Hari pekan bersama para gadis kecil

102 7 0
                                    

"Hmm."

Mamako menyipitkan matanya. Indera ke-7 nya bangkit, dan dia tahu Kusuo sedang berbohong.

"Maa-kun, berbohong." Mamako melihat lebih dekat dan berkata dengan sedih, "Apa Okaa-san tidak bisa dipercaya lagi?"

"Aku..."

Kusuo mengalihkan pandangannya, dan hendak mengatakan sesuatu, tapi...

"Kenapa Yuji berbohong kepada ibu?"

"Aku tidak berbohong. Dia hanya teman sekelas yang bertanya padaku."

"Tapi kau terlihat sangat menikmati saat berbicara dengannya!"

Sepasang ibu dan anak bertengkar di layar TV.

"Memangnya kenapa?!"

"Kau..."

Seolah tidak percaya apa yang dikatakan anaknya, ibu itu melebarkan matanya dan kabut muncul menjadi tetesan air mata.

"Hanya kau keluarga yang aku miliki... A-aku hanya tidak ingin kehilanganmu..."

"Maafkan Aku ibu."

Anak itu berteriak meminta maaf.

Lalu anak itu mengulurkan tangannya untuk mengusap air mata ibunya: "Ibu tidak perlu khawatir. Aku akan selalu bersamamu."

"Y-yuji..."

Kemudian, lanjutan serial TV itu muncul di benaknya dengan bibir mereka saling bersentuhan... Kusuo segera menjentikkan jarinya, mematikan Tv.

Kusuo berpaling, lalu mengangkat matanya.

Empat mata saling bertemu.

Suasana tiba-tiba diam dengan aneh.

Sejujurnya Kusuo tidak tahu berapa umur Mamako. Ketika dia pertama kali bertemu adalah Mamako yang masih muda. Tapi saat dia besar, Mamako masih muda, seolah waktu berhenti untuknya.

Dia bersinar dan cantik.

Pria berjas manapun pasti meliriknya saat dia di jalan. Waktu di masa kecil, ketika melihat Mamako tidak menggunakan cincin pernikahan di jari manis, banyak pria mendekatinya dan menggodanya, hingga dia sangat kelelahan karena harus mengangkat kakinya ke selangkangan setiap bertemu pria semacam itu.

"Ibu sangat cantik." Kusuo mengambil lengan Mamako dari pipinya, menurunkannya, dan kemudian bertanya dengan heran, "Apa ibu tidak bermaksud menikah?"

"Ibu sudah tidak muda lagi." Ibunya menggelengkan kepalanya, dan bertanya dengan lembut, "Apa yang menarik dariku?"

Kusuo mengangkat satu alisnya dan berkata dengan jujur, "Jika ibu tidak muda, maka para ibu di dunia adalah nenek-nenek tua."

"Hei." Mamako mencubit pangkal hidung Kusuo dengan lembut, "Jangan katakan itu."

Kemudian Mamako terkikik dan tersenyum, "Jika Maa-kun mengatakan itu di depan ibu Nene, dia akan berteriak marah setiap pagi."

"Uhh... Itu menakutkan." Kusuo tidak menyangkal itu.

Salah satu hal yang paling menakutkan adalah mendengar ocehan ibu-ibu yang tanpa henti sepanjang hari.

"Okaa-san sudah bahagia. Tidak ada yang perlu Aku inginkan lagi." Mamako bangkit dan berjalan ke dapur, "Aku akan menyiapkan makan malam."

"Aku akan membantu."

Kusuo segera berdiri dan mengikuti.

---&---

Akhir pekan.

Hari dimana orang-orang bersantai dan bermain dari kegiatan sibuk.

Menjentikkan jarinya, Kusuo tiba di apartemen para gadis kecil.

My Easy Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang