22. Kesedihan

14 4 17
                                    

Laila merasa bosan di kamar terus ditambah tidak ada ponsel dan tv yang bisa dijadikan hiburan di waktu senggangnya. Dia beranjak bangun dari tidurnya dan bergegas keluar kamar rumah sakit.

Di luar pun dia tidak menemukan Rina dan Seli. Kakinya akhirnya jatuh ke kamar bangsal ayahnya yang masih di rawat. Selama menuju kesana dia tidak sengaja melihat berita di televisi yang ditayangkan di depan meja resepsionis.  Disana menunjukkan wajahnya yang diburam kan sambil menendang Luis dengan sangat brutal.

Akhirnya dia tahu maksud dari ucapan Rina saat di kamar tadi. Dia mempercepat langkahnya menuju kamar ayahnya namun disana dia tidak menemukan siapa pun. Air matanya mulai berkaca-kaca ia kembali teringat ucapan Luis yang masih sempat terdengar.

Laila menutup mulutnya tidak percaya setelah menyambungkan semua kejadian. Karirnya sudah hancur dan sekarang ayahnya juga ikut menghilang. Dia ingin menghubungi Rina, Seli dan Mate tapi dia sendiri bahkan tidak punya benda pipih itu.

Tanpa sadar dia berjalan tak tentu arah dengan air mata yang mengalir deras di kedua pipinya. Dari awal sampai akhir pun dia selalu menderita. Tidak ada satu pun yang membuatnya berdiri tenang di dunia ini.

Kaki telanjang tanpa alas itu mulai dipenuhi luka, tergores dengan batu yang ia lewati. Dia meninggalkan rumah sakit dengan perasaan campur aduk.

Dia tidak apa-apa kalau karirnya hancur tapi bagaimana dengan ayahnya? Hanya ayahnya lah yang membuat dia bertahan sampai sekarang.

Langkahnya terhenti saat melihat sebuah mesjid. Di dalam dadanya dia sudah siap berpamitan pada Allah_tuhanya untuk meminta izin mengakhiri hidupnya.

Dengan tubuh yang masih lemah dia berjalan menuju tempat berwudhu dan mulai mensucikan diri, membasuh tangan, hidung, mulut, wajah, lengan, jidat, telinga dan terkahir kakinya yang lumuri darah. Rasa sakit di kakinya pun tak terasa apa pun.

Setelah selesai berwudhu dia masuk ke dalam mesjid tempatnya saff perempuan. Di sana dia melihat seorang perempuan mengaji. Matanya menjelajah untuk mencari kudung solat karena yang ia tahu biasanya mesjid menyimpan itu di lemari tapi kali ini dia tidak menemukan apa pun. Akhirnya dia menunggu gadis ber kerudung putih itu selesai mengaji untuk meminta izin memakai kudung solatnya.

Laila duduk bersandar di pintu sambil terus meneteskan air mata, rambutnya yang mulai panjang berantakan terlihat basah oleh air wudhu itu membuat dia menyisirkanya ke belakang menggunakan jemarinya.

Sambil menunduk dia mendengar gadis itu membaca alunan ayat suci Al-Quran yang terdengar begitu merdu dan menghayati. Hati Laila lagi-lagi tersentuh dia terus menangis tersedu-sedu tanpa suara sampai membuat dia tertidur.

***

Rina mendatangi Kobi di kantor sambil memeluk temannya itu penuh haru. Setelah melihat reaksi penonton banyak yang positif.

"Terimakasih," ucapnya sedih, sambil melepaskan pelukannya. Laki-laki itu terkejut saat mengetahui Rina tidak datang sendirian ada Seli di belakangnya.

"Hai, kita bertemu lagi," sapanya.

Seli tersenyum canggung. Sudah lama dia tidak melihat teman-temannya lagi. Bahkan mereka jauh lebih hebat dari  yang ia liat kemarin saat masih SMA. Dia sekarang yakin roda kehidupan berada di pihak mereka. Seharusnya dia tidak meremehkannya dulu.

Semua karyawan dan visual lokal berseru senang dan saling berpelukan. Usaha yang mereka jalani tidak berakhir sia-sia. Netizen akhirnya berpihak pada mereka.

"Apa kau mau mendengar respon mereka di komen?" tanya Mate kegirangan saat membuat leptopnya.

Semua orang berkumpul mengelilingi Mate untuk mengetahui hal itu.

Wah kukira kisah seperti itu hanya ada di film, sapa tau pihak produksi mau mengangkatnya aku sudah merekomendasi

Siapa yang mau ikut sayembaraku, yang bisa memukuli laki-laki itu akan kubayar 1 dolar

Aku kenal dia, dia adalah tetanggaku, apa kalian butuh informasi lain? Aku bisa memberinya

Aku seorang yang ahli komputer, kalau mau melihat KTP sampai kartu keluarga dan lainnya bisa ku unggah di internet

"Wah aku tidak berani membacanya lagi, netizen benar-benar menakjubkan sekaligus menakutkan," ujar Mate sambil menutup leptop.

Koby melirik Seli. "Apa kau tidak apa-apa mendengar suamimu di perlakukan seperti itu?"

Rina langsung merangkul gadis itu. "Tentu saja tidak apa-apa, dia bahkan ingin berpisah dengan laki-laki itu."

Semuanya bernapas legah. Hingga nyaring bunyi ponsel membuat Rina teralihkan.

Dia merogoh saku celananya dan mengambilnya.

"Iya Halo?"

"Apa! Laila menghilang?!"

Semua orang terkejut akan hal itu. Mate bergegas menghampiri Rina.

"Siapa yang menelepon?"

"Ayah Laila, katanya dia tadi ingin menjenguknya tapi saat sampai di ruangan dia tidak ada!"

Buru-buru Mate pergi dari situ juga. Dia tidak menghiraukan Rina yang terus memanggilnya.

Sesampainya di rumah sakit dia menemui kepala Cctv untuk mencari tahu kapan terakhir perempuan itu menghilang.

Di layar monitor dia hanya melihat Laila berdiri menonton berita di tv dan setelah itu pergi meninggalkan rumah sakit. Mate berterima kasih kepada kepala keamanan dan kembali mengendarai mobilnya untuk mencari.

Perasaan laki-laki setengah bule itu mulai tidak karuan, dia mulai menerka-nerka apa yang perempuan itu lakukan setelah tahu karirnya telah hancur, dia bahkan tidak tahu kalau pihak penerbit sudah mengklarifikasi.

2 jam menghabiskan waktu untuk berputar-putar tapi hasilnya tetap nihil. Mate kelelahan dia memukul stang stirnya dengan emosi sambil meneteskan air mata. Saat dia merasa benar-benar gagal dia melihat mesjid di tempat mobilnya parkirkan. Dia akhirnya turun dan segera untuk berwudhu setidaknya cara itu paling ampun untuk menenangkan diri dari semua masalah yang telah menimpanya.

Setelah selesai berwudhu dia bersiap memasuki mesjid tapi saat melewati pintu saff wanita matanya jatuh pada seorang perempuan berpakaian rumah sakit sedang tertidur di samping pintu.

Mate gerak cepat menghampirinya, setelah memperhatikan lebih dekat ternyata itu benar sosok Laila.

Laki-laki itu terduduk di sampingnya sambil menutup wajahnya untuk tidak meneteskan air mata, saking senangnya dia sampai bersujud pada Allah karena telah mengantarkannya pada sosok yang ia cari.

Laila tersadar dari tidurnya saat mendengar isakan dari seseorang, saat membuka mata orang yang pertama ia lihat adalah Mate yang sedang bersujud sambil melafalkan salawat.

"Mate?" sapanya khawatir.

Laki-laki itu tersadar, dia mengangkat kepalanya sambil tersenyum senang. "J-jangan pergi lagi," ucapnya terbata-bata.

Mata Laila berkaca-kaca. Dia tidak tahu kepergiannya membawa luka pada orang-orang seperti Mate. Selama ini ia berpikir hanya seorang diri ternyata dia tidak sekesepian itu.

"Kau sudah solat?"

Laila menggeleng sambil meneteskan air mata.

Mate mengulur kan tangannya untuk menghapus jejak kristal itu. "Ayo solat berjemaah."

Gadis itu mengangguk dan bangkit melihat gadis yang mengaji tadi. Tapi ternyata gadis itu sudah pergi dan menyisakan kudung solat yang sudah dia lipat rapi di sampingnya.

"Masya Allah, terimakasih atas kuasamu," batin Laila.

***

Kitabat Laylaa / RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang