12. | Detik kehidupan berubah

47.9K 5.1K 830
                                    

Aloha!
Cuaca di daerah kalian udah mulai mendung-gerimis belum? Jaga kesehatan ya~

Jaga kewarasan juga, jangan ditahan-tahan kalau ada makian buat Bapak Kampret di lapak ini, wakakakakaa

.

2.090 kata untuk bab ini
bacanya pelan-pelan sadja ya, biar terasa efek perubahannya, ceile~

thank you, Readers

🌟

12. | Detik kehidupan berubah

"Siap ya, hitungan ketiga, senyum."

Kagendra melakukannya, tersenyum sebagaimana Ravel dan Lyre. Usai menandaskan makanan, mereka mengambil foto bersama dibantu seorang pegawai restoran. Ravel tergelak saat berikutnya menyadari pipinya dicium bersamaan oleh sang ayah dan ibu. Biasanya mereka hanya begini ketika acara ulang tahunnya, dokumentasi liburan ini sungguh membuatnya senang.

"Bapak sama Ibu mau gantian foto berdua saja?" ujar pegawai setelah menurunkan kamera.

"Oh, eng—"

"Boleh," kata Lyre, menyela suaminya dan tersenyum pada Ravel. "Vel, Mama foto berdua sama Papa dulu ya?"

"Iya, Vel main baling-baling lagi ya," kata Ravel.

Kagendra menurunkan anak yang langsung berlari mengambil baling-baling di meja dan memainkannya. Ia sebisa mungkin tetap santai ketika Lyre kembali bergeser merapat, dua lengan istrinya itu juga terangkat, memeluk ke pinggangnya. Kagendra mendadak butuh menahan napas. Setiap kedekatan yang tidak mengarah pada tujuan untuk bermesraan sebelum berhubungan seksual, membuatnya tidak terbiasa.

"Bapak, kenapa jadi kaku ekspresinya?" tanya pegawai yang memeriksa dari balik kamera.

Lyre mendongak dengan penasaran. "Mas Ndra enggak mau foto?"

Kagendra menahan decakan, meyakinkan dirinya bukan remaja tanggung lagi dan Lyre satu-satunya perempuan terdekat dengannya selama kurang lebih lima tahun terakhir. Ia tidak perlu gugup segala!

Kagendra balas mengangkat lengan, memegangi pinggang ramping sang istri dan sedikit tersenyum kala menanggapi, "Mau..."

Lyre juga tersenyum, mendengar beberapa kali bunyi kamera yang mengabadikannya bersama sang suami. "Terima kasih."

"Nah, bagus nih fotonya, kayak pengantin baru."

Pengantin baru?
Kagendra meringis, mengingat foto dan video tidak pantas yang pernah mereka buat ketika masih pengantin baru dahulu. Semula itu hanya iseng, kenakalan akibat rasa penasaran. Sekarang Kagendra baru sadar, momentum dirinya terdokumentasi secara pantas dengan Lyre terbilang sedikit, terutama dalam dua tahun terakhir ini.

Kagendra menatap ke depan, mengulurkan ponselnya. Ia berencana membuat salah satu dokumentasi epic bersama Lyre. "Bisa tolong foto pakai ponsel saya juga."

"Siap, Pak."

Lyre menguraikan pegangan di pinggang sang suami. Itu karena Kagendra beralih ke belakang punggungnya, ganti mengulurkan lengan dan mendekapnya. Kepala suaminya itu kemudian bergerak menempel di samping kanan kepalanya, pipi mereka menempel rapat.

"M... Mas..." sebut Lyre, saking rapatnya dekapan itu, ditambah lengan Kagendra mengetat tepat di bawah area dadanya yang tiba-tiba jadi menyembul. Ini jelas kurang pantas untuk pose dokumentasi di hadapan orang lain.

REPEATEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang