20

1.5K 55 0
                                    

Pagi ini Bity di antar sama Zizi karena Hakken harus metting.

"Jangan lupa bekalnya di makan," ucap Zizi.

"Iya Bunda," sahut Bity.

"Ya udah Bunda tinggal dulu."

"Eh Bunda, Bity nanti pulangnya sama temen yahh."

"Udah minta izin sama Mommy."

"Emmmmm ..."

"Udah belum."

"Belum Bunda."

"Bunda gak berani izinin kalau kamu belum minta izin sama Mommy."

"Yahhhh."

"Emang kamu mau kemana sama temen?" tanya Zizi.

"Yey kepo," sahut Bity

Zizi langsung menjewer telinga Bity.

"Ikhh udah berani yahh ntar Bunda kasih tahu sama Mommy."

"Aduhhh sakit Bunda."

"Janji dulu mau kemana? temennya siapa?"

"Sama Kak Intan."

Zizi tidak terlalu kenal dengan Intan tapi sepertinya Hakken tidak menyukai Intan.

"Gimana Bunda?" tanya Bity.

"Mommy bisa marah," sahut Zizi.

"Makanya Bunda jangan kasih tahu."

"Udah pinter bohong yahhh."

"Enggak."

"Udah ahh Bunda jemput nanti pulangnya, ok."

Bity hanya pasrah dan langsung masuk ke sekolahnya.

Zizi hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Bity.

'Tapi kenapa Hakken tidak suka Intan yahh,' batin Zizi.

[][][]

Rin menampar Hara karena sudah berani memutuskan dirinya.

Plak!

"Kamu apa-apaan sih Rin, kok nampar aku."

"Kamu yang apa-apaan, kenapa putusin aku hahh!"

"Karena aku sudah muak sama kamu."

"Tega kamu Ra."

"Minggir!"

"Gak."

"Rin, minggir."

"Gak mau!"

Hara langsung mendorong Rin sampai terbentur dinding.

"Rin," kaget teman-temannya sedangkan Hara sudah pergi meninggalkan Rin.

Tanpa sengaja Intan melihat kejadian itu.

'Kenapa mereka putus,' batin Intan.

Intan tidak ingin terlalu memikirkan hubungan Hara dan Rin.

Saat ini yang Intan lihat adalah Bity yang menggemaskan.

"Perempuan itu," ucap Intan melihat Bity loncat sana-sini dengan riangnya seperti anak kecil.

"Bity," panggil Intan.

Bity menoleh lalu melihat Intan langsung tersenyum.

"Kak Intan," ucap Bity lalu menghampirinya.

"Pagi Bity," sapa Intan.

Bity langsung naik ke punggung Intan.

"Ehhh," kaget Intan.

"Pagi juga Kak Intan," sahut Bity.

Intan hanya tersenyum lalu menawarkan diri.

"Jadi gak ke perpustakaan."

"Jadi Kak."

"Sekarang."

"Iya."

"Ya udah pegang erat-erat."

"Siap Kak."

Intan berlari kencang saat membawa Bity di atas punggungnya.

"Hahaha hahaha hahaha ..." tawa Bity ceria sekali.

Mereka berdua masuk ke perpustakaan dan memilih buku yang mereka sukai.

[][][]

Darren pergi dari rumah karena sudah tidak tahan dengan kelakuan Zira.

"Kamu mau kemana?" tanya Zira.

"Bukan urusanmu," sahut Darren.

"Aku ini istrimu jadi berhak tahu."

"Ouh ya."

"Iya." Zira menghalangi jalan Darren.

"Minggir!"

"Enggak."

"Zira, aku bilang minggir."

"Gak mau!"

Karena kesal Darren langsung mendorong Zira.

Brughh ...

"Akhhhh," ringis Zira.

"Dasar wanita aneh!" maki Darren.

Zira kemudian bangun dan mengejar Darren yang sudah di dalam mobil.

"Mas Darren, awas kamu!" teriak Zira sambil menangis histeris.

Darren pergi meninggalkan Zira yang tidak bisa jadi Ibu yang baik untuk Intan.

"Aku harus cari Intan, kasihan dia." Darren sudah menyadari kesalahannya tentang anak dan kesibukan.

[][][]

Arjun dan Tya sedang dikantor.

"Tumben kamu mau ikut," ucap Arjun.

"Emang aku gak boleh ikut," sahut Tya.

"Ya boleh dong."

"Terus kenapa nanyak."

"Ya gak biasa aja kamu ikut."

"Emang harus ditanya yahhh."

"Astaga Tya, udah deh ribet banget sihh."

"Kamu yang ribet."

"Ya udah aku minta maaf."

"Hemmm."

"Ya kamu jangan marah dong."

"Emmmm."

"Tuh, kan."

"Diam bisa gak?"

"Yahhh."

'Aku lagi, kan yang salah.'

[][][]

NEXT

Kamu MilikkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang