2

5K 228 0
                                    

Wanita itu tersenyum lalu memegang dagu Bity dengan lembut.

"Jangan takut," ucap wanita itu.

Bity langsung tertegun tapi dia bingung harus percaya atau tidak.

"Tante bisa dipercaya?" tanya Bity.

"Tentu saja, mau ikut Tante."

"Kemana?"

"Nanti kamu juga akan tahu."

Bity terdiam sejenak sedangkan wanita itu tersenyum tipis.

"Tante tidak akan jahat, 'kan sama Bity?"

"Tidak, Tante tidak akan jahat sama kamu!"

"Beneran?"

"Iya."

"Tapi Bity takut."

"Takut kenapa?"

"Orang tua Bity sedang menunggu dirumah pasti mereka marah karena Bity terlambat."

"Emang mereka menyuruh Bity apa?"

"Mereka nyuruh Bity beli ini," kata Bity memperlihatkan barang yang dia beli.

"Bity, kamu tahu itu barang apa sayang."

"Bity tidak tahu, kata mereka Bity hanya perlu membawa saja dan jangan banyak tanya."

"Ouh, begitu yahh. Emmm boleh Tante pinjem dulu barangnya."

"Boleh."

"Nah sekarang, Tante mau gendong Bity kita ke pulang ke rumah."

"Rumah siapa Tante?"

"Rumah Bity dong."

"Kalau ke rumah Bity harus hati-hati Tante."

"Kenapa?"

"Ayah Bity suka marah kalau ada yang nemenin Bity."

"Kamu tenang saja itu masalah gampang."

"Emmm ..."

Tanpa menunggu wanita itu langsung menggendong Bity.

"Ayo kita pulang girl," kata wanita itu sambil menoel hidung mancung Bity. / 'Dan kamu akan jadi milik saya selamanya.'

() () ()

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali wanita itu pergi dan menyuruh anak buahnya untuk menjaga Bity.

"Kalian jaga kesayanganku," kata wanita itu.

"Baik Miss," sahut anak buah wanita itu.

Tidak lama kemudian wanita itu telah sampai di rumah yang ia tuju.

Tok ...

Tok ...

Ceklek!

"Iya, sebentar." Seorang wanita membuka pintu.

"Hay," sapa wanita tadi.

"Anda siapa?"

"Kenalkan, saya Hakken Bow!"

Degh ...

Wanita itu terkejut setelah mendengar nama Hakken Bow.

"Emmm silahkan masuk," ucap wanita itu.

"Hemmm ..." sahut Hakken.

Hakken menyilangkan kakinya saat duduk di sofa dan itu membuat yang punya rumah menjadi ciut nyalinya.

"Akhhh ummm ... siapa Mer yang datang?" tanya laki-laki yang setengah mabuk seraya meneguk minumannya.

"Miss Hakken, Wen!" sahut Mery.

"Hah, Miss Hakken. Hahaha hahaha ... Mimpi apa aku kedatangan tamu Miss Hakken, seorang pengusaha sukses yang mendunia."

"Maafkan suami saya Miss, dia lagi ..."

"Stop, saya tidak ingin mendengar hal itu. Saya kesini mau memberikan barang ini," kata Hakken meletakkan barang yang dia ambil dari Bity kemarin.

Mery sangat terkejut.

"Ba-barang itu ada pada Miss?" tanya Mery gugup.

"Hemmm ..."

Wen yang melihat barangnya sudah sampai langsung mengambilnya.

"Ouh barang tercintaku sudah sampai," kata Wen sambil menciumnya.

"Wen, barang itu ... Miss Hakken ..."

"Kamu diam Mer, saya mau pergi dulu."

"Wen!"

Hakken tersenyum melihat keluarga kacau ini, tidak salah lagi.

"Saya pulang dulu," kata Hakken.

"Tunggu Miss," tahan Mery.

"Ada apa?"

"Miss mendapatkan barang itu sama siapa?"

"Seorang anak kecil."

"Lalu anak kecil itu dimana, kenapa dia menitipkan barang itu ke Miss."

"Ouhh, apa kamu belum mengetahui berita tadi pagi."

"Berita, berita apa?"

"Berita tentang anak kecil yang dibunuh sama gangster!"

Degh ...

"Tidak mungkin!"

"Kenapa, jangan bilang anak itu ... Anak anda?"

Degh ...

"Itu ...?"

"Sudahlah, saya tidak punya waktu bicara sama orang rendahan seperti kamu."

"Kasih tahu dimana tempatnya."

"Jalan kenanga, dekat gudang kosong."

Mery langsung merinding mendengar nama jalan itu, pasalnya jalan itu sangat sepi dan rawan begal bahkan jadi tempat empuk para penjahat.

() () ()

NEXT

Kamu MilikkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang