22. | ♪ Namanya kesayangan

45.7K 5.5K 1.3K
                                    

Bab ini didedikasikan teruntuk para bestie yang konsisten merapatkan barisan & fokus memastikan bahwa KagenBi belum berhak bahagia, wkwkwkwkkk

.

3.211 kata untuk bab ini
semoga suka karena kalian tahu lah ketemu siapa kalau sampai dipanggil kesayangan sama Mama Lyre~

.

anw ketika aku bilang be nice itu bukan sekadar jangan berantem satu sama lain di komentar ya ... karena entah kelihatan atau enggak kalau ada penggunaan harsh word itu muncul peringatan kayak gini

harsh word yang sampai muncul peringatan itu, diantaranya: fv*k, assh0l*, s0n of b1tc*, sh*tty, bullsh*t

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

harsh word yang sampai muncul peringatan itu, diantaranya: fv*k, assh0l*, s0n of b1tc*, sh*tty, bullsh*t

di lapaknya Pascal yang lumayan banyak , sampai kuhapusi karena khawatir akun pembacanya kena report ... jadi hati-hati yang di sini, mengingat KagenBi naik level melulu kampretnya

thank you

🌟

22. | ♪ Namanya kesayangan

"I miss you so much."

Pipi sang istri yang mulai bersemu ini masih sama, membuat Kagendra merasa familiar dan sedikit memberinya harapan.

Namun, detik berikutnya menyadari rasa malu yang tidak perlu, Lyre mengangkat tangan kanan, menyeka ke sudut bibir bekas yang baru Kagendra kecup. Sepasang mata Lyre juga menyipit dan menyebutkan cibiran, "Bisa aja playboy kalau modus."

Kagendra seketika berdecak, hilang sudah sifat manis istrinya yang kerap malu-malu tapi mau ketika bermesraan bersamanya. "Aku bukan playboy dan aku enggak modus."

"Gue—" Lyre terkesiap karena tatapan Kagendra menajam, segera meralat penyebutan, "Oke, aku ... aku enggak suka dicium sembarangan."

"Kamu suka dicium, sembarangan atau enggak, kamu memang enggak pernah menolak ciumanku."

"Karena lo eh, kamu maksa?" Lyre jadi curiga.

Kagendra menggeleng. "Aku enggak perlu memaksa soal begituan, kita selalu cocok urusan bermesraan."

Really? Batin Lyre dan memutuskan segera menghabiskan sarapannya. "Minum ..."

"Soal enggak mau pakai sedotan yang sama, it's so childish ... kalau ingatan kamu memang valid, yang pernah ada di mulut kamu bukan sekadar sedotanku." Kagendra ganti mencibir sembari mendekatkan segelas air.

Pipi Lyre kembali bersemu. "Ih, 'kan ada Mama! Kamu gitu aja nyindir, ngambek."

"Aku enggak ngambek."

REPEATEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang