Setelah membahas naskah Laila di ruang studio akhirnya mereka menyetujui tanggal yang pas untuk pre order novel 'Memories with them' Laila keluar dari ruangan disambut oleh wajah khawatir Rina.
"Udah selesai?" Laila tersenyum mengangguk sebagai jawaban.
"Alhamdulillah, sekarang Kau di panggil ke ruang sebelah."
"Buat apa?" Kening Laila terangkat sebelah, apalagi dia hanya mengetahui bahwa jadwal hari itu hanya bertemu editor.
"Kau kan gak buat akun live, jadi visual lokal ngajak live bareng biar kau bisa berinteraksi dengan penggemarmu."
Laila terdiam sejenak. Jantungnya kembali berdetak dengan kencang. Padahal dia sudah pensiun dengan media sosial kini dihadapkan kembali dengan itu.
"Sebentar saja?" tanya Laila memastikan. Rina mengangguk mantap.
Keduanya akhirnya pergi keruang studio live tempatnya Gusti berada.
Tenang guys, kan kemarin udah live bareng kak Binar. Sekarang dia lagi sekolah gak mungkin ngundang dia lagi.
Laila yang baru memasuki ruangan sudah melihat Gusti sedang berbincang dengan para penggemarnya lewat live.
Kak, dibelakang ada kak Laila!
Gusti membaca komentar dan mulai berbalik. "Halo kak, apa kabar!" serunya senang menghampiri gadis itu. Keduanya duduk di bersampingan dengan adanya kamera yang di letakkan di meja. Sedangkan Rina mengawasi mereka dari balik kamera.
"Gimana kalau hari ini kita Adain QnA?" tanya Gusti setelah beberapa saat terdiam kikuk. Laila mengangguk patah-patah sambil tersenyum paksa.
"Baiklah karena kak penulis setuju, ayo semuanya bertanya. Aku akan melihat komentar kalian!"
Gusti dengan wajah yang mirip dengan Hery membuat Laila gugup dan berusaha menahan air matanya. Laki-laki itu bahkan duduk di samping dengan jarak yang sangat dekat.
"Oke, aku dapat 1 pertanyaan nih," ujarnya saat melihat beberapa komentar di layar.
"First impression kak Laila saat bertemu visual lokal, gimana?" Pandangannya kini beralih full pada gadis berambut panjang itu.
Laila terlihat berpikir sejenak, dalam hati dia mempertimbangkan wajah mereka yang mirip, dia takut membahas itu sebagai jawaban.
"Kalau menurutku saat pertama kali bertemu, mereka itu terlihat seumuran denganku tapi ternyata ada juga yang masih SMA dan udah kerja." Perkataan Laila membuat semua para penggemar berkomentar true, Betol, Iya, dan banyak persetujuan lainnya.
Setelah beberapa jam berlalu akhirnya Laila menyudahi live bareng Gusti dan memilih pulang bersama Rina.
Mereka sampai di rumah Laila pukul empat sore. Laila menjatuhkan diri setelah melahap habis makanan yang di beli sahabatnya saat pulang tadi. Sementara Rina sendiri memilih bergutat dengan gadgetnya. Dia masih khawatir dengan komentar negatif tentang Laila, jadi dia membuka aplikasi tok-tok untuk mencari apakah ada video dari netijen yang merecord live tadi pagi.
Saat membukanya ada beberapa Vidio yang dibuat jedag-jedug. Mengenai kecocokan antara Laila dan Gusti. Rina melewatinya dan menonton video lainnya karena ia yakin video itu tidak negatif. Video selanjutnya membahas kesedihan netijen yang tidak bisa melihat para visual lokal secara langsung. Bahkan view dan like nya mencapai 1M. Buru-buru Rina membuka komentar dan membacanya satu per satu.
Gila, kapan nih ada meet and greatnya. Gak sabar mau ketemu Laila dan yang lain
Tag gue kalau beneran ada
Mau nyiapin kado kalau serius mah
Takut banget kalau meetnya bukan di tempat gue
Mau borong bukunya
Kangen bayi besar Bulan
Mo nangis kalau Matahari datang
Mami Senja harus datang sih kata gue
Papi Fajar gak mungkin absen kalau gak ada mami
Rina berdehem membaca komentar itu, mereka baru saja dari kantor penerbit membahas naskah Laila yang baru di sunting dan sekarang mereka mau meet.
Notif di ponsel Rina berdenting, dan itu dari Andika. Gadis itu membuka pesannya dan mulai membaca.
Rin, Pre order Memories with them keknya harus di majuin. Siapin Laila ya, agar blognya segera di tamatin.
Rina menggaruk kepalanya gatal. Dia melirik Laila yang terlihat lelah. Bagaimana dia harus mengatakan hal itu, karena kesibukan Laila sekarang yaitu merawat ayahnya di rumah sakit.
"Lai, kapak kau ke rumah sakit?" tanyanya hati-hati.
"Sekarang kalau bisa, soalnya nanti malam ada rapat, Koby gak beritahu?"
"Beritahu kok." Lanjutnya dan terdiam sejenak mengambil napas.
"Gini Lai ...." Rina memperbagus posisi duduk menghadap wajah Laila serius.
"Aku berangkat dulu!" Laila bangun dari rebahannya dan melewati Rina begitu saja.
Gadis itu menelan salivanya yang terasa seperti batu keras, menaklukkan Laila memang harus butuh kekuatan batin.
Dia mengambil ponselnya kembali dan mengetikan pesan pada Koby.
Mau aku bacok? Jangan gila dong! Apa-apaan itu Andika? Dia pikir Laila robot berjalan? Aku gak mau tahu pre ordernya jangan di majuin! Harus sesuai kontrak! Trus aku juga baru tahu kalau ada rapat nanti malam dan itu dari kau! Beliin kendaraan dong kalau nyuruh! kau pikir itu mobilku?! Aku hanya meminjamnya dari ayahku!
Setelah menekan kirim Rina membanting ponselnya di sofa.
Di tempat lain Laila baru saja sampai di rumah sakit. Seperti biasa dia merawat ayahnya. Memberikan makan dan membersihkannya. Tidak lupa dia menghitung pengeluaran dan kebutuhannya. Dia harus benar-benar irit agar mencicil utang ayahnya.
Saat ada waktu, Laila terdiam sejenak untuk memikirkan kedepannya. Dia tidak bodoh dengan mimik Rina tadi. Dia tahu dari konten yang fyp yang ada di berandanya. Dengan malas dia membuka leptopnya setelah selesai mengurus ayahnya.
Dia kembali melanjutkan blognya mengenai kisah Bulan dan matahari dibumbui oleh adanya sosok Fajar dan Senja yang membuat cerita mereka lebih hidup dan menarik.
Esoknya Rina kembali datang ke rumah Laila. Disana dia hendak menjemput gadis itu untuk datang ke kantor penerbit seperti biasa.
"Kau sudah buka aplikasi Tok-tok?" ujarnya saat duduk di ruang tamu.
Setelah begadang menamatkan ceritanya, Laila tidak membuka aplikasi itu dari tadi, akhirnya dia hanya menjawab dengan gelengan.
"Ada apa?" tanya Laila saat sedang merapikan riasannya di cermin.
"Ituloh visual lokalnya bermasalah. Yang memerankan Fajar ternyata pacaran asli dengan Binar yang jadi tokoh utama, apa kita ganti saja mereka?"
Tangan Laila berhenti bergerak. "Lagian kan mereka profesional, emang ada tuh berita Sabo cemburu liat kedekatan Binar dengan Gusti? Atau berita Binar konfirmasi soal hubungannya dengan Sabo? Lagian kan kau tahu sendiri kalau netijen hebat dalam mencari kehidupan orang lain dan dibuat heboh di media sosial?"
Rina sedikit tersendiri mendengar hal itu pasalnya dia pernah menduduki posisi itu.
"Jadi gapapa, nih? Lanjutin aja? Aku mah jadi was-was, soalnya gak hanya mereka, ternyata Si Maryam juga mantan dari Sabo, aku takut semua masalah jadi terfokus sama mereka bukan pada blogmu yang bakal di terbitin nanti."
Laila hanya bisa menghebuskan napas pelan.
"Aku tidak masalah kalau itu bukan menyangkut tentang hidupku." Batinnya.***
KAMU SEDANG MEMBACA
Kitabat Laylaa / Revisi
Teen FictionDrama -Religi (kitabat laylaa) كتابات ليلى Tulisan Laila *** "Sabar... Allah tahu kamu mampu." ucap sang ayah jika Laila mengalami masalah. Menjadi penulis adalah bukan pili...