23

1.2K 46 2
                                    

Darren langsung menegur cara Zira bicara pada Intan.

"Apa pantas seorang ibu seperti itu, Zira?" tanya Darren.

"Bukan urusan kamu Mas, Intan itu anakku."

"Tapi perilaku kamu tidak sesuai sebagai ibu."

"Banyak omong kamu, Intan ikut Mama."

"Lepas! Mama gak pernah peduli sama Intan, jangan paksa."

Intan langsung kembali masuk ke dalam kafe sambil menarik tangan Bity.

"Intan," panggil Zira.

Tya langsung menegur Zira akan sikapnya pada Intan.

"Zir, aku bukan perempuan baik setidaknya hubunganku dengan Hara jauh lebih baik daripada hubungan kamu sama Intan. Aku harap kamu berubah sebelum terlambat, maaf aku pulang dulu."

Zira hanya mendengus sedangkan Darren sudah menatap tajam ke arah Zira.

"Dasar Ibu yang tidak baik kamu, mulai sekarang jangan temui Intan lagi!"

"Atas dasar apa kamu melarang aku ketemu sama Intan."

"Karena aku Papanya."

"Cihhh kamu juga sama denganku Mas."

"Iya, aku akui itu tapi itu dulu."

"Halahhhh kamu sekarang sama aja gak ada bedanya."

"Hahah kamu benar-benar seorang ibu yang gila, Zira."

"Jangan pernah larang aku untuk ketemu sama Intan, kamu gak berhak."

"Sekarang aku mengerti kenapa Hakken sangat membenci kamu."

"Haha jangan pernah menyebut nama anak itu lagi didepanku."

"Aku heran sama kamu Zira, kenapa kamu sangat membenci Hakken. Padahal dia darah daging kamu sendiri."

"Dia bukan anakku."

"Maksud kamu apa ... jawab aku Zira!"

"Kamu pasti tidak menyangka jika Hakken bukan anakku."

"Apa maksud kamu?" tanya Darren.

"Kenapa, kaget yahhh. Gini yahh Mas Darren, aku memang pernah melahirkan tapi anakku yang asli sudah aku tukar sama anak sahabatku!"

Deghhh ...

"Jadi Hakken itu ..."

"Dia bukan anakku!"

Darren sungguh tidak percaya dengan kebenaran yang di ungkap oleh Zira.

"Maaf yahh Mas aku gak ada waktu untuk memikirkan anak orang lain," ucap Zira lalu pergi.

Melihat kepergian Zira, Darren sungguh tidak menyangka.

"Apa benar, Hakken bukan anak Zira."

Darren memutuskan untuk mencari kebenaran tentang Hakken secara diam-diam.

Setelah Zira dan Darren pergi ada sosok wanita yang tersenyum.

"Sepertinya Zira tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, Jar."

"Kamu benar Ji, dia hanya tau anaknya ditukar tapi tidak tahu kelanjutannya."

"Sungguh menyedihkan sekali Dokter Zira itu."

"Menyakiti anak kandungnya sendiri, Hakken Bow!"

Fajar dan Fuji adalah pasangan suami istri, mereka sahabat dari Zira tapi juga musuh dalam selimut.

"Kita harus manfaatkan Zira untuk memberi investasi pada anak kita, Zala."

Fajar tersenyum miring lalu mereka berdua pergi dari kafe itu.

[][][]

Hakken dan Zizi lanjut mencoba gaun pengantin.

"Ini sangat cocok buat kamu sayang," ucap Hakken.

"Iya tapi ini terlalu ketat," sahut Zizi.

"Masa sihh."

"Iya sayang bisa kesulitan bernafas nanti aku."

"Coba pilih yang lain."

"Mbak ada gaun keluaran terbaru gak?" tanya Zizi.

"Keluaran terbaru yahh, coba ikut saya Mbak."

"Ayo sayang ikut," ucap Zizi.

Hakken pun mengikuti Zizi dan pelayan itu untuk mencari gaun pengantin.

[][][]

Hara mengajak Rin ke kafe tempat Intan bekerja.

"Kamu pilih aja," ucap Hara.

"Iya ... pelayan," panggil Rin.

"Iya," sahut pelayan itu.

"Saya pesan pasta dua, jus alpukat dua sama kentang goreng terus pudding susu sama air putih."

"Baik Mbak tunggu pesanannya yahh."

"Iya."

Rin langsung mengajak Hara untuk selfi.

"Sayang selfi yuk."

"Boleh."

Pelayan tadi memberitahu chef jika ada pesanan dari meja 60.

Chef langsung menghidangkan makanan sesuai pesanan.

Lalu Bity menemani Intan yang sedang mencuci piring.

"Biar Bity pijitin Kakak."

"Emang kamu mau."

"Iya Kak, Bity gak tega lihat Kakak."

"Makasih yahhh."

"Hehehe ..." Bity mulai memijit kepala dan pundak Intan.

"Enak gak pijitan Bity Kak."

"Enak, pinter kamu mijitnya."

"Siapa dulu dong Bity."

Tidak lama kemudian bell dekat Intan berbunyi.

"Kakak lanjut kerja dulu yahh."

"Iya Kak."

"Kamu tunggu disini jangan kemana-mana."

"Siap."

Intan langsung mengantar pesanan meja 60 tadi.

"Ini pesanannya," ucap Intan yang belum melihat wajah kedua pembeli itu karena asyik selfi.

Rin mengenali suara pelayan itu.

"Loh Intan!" kaget Rin tapi Hara sama sekali tidak terlihat terkejut.

"Kalian," ucap Intan.

[][][]

NEXT

Kamu MilikkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang