29

1K 35 0
                                    

Bity mengobati luka Intan di kost.

"Aduhh Kak, kan jadi begini wajahnya."

"Habisnya Kakak kesal."

"Tapi wajah Kakak banyak lebam begini, Bity sedih lihatnya."

"Kakak gak mau kamu di ganggu sama cewek tomboy itu dan kamu harus hati-hati."

"Iya Kak."

"Kamu udah makan."

"Belum Kak."

"Ya sudah Kakak buatkan makanan kamu."

"Gak usah Kak, tangan Kakak, kan lagi sakit."

"Gak papa, masih bisa kok."

"Tapi ..."

"Udah gak papa, Bity duduk manis aja ok."

"Ya udah kalau gitu."

Intan tersenyum dan memakai celemek lalu berkutat di depan kompor membuatkan makanan untuk Bity.

"Emmm wangiiii ..."

"Iya dong khusus buat kamu."

"Kak Intan pas jadi chef."

"Doain Kakak yahh."

"Emang Kakak mau ngapain."

"Buka restoran."

"Asyiikkk Bity makan enak nanti."

"Bisa aja kamu tapi tetap doain aja ok."

"Iya Kak, Bity doain biar Kakak bisa buka restoran sampe sukses."

"Aaaamiiin."

"Ini dia sudah jadi, nasi goreng ala Intan Wijaya."

"Hemmm wangi sekali, Bity udah lapar."

"Ayo makan."

"Kakak suapin."

"Ouh ok sini Kakak suapin, aaaaa ..."

"Ammmmm ..."

"Yey pinter."

"Hehehe ..."

[][][]

Zira memohon pada Hakken untuk memaafkan dirinya.

"Mama minta maaf sama kamu."

"Apa sih jangan ganggu saya."

"Maafin Mama Ken."

"Keluar dari ruangan saya."

"Enggak Ken, Mama gak mau."

"Tolong jangan buat saya emosi."

Zira langsung sujud dikaki Hakken.

"Apa yang anda lakukan, hahh!?"

"Maafkan Mama."

"Berdiri!"

"Tidak, maafkan Mama dulu."

"Saya bilang berdiri!"

"Tidak Hakken, tidak ..."

Hakken hanya diam saat Zira sujud dihadapannya tapi Zizi baru saja keluar dari ruangan.

"Astaga, Hakken!" geram Zizi langsung membantu Zira bangun. "Tante berdiri, jangan sujud Tante."

"Saya salah, gak papa kok."

"Enggak begini Tan caranya, ayo."

Zizi menatap Hakken dengan tajam.

"Ikut aku!" sentaknya.

Hakken berdecih tapi tetap menurut.

"Tante sama Hakken, duduk."

Hakken duduk di ujung karena tidak ingin berdekatan dengan Zira.

Zira menatap sendu Hakken yang sangat membencinya.

"Hakken, Tante, mau sampai kapan hubungan kalian seperti ini?"

"Sayang, dia bukan Mama aku jangan paksa aku untuk memaafkannya."

"Hakken sayang ... kamu keluar dan lahir ke dunia ini lewat mana?"

"Itu ..."

"Mana jawabannya?" tanya Zizi lagi.

"Aku ..."

"Tante ..."

Zira menatap Zizi dengan sendu dan mata yang sembab.

"Apa Tante sudah menyesal!"

"Sangat, sangat menyesal!"

"Anda menyesal karena kejahatan mereka terbongkar, ngaku aja kalau anda itu bodoh!"

"Sayang jangan kasar sama Tante Zira, dia Mama kamu."

"Dia bukan Mama aku sayang."

"Ya udah gini aja nanti malam kita adakan maka besar bersama keluarga, Hakken sayang jangan menolak, ok!"

Hakken yang ingin mengacungkan tangan langsung terdiam.

"Tante, aku antar Tante pulang yahh."

"Iya."

Hakken langsung memalingkan mukanya.

"Sayang, aku antar Tante Zira dulu yahh."

"Hemmm ..."

"Jangan hem hem aja, jawab yang benar."

"Iya."

"Kurang ikhlas."

"Iya ..."

"Terpaksa banget sihh."

"Iya Zizi-ku sayang emmuahhh antar Tante Zira yah."

"Nahh gitu dong ... gini, kan enak emmuahh ... ayo Tante Zizi antar pulang."

'Ternyata Hakken takut sama istrinya,' batin Zira mengulum senyumnya.

[][][]

Rin memeluk Hara dari belakang.

"Ishh nakal banget sihh mau aku makan bibir kamu," cicit Hara.

"Ikhh mesum banget sih tapi aku suka," sahut Rin.

"Ck dasar kamu, ayo kita lanjut."

"Lanjut apa?"

"Makan bibirnya."

"Enak aja!"

"Loh kenapa?"

"Nikahin aja belum."

"Nantilah."

"Nanti-nanti, aku gak mau di gantung yahhh."

"Idihhh emang jemuran."

"Makanya lamar aku cepat."

"Baru lulus SMA sayang."

"Iya juga yah."

"Kamu mau kuliah dimana?" tanya Hara sambil memangku dagunya.

"Emmm dimana yahh," sahut Rin sambil berpikir.

"Dihati aku aja gimana," goda Hara sambil mengedipkan mata sebelahnya.

"Dasar mesum!"

"Hihihi ..."

[][][]

NEXT

IG: SWAHY18

Kamu MilikkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang