18. Perjalanan Tour

20 15 52
                                    

Laila berpamitan pada ayahnya saat akan pergi tour ke kota. Rina yang sebagai manager mengantikan sahabatnya itu mengurusi ayahnya di rumah sakit.

Persiapan pun di mulai. Semua visual lokal sudah bersiap-siap naik mobil bersama dirinya.

Sopirnya sebagai Koby. Disampingnya ada Laila. Di tengah tempat Binar dan Maria sedangkan di belakang Gusti dan Sabo.

Mereka menikmati perjalanan hari itu. Kadang Sabo dan Maria bernyanyi. Mereka berduet dengan penuh kasih sayang. Hubungan mereka bahkan sudah di resmikan. Jadi mereka terang-terangan memperlihatkannya.

Gusti dan Binar sampai memperagakan wajah muntahnya melihat pemandangan itu. Koby dan Laila ikut mencairkan suasana dengan tertawa.

Kadang mereka makan Snack ramai-ramai dan bermain game sambung lagu di dalam mobil.
Sampai akhirnya mereka tertidur pulas di kursi masing-masing.

Saat langit sudah semakin gelap. Akhirnya mereka sampai di villa milik Sabo. Laki-laki itu turun membuka pintu gerbang untuk membantu Koby dan anggota penerbit memarkirkan kendaraan roda 4 itu di dalam garasi.

Semuanya juga turun dari mobil dan melihat pemandangan air terjun dan taman yang ada di dalamnya. Gusti kembali menutup pintu gerbang dan menyusul mereka masuk ke dalam rumah yang terlihat tiga tingkat itu.

Pintu utama terbuka, di sambut dengan ruang tamu yang terlihat cukup besar dan beberapa alat furniture yang terlihat kuno. Di samping kiri ada jalan menuju ruang kolam renang besar dan di depannya ada kamar transparan, berlapis kaca yang hanya di tutupi horden.

"Aku akan memilih ini," ujar Kibo karena tak tahan menahan rasa kantuk, Dia membuka pintu dan terbaring lelah disana.

Beralih sebelah kanan di sana ada ruangan dapur dan ruang makan. Anggota penerbit masuk dan mengeluarkan perlengkapan makanan dan memasukkannya dalam kulkas dan lemari.

Mereka yang masih tersisa mulai kembali berjalan, di bagian belakang terdapat ruang santai dengan dihiasi taman dan beberapa tanaman hijau. Didalam ruang itu juga tersedia alat setrika dan mesin cuci besarta pengeringnya.

Sementara itu mereka naik ke lantai dua. Setelah tangga pun tersedia ruang santai tapi kali ini lebih terbuka. Ada balkonnya yang menghadap ke arah pantai. Di dalam ruangan itu tersedia tv berukuran besar dan sofa gabus yang terlihat nyaman untuk ditempati.

Disebelah kanan ada kamar dengan dua ranjang. Binar dan senja memilih masuk dan segera tidur.

Di sebelah kiri ada kamar khusus milik Sabo. Dia berpamitan  turun ke bawah untuk mengantar anggota penerbit yang akan pulang setelah mengatakan di ujung lorong ada lift.

Hanya tersisa Laila dan Gusti yang belum kedapatan kamar. Keduanya mengikuti instruksi pemilik villa. Mereka memilih naik tangga bersama daripada naik lift.

Setelah sampai di salah satu pintu, Gusti membukanya dan disana mereka diperlihatkan pemandangan loteng tanpa atap.  Tempat itu bagian area luar ruangan. Ada dua kamar yang saling berhadapan. Sedangkan di tengahnya terdapat hamparan luas agar bisa melihat pemandangan senja yang indah.

Laila menunjuk ke kanan dan Gusti pergi ke arah sebaliknya. Keduanya masuk ke dalam kamarnya masing-masing dan mulai tertidur menantikan hari esok yang lebih seru.

***

Dring!!!

Gadis itu terpaksa terbangun dari tidurnya karena alarmnya yang terus berbunyi. Dia beralih ke samping mengambil benda pipinya yang tergeletak di meja lampu. Dengan mata yang masih kabur, di melihat layar yang menunjukkan alarm azan subuh.

Dia bergegas bangun dari tidurnya dan pergi kemar mandi untuk mengambil wudhu. Setelah itu dia menunaikan sholat 2 rakaat yang jarang sekali ia terapkan sewaktu di SMA.  Dia pun rajin mengerjakan sekarang karena ayahnya selalu mengatakan berdo'a lah kepada Allah SWT untuk kesembuhannya.

Setelah menunaikan sholat, Laila lanjut berberes kamar, memindahkan pakaiannya dalam lemari. Dia juga teringat soal Rina. Dia ngirimkan pesan untuk menanyakan keberadaan ayahnya. Kemudian dia pergi mandi saat jam menunjukkan pukul 6 pagi.

Laila turun bersamaan dengan keluarnya Gusti dari kamarnya. Mereka saling sapa dan kali ini lebih banyak diam, karena mereka tak mau identitas Mate terungkap. Keduanya menuju ruang makan yang disana sudah ada Binar dan Maria yang memasak makanan pagi.

Koby datang bersama Sabo menjelaskan soal jadwal kegiatan yang akan mereka kerjakan. Setelah duduk sarapan bersama akhirnya mereka siap berangkat naik mobil.

Mereka akan menghadiri meet penggemar yang ada di tokoh buku, disana mereka saling sapa dan memberikan tanda tangan. Ada juga sesi foto studio yang di buat khusus untuk menyapa penggemar. Syarat masuk harus membeli buku Laila yang baru pre order dengan keuntungan yang sangat banyak, yaitu bisa mendapatkan tanda tangan visual lokal dan berfoto di studio sesuai dengan visual lokal yang mereka mau.

Hari yang mereka lewati sangat melelahkan tapi terbayar dengan adanya hadiah yang para penggemar berikan. Visual lokal beristirahat di dalam ruang khusus mereka sedangkan Laila lanjut kegiatan kedua yaitu mengadakan seminar kiat-kiat menjadi penulis yang baik. Disana Laila harus di tuntun banyak berbicara kepada audiens, dan memberikan jawaban saat ada pertanyaan.

Kegiatan ketiga di lanjutkan dengan adanya konser kecil yang di buat oleh penerbit. Disana mereka membuat game, bermain bersama visual local dan pengemar. Acaranya di adakan di sebuah mall. Tiket masuk juga harus membeli buku dari pre order  yang di hadiahkan kipas kecil, bando dan lightstick. Dalam acara tersebut juga disediakan bazar seperti baju kaos yang ber sablon wajah masih-masing visual local, ada juga pernak pernik kesukaan dari masing-masing tokoh.

Dalam acara yang lumayan besar itu dan dihadiri semua lautan manusia. Laila mendapatkan pesan yang membuatnya terkejut.

Saat berada di panggung, Laila berpamitan pada Koby untuk pergi ke toilet. Disana dia segera melihat ponselnya, tertera beberapa panggilan tak terjawab dari nomor yang tak di kenalnya dan satu pesan yang membuat dia beralih untuk pindah tempat.

Aku tidak ingin meminjam uang, aku benar-benar butuh bantuanmu, Lai! Aku sekarang dalam bahaya!

Laila yang panik segera menelponnya kembali tapi nomor itu kini tidak tersambung. Berkali-kali Laila menelponnya dan akhirnya tersambung juga.

Seli?

ujar Laila sambil meneteskan air mata.

Ternyata kau selemah ini

Ujar di seberang telepon, dia bersuara cowok bukan milik Seli yang ia dengar.

Kau siapa? Mana Seli? Sekarang katakan kau sembunyikan dimana dia!

Tangan Laila sampai bergetar dengan jantung yang terus berdetak kencang.

Aku berada di sekitarmu dan sekarang melihatmu!

Panggilan itu berakhir dengan tawa yang membahana.

"Lai? Ayo segera naik ke panggung!" seru Koby. Laila memijit kepalanya yang mulai sakit. Dia mengambil napas dalam berusaha untuk terlihat profesional dan kembali naik ke atas panggung.

Pandangannya lurus ke arah penonton yang hadir pada hari ini. Ia yakin dia pasti berada di antar mereka dan menjadi salah dari mereka.

"Aku akan mencarimu!" batin Laila dengan penuh amarah.

***

Kitabat Laylaa / RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang