CHAPTER 4

41 1 0
                                    

Happy reading

*****

" Bun, Hidup Berjalan Seperti Bajingan " - Nadin Amizah ( Bertaut )

*****

Hidup itu berjalan layaknya bajingan, kutipan dari Nadin Amizah. Tapi memang loh, hidup itu berjalan seperti bajingan yang benar-benar bajingan. Kadang ada kalanya kita merasakan sebuah sakit hati yang berlebihan. Katanya sih, kalau di masa ini kita susah, di masa depan hal mudah akan kita dapatkan. Kadang kalimat itu tak usah di percayai sih, tergantung mood Tuhan aja. Kalau lagi baik, perjalan hidupmu juga baik kok. Kalau engga ya engga aja, intinya tergantung Tuhan.

Seperti Widia, sudah mau ulangan umum dia belum juga menemukan sesuatu yang menarik di sekolahnya. Setiap sekolah lempeng-lempeng doang, ngapain engga. Belajar, ngantin dan pulang, itu aja ngga ada yang menarik sama sekali.

Saat ini, dia tengah merenung di mejanya memikirkan masa depan nanti. Tiba-tiba bel berbunyi menandakan jam pulang. Widia menelpon Sang Ayah dengan ponselnya meminta untuk di jemput. Tau apa yang terjadi?

" Gek, Ajik nak ngirim barang ke Kintamani. Nebeng gen nah? Atau sing gojek? Adek Gek sibuk mesi "

Ingin rasanya Widia berteriak kasar sekasar-kasarnya. Bisa-bisanya loh ajiknya gitu, mana uang lebih engga bawa karena kelupaan ngambil dompet. Kan apes banget.

" kenapa? " tanya Jeza pada teman sebangkunya.

Widia menghela nafas, " heum Jeza, boleh ngga minta tolong? " tanyanya pada Jeza.

" minta tolong apa? " tanya Jeza penasaran.

" boleh nebeng ngga? Aku ngga ada yang jemput nok " kata Widia bertanya dengan was-was.

" bisa kok " kata Jeza dengan tersenyum membuat Widia menghela nafas syukur.

Saat ini, mereka tengah berada di atas motor untuk pulang ke rumah Widia. Dengan berbagai cara, Widia akhirnya mengajak mengobrol Jeza yang sedikit kaku itu. Mungkin karena kejadian tak sengaja ini mereka jadi dekat dan sering bermain bersama-sama di rumah Jeza maupun warung Widia.

" tau ngga? Aku sebenernya tertarik sama Shanka " kata Jeza membuat Widia yang sedang makan mie kober menoleh.

" huh, kok bisa? " tanya Widia membuat Jeza tersenyum.

" karena ganteng mungkin, tapi udah engga sekarang " kata Jeza

" kok je? " tanya Widia kepo banget.

" Gung Juanda lebih ganteng ternyata " kata Jeza lalu terkekeh membuat Widia tersenyum saja, toh yaudalah bukan urusan dia.

" tapi kamu kenal kan sama temennya Gung Juanda? " tanya Jeza dan Widia menaikan alisnya bingung.

" temen dia banyak anjir, yang mana nih? " tanya Widia sedikit nyolot, ya ini murni karakternya, nyablak dan ngegasan.

" ituloh yang sering di ajak pulang bareng " kata Jeza membuat Widia berusaha mengingat-ingat.

" ouhh Jaegar " kata Widia membuat Jeza mengangguk antusias.

" tau kok, kenapa? " tanya Widia lagi dengan bingung.

THE PLANSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang