Perjalanan acak

59 4 0
                                    

Meskipun Nino akhirnya turun, dia tidak ikut belajar. 'Untuk apa belajar?' katanya sambil menonton TV, sebelum dengan cepat bosan yang berakhir dengan memainkan ponselnya.

Pada akhirnya, hanya Miku, Yotsuba, dan Itsuki yang belajar. Ketika Kusuo menunjuk buku catatan Yotsuba, dengan Yotsuba yang mendengarkan dengan serius, Nino melirik ke arah mereka sesekali.

Beberapa menit kemudian, senyum Yotsuba mekar. Tangannya menulis di buku catatannya dengan gembira sementara Kusuo menghela nafas,  tetapi dia masih tersenyum dengan lemah.

Apa kau mengerti? Kata Kusuo. Yotsuba mengangguk dengan bahagia. Aku mengerti, Oosuki-sensei.

Baguslah, jawab Kusuo dengan lelah.

He he. Nino tertawakan tipis ketika melihat itu.

(Kami tidak pernah lulus ujian sebelumnya. Bagaimanapun kau mengajar, kami masih tidak akan pernah lulus ujian)

Tiba-tiba, seolah mendengar hatinya, Kusuo melihat ke samping dengan mata kosong. Dengan perasaan sedikit bersalah, Nino membuang muka dan berpura-pura bermain ponselnya.

(Apa itu? Aku merasa aneh setiap kali melihat tatapannya)

Waktu itu cepat. Ketika Kusuo menoleh ke balkon, cakrawala terlihat kekuningan. Membuang nafas dari mulutnya, dia berkata dengan perlahan.

"Cukup sampai disini."

"Oosuki-san, terimakasih atas kerja kerasnya."

"Aku pergi dulu."

Mengambil tas sekolahnya, Kusuo pergi dan menginjak lift. Sampai di bawah apartemen, kemudian dia pergi ke sudut jalan.

Setelah merasakan tidak ada orang di sana, dia memasukkan tangan ke sakunya, dan kemudian menghilang, sebelum muncul di apartemen empat gadis kecil kembar.

Kusuo muncul di belakang sofa dan melihat dan melihat mereka memainkan sesuatu di atas meja.

"Apa yang kau lakukan?"

Tanpa kehadiran dan suara yang tiba-tiba terdengar dari belakang, tentu saja membuat mereka terkejut.
Tapi saat menoleh ke belakang dengan terkejut, mereka menemukan siapa itu dan menghela nafas.

"Aku pikir itu siapa." Chiharu meletakkan tangannya di dadanya dan menghela nafas, "Ternyata itu kau Onii-san."

"Kusuo!" Chiaki mengangkat wajahnya dengan gembira. "Kau tahu, Kau tahu. Aku mendapat juara pertama di kelas olahraga lari, lo!"

Menopang sandaran sofa dengan tangan kiri, Kusuo tersenyum lembut sambil mengulurkan tangan lainnya untuk menepuk Chiaki.

"Chiaki anak yang hebat."

"Hehehe."

Kebahagiaan Chiaki begitu jelas saat rambut silver nya terjalin dengan jari-jarinya. Kemudian Kusuo mengalihkan pandangannya dari Chiaki ke Chifuyu.

"Chifuyu sangat pandai." Kata Kusuo dengan bangga.

Dia tentu saja tau bagaimana keseharian mereka di sekolah.

"Um?"

"Beri tepuk tangan untuk Chifuyu yang mendapatkan nilai tinggi."

Chifuyu menggelengkan kepalanya dengan malu, matanya menunjukkan sedikit kesedihan.

"Chiharu-nee, mendapatkan nilai yang lebih tinggi dariku."

"Nilainya hanya sedikit berbeda." Chiharu berkata dengan senyum yang lebar, "Aku tau Chiaki sudah bekerja keras."

Chiaki tersenyum lembut, "Chiharu-nee juga bekerja keras."

Meskipun tersenyum, ada sedikit emosi tidak senang di nadanya. 'Tapi Chifuyu lebih bekerja keras' puji Chiharu lagi, tetapi mata Chiaki masih kosong dan lemah.

My Easy Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang