Hanya dengan sepuluh menit berjalan kaki, dia tiba di rumah anak-anak itu.
Rumah itu tidak besar, tapi cukup sederhana.Dia melangkah maju. Dan ketika dia hendak mengetuk pintu, percakapan dari dalam terdengar di telinganya dan para gadis itu.
"Nie, bagaimana denganmu? Bukankah kau tidak memiliki pekerjaan apapun?"
"Ibu, Aku tidak bisa. Aku juga perlu merawat anak ku. Kakak, bagaimana denganmu? Bukankah kau tidak memiliki anak?"
"Hei, kau tau juga kan? Bagaimana jika monster-monster itu membekukan ku saat tidur?"
"Itu... Kami juga tau. Tapi siapa yang akan mengurus mereka? Kita juga tidak bisa menelantarkan mereka begitu saja."
"Um, paman. Kau memiliki gudang yang kosong di belakang rumah mu, kan?"
"Un? Ya. Ada. Tapi, Aku tidak bisa mengurus keempatnya secara bersamaan, kau tahu."
"Kalau begitu, bagaimana kalau merawat mereka secara berpisah? Jika begitu, bukankah kita akan memiliki masing-masing satu?"
"Tidak, Aku tetap menolak. Aku tidak berpikir satupun untuk membahayakan yang lainnya."
Suara menjadi hening seolah menyetujui pernyataan hal itu.
Berbahaya. Begitu satu kata itu diungkapkan, semua orang yang ada di dalam membisu.
Meskipun mereka kerabat; meskipun mereka adalah seorang gadis kecil, tidak satu orangpun yang menyangkal akan hal itu.
"..."
Dalam diam, Kusuo yang tiba-tiba berhenti di depan pintu, menatap para gadis kecil itu. Mereka saling berpelukan, menutupi bahu satu sama lain dengan tubuh kecil mereka.
Begitu rapuh, dan tidak berdayanya mereka dibelakangnya.
Pada saat inilah waktu yang tepat untuknya masuk. Kusuo memutar knop pintu dan melangkah masuk.
Ketika melihat orang asing masuk, semua orang yang ada di dalam rumah menunjukkan kewaspadaannya.
"Siapa kamu?" Tanya seorang pria paruh baya.
"..."
Dia tidak menjawab, tetapi berbalik melihat ke para gadis dengan matanya mengatakan "Ayo masuk, Jangan takut", dimana para gadis mengangkat matanya dengan ragu, sebelum gadis berambut merah muda maju, dan dikuti yang lainnya.
Melihat para gadis masuk lalu berdiri di belakangnya, kerabat yang didalam terlihat kebingungan.
"Permisi." Kusuo melebarkan bahunya dan berjalan ke hadapan mereka.
Para gadis mengikutinya, saat mereka bersembunyi di belakangnya. Bahunya yang terlihat itu, entah kenapa memberikan perasaan perlindungan kepada para gadis.
"Siapa kamu?" Pria paruh baya itu bertanya sekali lagi.
Kusuo menatapnya dengan tenang. Dia kemudian mengeluarkan setumpuk uang dan meletakkannya di atas meja. "Tiga juta Yen."
"Tiga juta Yen?" Pria paruh baya itu mengedipkan mata, dan berkata tidak percaya "Apa maksudmu itu?"
"Biarkan Aku merawat mereka."
Pria paruh baya itu mengerutkan alisnya. "Apa hubungan mu dengan mereka? Apa kau kerabat dari ibunya?"
Dari yang mereka tahu, ibu para gadis itu berasal dari panti asuhan, dan tidak pernah ada terdengar kerabat dari ibu para gadis itu.
Mungkin dia berbohong pada mereka? Dan laki-laki yang ada di depan mereka sebenarnya adalah adik dari ibu para gadis?
"Tidak ada." Kata Kusuo. "Setidaknya Aku tidak membenci mereka."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Easy Second Chance
RomanceSetelah semuanya, Aku berakhir tanpa menikmati hasilnya? Sialan. Kesempatan reinkarnasi? Maksudnya Aku harus berusaha keras sekali lagi?! Tidak! Pria itu menolak dengan tegas.