32. | Keterangan Pribadi

41.4K 4.6K 1.3K
                                    

Aloha ✨

cek ombak dulu yang masih semangat mengikuti lika-liku hubungan Papa Mama Ravel, wakakakaka tibanin ❤️-nya

.

3.435 kata, angka cantik.
secantik nasib KagenBi pada bab kali ini, yaelah~

.

selamat membaca, Bestie
semangat untuk Team Lyre
untuk Team KagenBi, mohon diingat; dia masih belum berhak bahagia, wk.

terima kasih banyak 🦕

🌟

32. | Keterangan Pribadi

"Welcome home," kata Soraya saat pintu gerbang ganda bergerak membuka dan sopir melajukan mobil memasuki halaman.

Lyre langsung mengenali jejak renovasi rumahnya. Halaman depan yang asri, semakin rapi dengan pengaturan posisi tanaman. Garasi mobil yang semula menyambung di samping rumah, sudah terpisah menjadi bagunan sendiri di bagian kanan sementara bagian kirinya tempat parkir berkanopi. Jalan masuk yang langsung menuju halaman belakang diberi pembatas pagar kayu. Rumahnya jelas mengalami perluasan lahan dan kini tampak lebih modern.

"Bagus rumahnya Oma Yaya!" sebut Ravel yang melihat dari pangkuan Kagendra.

"Terima kasih, kolam renangnya baru diisi air hari ini ... jadi, lusa Ravel bisa berenang," kata Soraya.

"Yeayyy!!!"

Kagendra hanya tersenyum simpul, menunggu mobil berhenti dan dipersilakan keluar. Ia lebih dulu menurunkan Ravel, membiarkannya langsung menempeli Esa sementara sopir mengeluarkan koper sekaligus kursi roda Lyre.

"Masih panas banget, Mas," ucap Lyre begitu tubuhnya dibopong keluar dari mobil.

"Kamu yang kelamaan di dalam ruangan," kata Kagendra.

"Langsung bawa masuk aja dulu, Ndra," usul Soraya.

Kagendra mengangguk dan melangkah ke bagian teras yang sejuk.

"Oh, sudah datang," ucap seorang pengurus rumah begitu membuka pintu utama. "Monggo mlebet ..."

Kagendra mengerutkan kening. "What are you saying?"

"Pripun?"

Lyre mencoba tidak tertawa, kerutan di kening suaminya bertambah. "Disuruh masuk, Mas ... ini Mbak Anas, pengurus rumahku."

"Non Lyre ..." sebut pengurus rumah dengan penuh syukur, seketika berusaha mendekati. "Duh Gusti, matur nuwun."

"No! No!" Kagendra seketika menyingkir dengan peringatan serius, "Jangan pegang-pegang sembarangan!"

Lyre meringis, meminta permakluman. "Mbak Anas, bantuin Mama sama Mas Esa dulu, ya?"

"Oh, iya, iya ... silakan masuk dulu." Si pengurus rumah bergegas pergi menghampiri Soraya.

Kagendra melangkah memasuki rumah dan mencoba tidak terkenang saat kali pertamanya menginjakkan kaki di sini dulu. Cermin besar artistik di foyer masih sama, dengan meja kayu mahoni yang diatasnya berhias susunan bunga, guci yang digunakan sebagai vas itu jelas barang antik bernilai tinggi.

REPEATEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang