nangan dekat-dekat, bagaimana jika bajumu kena darah?"
Setelah mengatakan itu, Kusuo diam-diam melirik Nino.
Nino diam membeku. Wajahnya penuh dengan keringat, bulu matanya bergetar, dan matanya terpaku dengan panik.
"A-a-aku..." Nino mengangkat matanya.
Empat mata saling berhadapan.
Bahu Nino menegang, dan Kusuo segera menarik pandangannya.
"Itsuki, pakai ini."
Yotsuba kembali, menyerahkan tisu di tangannya, dan dengan tangan yang kosong, dia membantu mengelap mulut Kusuo dengan hati-hati.
Merasa terlalu berlebih-lebihan, Kusuo bangkit dan bertanya pada Yotsuba, "Yotsuba, di mana kamar mandi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Easy Second Chance
RomanceSetelah semuanya, Aku berakhir tanpa menikmati hasilnya? Sialan. Kesempatan reinkarnasi? Maksudnya Aku harus berusaha keras sekali lagi?! Tidak! Pria itu menolak dengan tegas.