15

1.8K 87 2
                                    

Bity langsung di ajak oleh Intan ke kantin.

"Kak Intan mau ngajak Bity makan yahh," kata Bity dengan polosnya dan itu membuat Intan sangat gemas.

"Iya, kamu suka."

"Bity suka."

Intan dan Bity sudah sampai di kantin dan itu jadi bahan perhatian banyak orang.

Bity merasa risih ditatap seperti itu dan mengatakan jika dirinya tidak suka ditatap.

"Jangan tatap Bity seperti itu, tidak suka!" teriak Bity.

Seseorang maju dengan angkuhnya lalu berdiri dihadapan Bity dan Intan.

"Tan, kok kamu malah sama anak cengeng ini sihh?"tanya orang itu.

"Itu bukan urusan kamu, Rin."

"Tentu saja itu urusan aku, Tan. Kamu itu pacar aku dan dia ini hanya anak cengeng yang sering buat masalah beberapa hari ini, bahkan Hara harus dikeluarkan dari sekolah karena dia!"

"Kamu mengkhawatirkan Hara?" tanya Intan dengan nada yang sudah dingin dan datar.

"Bukan itu maksud aku Tan, kamu tahu Hara juga sahabat kita dan sepatutnya mengkhawatirkan dia!" sahut Rin.

Intan tersenyum sinis dan langsung menarik Bity.

"Ayo Bity kita duduk disana," kata Intan lalu pergi.

Rin langsung mengepalkan tangannya dan menarik tangan Bity hingga tertahan.

"Bagus yahh, apa karena bocah ini kamu jadi berpaling dari aku, Intaaaan!" teriak Rin dan itu membuat Bity takut.

"Ikhh Bity takut," gumamnya dan langsung bersembunyi dibelakang punggung Intan yang lebar.

"Cukup Rin, jangan buat keributan lagi."

"Diam, jawab aku dengan jujur apa hubungan kamu dengan bocah tak tahu diri itu!"

Intan langsung menepis tangan Rin karena sudah berani menunjuk Bity.

"Jangan membuat aku makin marah, aku dengan orang kenapa kamu harus marah?" tanya Intan.

"Hahahaha, kamu sangat lucu Tan bukankah kita ini sepasang kekasih. Rasanya tidak elok kalau kamu terus mengajak bocah centil itu ke kantin sedangkan pacar kamu ada didepan mata kepala kamu sendiri, aku rasa itu pembodohan publik!" sahut Rin.

Intan tersenyum lalu dengan beberapa kata itu mampu membuat Rin bungkam.

"Lalu bagaimana dengan kedekatanmu bersama Hara, saat aku demam dan aku jatuh dari tangga waktu itu. Dua kali aku sakit, apa kamu pernah menemaniku!"

Semua orang tegang dengan pembicaraan Intan dan Rin.

"Intan kamu ..."

"Aku rasa kamu sudah tahu rasanya bagaimana?"

"Kamu tahu darimana, hah?"

"Bity kamu jangan takut, kalau mereka semua mengganggu kamu kasih tahu Kakak."

Bity mengangguk patuh dan tangannya semakin erat memeluk Intan dari belakang karena dia takut dengan Rin.

Intan langsung menarik Bity agar menjauh dan mereka berdua memilih kursi yang jauh dari rombongan Rin dan gengnya.

"Kamu duduk disini, mau pesan apa hemmm?" tanya Intan.

"Emmm kayaknya makan bakso enak, Bity pilih bakso aja!" sahutnya.

"Baiklah, Kakak pesankan dulu kamu tunggu disini jangan kemana-mana."

"Iya."

[][][]

Hakken tidak sengaja bertemu dengan seseorang yang membuatnya tidak suka.

"Hakken, kamu disini?" tanya orang itu.

Hakken tidak menjawab, dirinya lebih fokus menatap ponsel.

"Apakah ponsel itu lebih berharga daripada menatapku, Ken?" tanya orang itu lagi.

"Ini jauh lebih berharga daripada menatap jalang!" sarkas Ken tanpa menoleh.

Ada rasa nyeri dihati wanita itu mendengar ucapan tajam dan pesan Hakken.

"Kamu masih membenciku, Ken?"

"Tidak."

"Lalu kenapa kamu bersikap dingin padaku."

"Apakah aku harus manja padamu, aku rasa tidak dan jangan menggangguku atau aku akan membunuhmu sekalian!" ucap Hakken dengan datar dan itu membuat wanita itu langsing pergi dengan detakan jantung yang semakin kencang.

Kamu benar-benar membenciku, Ken. Aku harap masih ada rasa untukku, meskipun itu sangat kecil.

Hakken langsung pergi ke markas setelah bertemu wanita itu.

[][][]

NEXT

Kamu MilikkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang