34. Panantian yang sia-sia

650 19 0
                                    

Setelah semua rahasianya terbongkar, Sharon benar-benar tidak tahu harus berbuat apa lagi. Terlebih, Alex akan segera menceraikan dirinya dan membuangnya. Sementara itu, Mr. Herd pun masih dalam kondisi koma.

”Sialan kalian semua!” Umpat Sharon, dengan membawa beberapa dokumen penting, yang merupakan dokumen aset harta keluarga Caspian.  Sharon yang masih dalam kondisi mental terguncang pun mengendarai mobil dengan ugal-ugalan, dan Sharon juga nekat membawa bayi mungilnya.

Di dalam perjalanan itu, Sharon yang dipenuhi emosi tatkala melihat bayi disabilitas itu, emosinya pun semakin naik. Sehingga tak lagi fokus dalam berkendara. Alhasil..

Brukkkhhh....
Terjadilah kecelakaan tunggal, dan membuat mobil mewah yang Sharon kendarai hancur. Mobil Sharon menghantam bahu jalan dengan cukup kencang.

Sementara disisi lain...

Bzztt...

Ponsel milik Alex terus saja bergetar, kala itu Alex sedang melakukan meeting penting bersama para klien perusahaannya.

”Sudah kukatakan, aku hari ini sangat sibuk!” Tegas Alex, pada seorang bawahan yang sedang menelepon dirinya.

Maafkan kami tuan, namun kami baru saja mendapatkan kabar bahwa Nyonya Sharon bersama bayi tuan mengalami kecelakaan. Sangat nahas, karena nyawa keduanya tak dapat terselamatkan..”

Mendengar berita itu, Alex benar-benar seperti mendapatkan durian runtuh. Meski terkesan kejam, namun itulah kenyataan suasana hati Alex saat ini.

”Silakan lakukan acara pemakaman singkat saja, dan umumkan ke media sesuai fakta di lapangan. Titah Alex, kemudian kembali melanjutkan meeting dengan tenang dan damai.

***

Kota D, tepat di kediaman Diane.

Ketika sedang menggantikan pakaian baby Aland. Diane mendengarkan berita yang sedang ramai diperbincangkan, yaitu tentang kecelakaan tragis yang menimpa Sharon bersama si buah hati.

”O.. my God..” ucap Diane, yang seketika itu meneteskan air mata.

”Walau bagaimanapun, aku juga seorang ibu.. bagaimana bisa ibu dan anak mati dalam waktu bersamaan..” ucap Diane.

Meskipun Sharon telah menghancurkan rumah tangganya dimasa lalu, namun rasa keibuan dan hati nurani Diane nyatanya jauh lebih lembut. Disaat yang sama , James datang berkunjung ke kediaman Diane.

”Diane, kau sudah mendengar berita baru-baru ini?” tanya James, yang duduk bersama Diane di ruang tamu.

”Maksud Tuan, berita tentang keluarga Caspian?” balas Diane.

”Ah, ya,” balas James.

”Aku turut perihatin dengan kejadian tragis yang menimpa Sharon. Terlebih, bayinya harus mati bersama Sharon..” ucap Diane iba.

”Inilah yang kusuka darimu, Diane. Bahkan ketika seseorang telah menghancurkan harapanmu, kau masih saja iba padanya..” ucap James kagum.

”Kita sesama manusia sudah sepatutnya seperti itu, tuan James.” Ucap Diane dengan wajah tersenyum.

”Diane, sampai kapan kau akan memberikan aku kesempatan?” tanya James lagi, untuk memastikan perasaannya pada Diane.

”Tuan James, anda masih sangat muda dengan masa depan yang cerah. Masih banyak gadis luar biasa di luar sana..”

”Diane, apakah ini penolakan lagi? Aku tidak ingin kau terlalu memikirkan bagaimana jika Alex menerorku dan sebagainya.. itu bukanlah alasan untuk ini.” Tegas James.

”Tuan James,  aku..”

”Aku hanya ingin kepastian, karena aku tidak bisa terus menerus menunggu di dalam ketidakpastian ini..” ucap James penuh harap.

Yah, sudah beberapa  tahun lamanya, Diane belum juga membalas perasaan James, dan ditambah hampir dua tahun lagi, semenjak kelahiran baby Aland.

”Aland sudah hampir berusia dua tahun, namun kau masih saja mengacuhkan aku..” ucap James.

”Tidak mudah untuk memulai, apalagi mempertahankan.”

”Kau masih saja terjebak dalam lingkaran masa lalu. Bagaimana kau bisa maju pesat ke depannya, jika kau masih saja terus terkungkung dalam luka masa lalu. Atau, kau masih mengharapkan Alex untuk kembali?”

”Cukup tuan James, anda sudah cukup keterlaluan. Jangan coba-coba kaitkan Alex dalam kisah hidupku yang baru. Jika anda merasa lelah, silakan pergi. Lagipula, aku tidak pernah meminta anda untuk menunggu, bukan?” Tegas Diane.

Mendengar ucapan yang cukup menyakitkan itu, sungguh membuat perasaan James tercambuk perih. James hanya menginginkan Diane, tak peduli meski Diane kini sudah menjadi seorang single mother. Namun nyatanya, Diane masih tidak bisa membuka pintu hatinya bagi Alex.

Apakah Alex sudah saatnya meninggal segala harapannya untuk dapat bersama Diane?

”Diane, aku tidak menyangka akan tiba hari ini.. pada akhirnya, aku pun menyadari, bahwa kau benar-benar tidak pernah menaruh perasaan padaku.. jadi, penantianku selama bertahun-tahun ini, hanyalah harapan semu semata..” ucap James lirih.

Diane terdiam sejenak, dan menyadari bahwa ucapannya telah melukai perasaan seorang pria yang sudah sangat tulus padanya selama ini. Namun, apa daya.. semua sudah telanjur terucap dari mulut manis Diane. Ucapan yang sangat melukai perasaan James.

”Maafkan aku, Diane.. jika selama ini aku memaksamu, aku baru menyadari bahwa perasaan itu tak dapat dipaksakan. Detik ini aku pun mengerti arti itu semua. Baiklah, jika kau memang menginginkan aku untuk pergi. Maka, aku akan mengabulkan keinginanmu itu. Tapi, jangan pernah berpikir, bahwa semua pertolonganku adalah demi ini semua. Tentu, semua itu tulus. Kau tidak perlu cemas, aku hanya akan menjauh pergi saja.” Ucap James, yang hatinya kini sedang terluka.

James melangkah pergi dari hadapan Diane dengan langkah yang penuh luka. Penantian selama bertahun-tahun pupus sudah.
Akankah, hubungan mereka pada akhirnya hanyalah sebatas rekan kerja saja?

Diane pun hanya dapat merenung, atas semua ucapan kelamnya pada James.

Apakah Diane juga sebenarnya sudah menaruh perasaan pada James?

NERAKA dalam PERNIKAHANKU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang