"He-hentikan! apa kau sudah gila?!"
"Kau yakin ingin aku menghentikannya?"
Wooyoung menutup wajahnya dengan kedua tangannya itu karena San terus menjilati putingnya yang masih tertutup oleh seragam yang sedang ia gunakan.
"Aku– aku akan mengadu pada papa!"
San tersenyum tipis dan mulai melepaskan satu persatu kancing seragam Wooyoung. Beruntung karena ia berhenti dijalan yang sepi, jarang ada yang melewati jalanan ini.
"Kau pikir papa mu itu akan percaya?"
"Tentu saja tidak."
"Karena kau tak menyukaiku, papa mu itu hanya akan berpikir jika kau hanya mencoba menjelek-jelekkanku padanya."
Wooyoung sedikit mengintip diantara kedua tangannya yang menutup wajahnya itu. Apa yang dikatakan San benar, papa nya tak akan percaya jikapun ia mengadu.
San menempelkan permen yang ia pegang itu pada puting Wooyoung yang sudah mengeras disana, tubuh Wooyoung benar-benar tak bisa berbohong soal ini.
Wooyoung mengigit bibir bawahnya untuk menahan desahannya keluar saat San sudah mulai menjilat putingnya, itu terasa lengket karena permen San barusan.
"Hentikan... ba-bagaimana jika ada yang melihatnya, ini di jalanan umum."
"Apa kau takut? menggemaskan."
Wooyoung mendengus kesal mendengar kalimat itu keluar dari mulut San. Tak mungkin ia takut dengan hal sepele seperti ini, dia benar-benar menantangnya.
San sedikit melirik pada Wooyoung yang sudah tak lagi menutup wajahnya itu, dia menatap kesal padanya dengan rona merah di pipinya, sangat menggemaskan.
"Mengapa kau melakukan ini? bukankah kau mencintai papa?"
"Hal seperti cinta dan nafsu itu berbeda."
Perkataan San berhasil membuat wajah Wooyoung memerah sempurna. Ini memang aneh, ia senang ketika seseorang bernafsu saat sedang bersamanya.
Wooyoung yang sibuk dengan pikirannya itu terkejut saat San tiba-tiba menarik celananya dan mengangkat kedua kakinya itu keatas. Dia benar-benar tak sabaran.
"Hmm lihatlah itu bahkan terlihat seperti meminta untuk segera diisi."
"Berhenti berkata menjijikan seperti itu!"
San menatap lubang Wooyoung disana. Ia menempelkan permen itu pada lubang Wooyoung dan perlahan memasukkan permennya kedalam lubang Wooyoung.
Rasa lengket dari permennya membuat Wooyoung merasa tak nyaman, tapi saat San mulai meludahi lubangnya itu membuat Wooyoung semakin terangsang.
"How? Doesn't this taste sweet?"
Wooyoung memeluk erat kakinya saat San menggerakkan permennya itu secara berputar didalam lubangnya. San sungguh serius dengan ucapannya barusan.
San mulai menggerakkan permennya itu keluar masuk didalam lubangnya Wooyoung, lubang Wooyoung benar-benar seperti meminta untuk diisi oleh hal lain.
"Mmhhh... itu lengket–"
San menghentikan pergerakan tangannya saat ponselnya itu berdering, ia mengambil dan menatap layar ponselnya, itu panggilan telepon dari sekertarisnya.
Wooyoung cukup terkejut saat San melepaskan pegangan permennya itu dan membuat permennya masuk seutuhnya kedalam lubangnya dibawah sana.
"Sanhh..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kink : Sanwoo/Woosan
Fanfiction"Do you really love me, Daddy?" "Of course, I love you." "Kalau begitu, buktikan padaku jika kamu memang mencintaiku." "Bagaimana aku melakukannya?" "Ceraikan dia dan jadikan aku satu-satunya milikmu." - San : Dominant Wooyoung : Submissive Homophob...