Jarum jam terus berjalan meninggalkan sedetik penyesalan, keburukanku, rasa bersalahku dan semua dendamku dan kembali pada sajadah buluk ku yang berwarna biru dongker. Aku ingat, aku selalu menganti casing ponselku dan lupa mengganti casing sujudku mungkin karena itu jawaban dari setiap do'aku menjadi buruk seperti hari-hari ku.
Hari itu aku habiskan waktuku untuk mengurus ayah. Mataku sampai tak beralih dari lelaki paruh baya yang kurus diatas ranjang. Napasnya naik turun, air matanya selalu berlinang, tak lupa mulutnya selalu berzikir menyebut asma Allah tiada henti. Aku sampai kesal karena sampai detik ini Allah tak pernah mengabulkan permintaanku hingga membuat ayah terus menderita seperti itu, sudah ku coba ramuan, obat dan beberapa hal lainnya tapi tidak kunjung sembuh.
Aku sampai putus asa, menanggung beban seorang diri, tanpa keluarga yang mau melihat kami. Bahkan setiap hari harus bersembunyi agar beberapa penagihan hutang tidak mengambil tindakan saat ayah sedang sakit.
Sampai permintaan terakhir ayah membuatku tersadar, yaitu "Libatkan Allah dalam setiap urusanmu."
Wahai ya Rabb...
Aku tidak tahu sampai kapan waktu berhenti, yang aku tahu aku sangat lelah sampai tak kuasa untuk mendapatkan apa yang ku mau. Sesekali aku berpikir untuk mengakhiri sisa hidup di dunia ini tapi aku selalu tersadar belum ada bekal untuk menghadapmu.Saat di sisa hidupku yang menyedihkan. Seorang dari entertainment mengubungiku, aku terkejut mendengar berita yang ia Sampaikan. Aku tahu Allah tidak tidur dan ia langsung menjawab do'aku hari itu juga dengan mendatangiku dalam sebuah podcast.
Terimakasih ya Rabb, maaf sudah berburuk sangka padamu.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Kitabat Laylaa / Revisi
Teen FictionDrama -Religi (kitabat laylaa) كتابات ليلى Tulisan Laila *** "Sabar... Allah tahu kamu mampu." ucap sang ayah jika Laila mengalami masalah. Menjadi penulis adalah bukan pili...