Berkonstribusi untuk pemerintah

77 6 1
                                    

"Cukup memalukan." Kaki Kusuo menapak ke jalan, dan dia berjalan kembali dengan pakaian basah. "Untung saja tidak ada orang yang melihat."

Ketika kembali ke hotel cinta, resepsionis yang melihat pakaian Kusuo basah, memberinya handuk kering kepadanya.

Kusuo berterimakasih, lalu pergi ke kamar yang dia pesan sebelumnya.
Di tengah koridor, suara-suara aneh masuk ke dalam pikirannya, dan keningnya berkedut dengan kesal.

"Pasangan sialan!"

Suara-suara aneh terus bergema di pikirannya. Kusuo mengepalkan tangannya, saat cahaya hendak keluar dari tangannya ke bangunan ini, sebelum dia menghela nafas.

"Tidak ada gunanya. Ayo cepat kembali."

Kusuo berhenti di salah satu ruangan. Dia melirik kunci pintu, dan dengan suara 'klip', pintu terbuka.

Berjalan ke dalam, dia melihat sekeliling. Satu kasur besar untuk dua orang, satu Tv di depan kasur, dan ada meja dan lampu di sampingnya, yang terlihat seperti hotel pada umumnya.

Suara gemericik air terdengar dari kamar mandi.

Itu Nino sedang mandi.

Meskipun ada gadis sedang mandi, hati Kusuo tidak berfluktuasi sedikitpun, dia berjalan ke kasur, lalu berbaring dengan kaki yang menjuntai di ujung kasur.

Kasurnya cukup elastis dan empuk.

Mengambil remote TV, Kusuo menyalakan TV, dan ada channel berlangganan khusus untuk orang dewasa di pilihannya.

Sebenarnya ada hal yang paling mengkhawatirkan dirinya. Itu adalah nafsu seksualnya. Sejak Kusuo bayi, dia dapat melihat segala hal, termasuk apa yang ada di balik baju.

Untung saja Kusuo dapat mengendalikan kemampuan penglihatannya setelah beberapa bulan. Meski begitu, dia masih khawatir.

Kusuo memutuskan untuk membeli channel langganan khusus itu, lalu menontonnya, dan setelah beberapa menit, dia melihat ke bawah, dan ternyata adiknya masih aktif.

Kusuo menghela nafas lega.

Dia sangat beruntung memiliki ingatan sebelumnya. Jika tidak, dia pasti akan berakhir menjadi laki-laki tanpa nafsu seksual!

Merasakan ketenangan di hatinya, Kusuo bersantai dan menonton channel khusus sambil menunggu Nino.

30 menit kemudian.

Melihat Nino masih di kamar mandi, Kusuo bangkit dan berjalan ke pintu kamar mandi, dan dengan datar berkata, "Nino, cepat keluar. Berapa lama kau ingin di dalam kamar mandi?"

"H-hah?" Suara panik dan terkejut terdengar dari balik pintu, "Bajingan Kusuo, bagaimana kau masuk?"

"Itu tidak penting." Kusuo membuang napasnya, "Ayo keluar. Jika ingin masih mandi, mandilah di rumahmu."

"Hmph." Suara Nino terdengar tidak senang, "Tidak perlu mengatakannya dengan keras, Aku akan keluar. Aku juga tidak ingin orang mesum mendengarkan ku saat Aku sedang mandi."

"Ya ya ya, Aku memberimu lima menit."

Bukan hanya mendengarkan, dia bahkan bisa melihat semuanya.

Kusuo berbalik dan duduk di kasur.

15 menit kemudian.

Pintu terbuka, dan Nino keluar dengan rambut yang basah. Dia tidak memakai aksesoris di rambutnya, wajahnya sedikit memerah, dan dia terlihat seperti Miku jika rambutnya dibiarkan tergerai begitu saja.

"Sangat lama."

Kusuo sedang berbaring di kasur dengan bosan, mengangkat matanya dengan keluhan.

"Apa boleh buat." Nino memasang aksesoris rambutnya, "Ini bahkan lebih cepat dari biasanya Aku mandi."

My Easy Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang