Chapter 1 : Shoot me

16.2K 920 37
                                    


⚠️ TRIGGER WARNING ⚠️
Violance, Suicide, Sex, Blood

.

"

The only person who
visualizes color in my sight
- Grey

"

Merah dan biru lampu storbo terbias di malam yang terguyur hujan. Beberapa mobil polisi terparkir melingkar mengepung area. Belasan orang behambur keluar dari mobilnya masing-masing, beberapa memakai seragam dan berapa tidak.

"Tim 1, barat! Tim 2, Timur!" tegas lelaki dengan jaket kulit hitamnya yang basah, membagi wilayah pencarian

"Baik ketua!" jawab Tim 1 yang langsung melaksanakan perintah atasannya diikuti dengan beberapa polisi berseragam sebagai back up

"Jangan lengah, Win" ucap ketua Tim 2 yang dijawab dengan anggukan lawan bicaranya. Mereka semua bergegas memulai pencarian.

Malam begitu mencekam. Hujan mengguyur kota yang tak kunjung berhenti sejak sore. Terdengar suara langkah kaki menapak pada aspal yang becek, kaki itu terbirit melangkah tak tentu arah. Langit terlalu gelap, jalan di pemukiman kecil ini tak terlihat jelas.

"Ergh!" Grey mengerang, menahan sakit yang timbul tiap ia melangkahkan kaki.

Jarak pandang yang pendek membuat pria itu menyipitkan mata, mencoba memfokuskan pengelihatannya yang buram. Nafasnya menderu ditengah tubuh yang basah kuyup.

Darah menodai kemeja putih Grey, yang berasal dari luka sayat di perutnya dan hanya bisa ia tutupi dengan tangan. Sesekali kakinya menabrak objek yang tak bisa dilihatnya dengan jelas, membuat Grey beberapakali tersandung kehilangan keseimbangan, namun dengan cepat ia bangkit dan lari.

"Cari sampai ketemu!" tegas ketua tim 1 terdengar dibalik tembok jejeran rumah pemukiman ini.

Menyadari dirinya belum berhasil keluar dari kepungan orang-orang itu, Grey melangkahkan kakinya cepat menjauh dari arah suara.

"Shit!" Grey memutar balik langkah saat menemukan jalan buntu pada jalurnya. Namun niat itu segera diurungkannya saat mendengar langkah kaki lain semakin dekat.

Matanya bergerak cepat menyapu sekitar, ia cukup kesulitan karna semua terlihat menyatu dalam gelap.

Sampai matanya berhasil menemukan pagar kawat yang bisa dipanjat untuk melarikan diri.

"Ergh!" erangnya merasakan sakit pada lukanya saat berhasil menapakkan kaki setelah memanjat pagar, lalu bergegas pergi dari tempat itu.

"Disini tidak ada, ketua!"

Grey berhenti, dengan cepat ia mengambil satu langkah mundur lalu menempelkan punggungnya pada tembok untuk menyembunyikan diri. Mereka ada dimana-mana.

Ddrrrt! Drrrt!
Ponsel Grey bergetar, sungguh di waktu yang kurang tepat.

"Shit!" gerutu Grey memegangi kantung celananya.

Seseorang behenti tak jauh dibalik tembok tempat Grey bersembunyi. Suara hujan tampaknya tak mengurangi daya pendengarannya. Orang yang tadi di panggil 'ketua' itu melangkahkan kakinya mendekat pada sumber suara.

Dilangkahkan kakinya ragu, seraya menodongkan pistol. Matanya disipitkan, memaksa gendang telinganya memilah antara suara hujan yang tumpang tindih dengan suara mencurigakan itu.

RED [GeminiFourth]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang