CHAPTER 24

10 1 0
                                    

Happy reading

*****
"Yang buatku tak sadar
Bahwa kau bukan lagi milikku
Walau hati tak akan pernah
Dapat melupakan dirimu

Dan tiap tetes air mata
Yang jatuh kuatkan rinduku
Pada indah bayangmu canda tawamu
Pada indahnya duka dalam kenangan kita " - Duka ( Last Child )

*****

Rapat dadakan osis, MPK serta pembimbing mereka diadakan sangat mendadak membuat beberapa anggota yang tengah mengurus keperluan marfest sesuai bagian masing-masing langsung buru-buru ke ruang osis. Wahyu serta Wikan terlihat memijit pelipisnya dengan lelah. Ada para pembimbing yaitu Pak Alan, Pak Tude, Mr kecut, Bu Puspita, Bu Katarina, Buk Meta serta beberapa lain terlihat menghela nafas.

" maaf semuanya saya telat, saya sedikit ada masalah di jalan " kata Maraka lalu segera duduk dan beberapa anggota juga mulai berdatangan.

Widia datang bersama Melanie serta Mayra dengan ngos-ngossan. Mereka meminta maaf dan segera duduk di kursi masing-masing. Lalu ada Gung Diva yang membuka pintu dengan nyantuy lalu duduk di sofa sambil memakan permen karet. Ada Mahendra yang datang bersama Naris lalu meminta maaf dan duduk di kursi mereka.

"Pengurus Osis, Ketua Sekib serta Ketua Komisi sudah lengkap semua? " tanya Wahyu membuat mereka menjawab dengan kata sudah.

" baiklah, rapat kali ini saya buku dengan Panganjali! " kata Wahyu

" Om Swastiastu! " kata seluruh anggota termasuk pembina.

" huhhh, jadi sebelum saya meminta maaf- " kata Wahyu terpotong oleh Gung Diva.

" tidak sudah bertele tele Kak, percepat saja. Kami semua sudah mengerti apa arti rapat dadakan ini. Kita tidak bisa menunda waktu lebih lama lagi " kata Gung Diva sontak membuat Wahyu mengangguk.

" begini, saya selaku ketua osis ingin mengatakan bahwa kita tidak akan bisa mengadakan marfest di Aero Park maupun Bar milik keluarga Sandi " jelas Wahyu membuat seluruh anggota menoleh dengan wajah bingung serta kesal.

" selengkapnya akan di jelaskan oleh Wikan, silahkan " kata Wahyu

" baiklah, jadi setelah saya mengulang membuat proposal sebanyak lima kali. Awalnya beliau menerima saja, namun pagi tadi saya mendapaykan telpon dari Mr Anom katanya Pak Kepsek menolak dengan alasan, beliau ingin mengadakan acara tersebut di alun-alun. Beliau ingin mengajak masyarakat ikut menonton juga " kata Wikan

" dalam artian, beliau mau berdema? " tanya Mahendra membuat Wikan mengangguk.

" what the fuck? " tanya Maraka dengan aksen Kanadanya dengan wajah tak percaya.

" loh, beliau pikir ngebujuk pemerintahaan Gianyar untuk memberikan alun-alunnya semudah itu? Waktu udah mepet loh. Kalau di aero kita mungkin masih gampang karena restoran itu kan milik ayahnya Widia. Lalu kalau alun-alun, saya pikir tidak semudah itu mencari izin pemerintah " kata Mahendra mulai berkomentar sebagai ketua Sekib 6.

" ya saya setuju dengan pendapat Mahendra, jadi apa solusi dari Kak Wahyu, maupun para pembina? " tanya Gung Diva lalu berdiri.

" sial pusing " gumam Wahyu dengan wajah prustasi.

" Renita, Wahyu, Wikan, Maraka. Saya meminta kalian untuk membuat proposal. Saya dan para Guru akan bekerja sama untuk membantu kinerja osis kali ini. Bagaimana pun acara tak boleh tertunda atau batal " kata Mr Kecut lalu tersenyum.

THE PLANSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang