"Pertanyaan terakhir dari netijen, nih. Gimana perasaan Laila saat tahu bakal diundang ke podcast?"
Laila menyampingkan anak rambutnya sambil berusaha menahan tawa.
"Pastinya kaget, trus gak percaya kalau bakal diundang. Awalnya gak percaya diri. Sambil bertanya-tanya itu beneran tulisan aku? Atau penyelenggaraannya salah hubungi?"
MC menepuk pundak Laila disela tertawanya juga. "Kalau aku jadi Laila pasti syok berat ya. Dulu itu aku suka loh baca cerita Laila. Setelah udah masuk kerja tahu deh kalau tamu undangan itu Laila sendiri."
Laila menunjuk Runie kaget setelah itu terkekeh. "Kau penggemarku yang hilang," cakapnya.
Runie mengangguk mantap, dan lagi-lagi mereka tertawa.
"Karena waktunya sudah habis kita sudahi berbincang dengan Laila. Sampai jumpa Beibers, kapan-kapan lagi!!!"Pintu on air berubah hijau, semua penyelenggaran berseru selesai. Laila membuka headsetnya sambil menyalim Wanita disampingnya.
Manager Laila buru-buru menariknya keluar dan pergi keruang make up.
"Buset Lai, namamu masuk dalam pencarian gugel tertinggi ke tiga!!" serunya heboh sambil memperlihatkan iPad yang ada ditangannya.
Laila tidak merespon, dia hanya fokus membereskan tasnya. "Ayo kita pulang, bayarannya udah masuk, kan?"
"Buru-buru amat, siang ini kau ada jadwal ketemu klien!" Laila yang hendak ingin keluar langsung terdiam di tempat.
"Rin, kau bilang hanya satu kali. Sekarang kau ingin aku apalagi?" tanyanya getir pada sahabatnya yang kini menjadi managernya.
Rina terkekeh pelan sambil mengajak Laila duduk di sofa dengan baik. "Maaf ya gak bilang dulu sama kau, soalnya bayarannya gede. Mungkin uang itu bisa bayar utang sekaligus biaya rumah sakit ayahmu."
Laila berpikir sejenak. "Setelah ini selesai?" Rina mengangguk mantap. "Iya. Setelah ini selesai."
Keduanya keluar dari ruangan. Mereka sama-sama naik mobil menuju ke tempat selanjutnya. "Nanti kalau kau udah sukses jangan lupa beli mobil baru, ya? Soalnya pemilik mobil mau pake nanti malam."
"Emang yakin aku bakal sukses?"
Rina hanya menunjukan senyuman paksanya. "Aminin kek kalau sukses, ini malah nanya."
Laila tidak lagi menjawab ia mengalihkan pandanganya ke arah luar jendela. Padahal kemarin dia merasa tidak bisa menjalani hidup dengan benar.
***
Suara gedoran pintu membuatku terbangun dari tidurku selepas solat. Aku membuka mukena dan segera keluar membuka pintu. Disana sudah ada tiga orang laki-laki yang memandangku sengit.
"Mana ayahmu?!" tanya seorang lelaki yang terlihat seumuran dengan ayah.
"Belum pulang." Aku menjawab seadanya karena memang itu kenyataannya.
"Kalau sudah pulang bilang bapak Rahmat minta uangnya segera. Kalau sampai belum bayar bunganya akan ditambah jadi 2x lipat!"
Aku hanya mengangguk saja, tidak tahu mau merespon apa. Karena aku juga baru mengetahuinya.
Ketiga orang itu pergi. Aku kembali menutup pintu dan terdiam sejenak untuk merenung. Ayah bahkan tidak mengatakan apapun padaku dan pergi kerja dan tak pulang-pulang. Mencari kerumah nenek bahkan tidak membuahkan hasil.
Akhirnya terpikirkan ide yang cemerlang. Aku bergegas mengambil jeket dan pergi mencarinya di tempat kerja. Hari itu setelah azan magrib aku berjalan kaki menyusuri jalanan yang gelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kitabat Laylaa / Revisi
Teen FictionDrama -Religi (kitabat laylaa) كتابات ليلى Tulisan Laila *** "Sabar... Allah tahu kamu mampu." ucap sang ayah jika Laila mengalami masalah. Menjadi penulis adalah bukan pili...