36

1.2K 87 11
                                    

"Kamu dari mana Wooyoung?"

Wooyoung sedikit mengerutkan dahinya karena San tak ada di meja itu. Ia mulai mendudukan dirinya disamping Eunho dengan menatap pada papa nya disana.

"Dari toilet papa."

"Apa kamu melihat San? Eunho berkata jika kalian pergi ke toilet."

"Aku tak melihatnya."

Seonghwa mengangguk paham, ia sedikit mengedarkan pandangannya mencari keberadaan San dan akhirnya menemukan San sedang berjalan kearahnya.

San mulai mendudukkan dirinya. Entah kenapa meskipun ia berkata seperti tadi pada Wooyoung, tapi ia merasa masih cemburu, perasaan ini sangat merepotkan.

"Apa kamu baru saja merokok?"

"Apakah tercium dengan jelas? aku hanya merokok satu batang saja sayang."

Seonghwa mendengus kesal, ia langsung merogoh semua saku pakaian San dan mengambil bungkus rokok itu. Ia mencubit kedua pipi San cukup kencang.

"Sayang hentikan, itu sakit."

"Aku sudah berkata untuk tidak merokok!"

"Aku mengerti, maafkan aku."

Seonghwa dan juga San mengalihkan pandangannya saat mendengar seseorang yang dengan sengaja batuk. Seonghwa dengan cepat melepaskan cubitan tersebut.

Wooyoung tanpa sadar mendendang kaki San dibawah sana karena terlalu kesal melihat kemesraan mereka berdua dan ia menatap San dengan tajam disana.

San menghela nafasnya pelan. Seonghwa dan juga Wooyoung benar-benar memiliki kepribadian yang hampir sama, tapi untuk sekarang ia harus mengontrol emosinya.

"Ayo kita rayakan ulang tahun Eunho!"














"Kalian tinggal lah sebentar disini sampai hujannya mereda setelah itu kalian segera pulang."

Wooyoung mengerucutkan bibirnya, ia tak ingin pulang ia ingin bersama papa dan juga San disini karena ia tak bisa diam saja melihat San bersenang-senang.

"Ini rumah siapa papa?"

"Rumah San. Dulu San bekerja disini untuk menjalankan anak perusahaan dari induk perusahaan di Seoul, setelah ayahnya San pensiun San menggantikan posisi ayahnya."

Eunho yang mendengar itu cukup merasa takjub dengan kerja keras ayahnya Wooyoung, ia berharap jika ia bisa seperti dia menjalankan bisnis keluarganya.

Wooyoung hanya mengangguk paham, ia tak menyangka jika San memiliki rumah yang lain, ini cukup menyebalkan karena ia merasa jika papa nya itu sangat beruntung.

"Kalian bisa memilih kamar dimanapun yang kalian inginkan."

"Ada 2 kamar dilantai bawah dan 1 diatas."

"Jika Eunho membutuhkan sesuatu, kamu katakan saja pada Wooyoung dan untuk Wooyoung, papa ada di kamar atas paling ujung, itu kamar papa dan San."

Eunho mengangguk menjawab perkataan papa nya Wooyoung, bagaimana bisa papa nya Wooyoung sangat baik tapi Wooyoung, sifat dia sangat berbanding terbalik.

Wooyoung menghela nafasnya. Ia menatap ke lantai atas, San, dia langsung pergi ke lantai atas begitu saja, bahkan San juga terus mengabaikannya. Sangat keterlaluan.

Tapi tak masalah, ia tak akan membiarkan San bersenang-senang selama ia ada disini dan ia akan menunjukkan seberapa dekat ia dengan Eunho. Aku akan balas dendam.

"Kalau begitu, papa akan keatas terlebih dahulu. Nikmatilah waktu kalian berdua."

"Terimakasih paman."

Seonghwa mengangguk dan berjalan pergi meninggalkan Wooyoung dan juga Eunho disana. Ia cukup penasaran mengapa San menjadi pendiam, apa dia marah karena ia menyita ponsel dan melarangnya merokok.

Eunho menatap kepergian Seonghwa dan melihat Wooyoung yang mendudukan dirinya di sofa itu. Ia menatap Wooyoung dan mulai duduk disampinnya.

"Meskipun aku membenci ayahmu, tapi dia benar-benar hebat."

"Apa maksudmu?"

"Dia bisa menjalankan bisnis keluarganya, bukankah itu hebat?"

Wooyoung menyandarkan tubuhnya di sofa dan menatap langit-langit rumah tersebut. San memang hebat, terlebih saat dia dapat memuaskan fantasinya itu.

Tapi dibalik kehebatan San, dia orang yang menyebalkan, bukan hanya menyebalkan dia juga seorang bajingan, tapi mengapa ia menyukai bajingan seperti San.

"Jangan terlalu memujinya."

"Kenapa? aku kira jika kamu sangat dekat dengan ayahmu."

Wooyoung mengalihkan pandangannya pada Eunho yang sedari tadi terus menatapnya. Eunho memang baik, tapi dia terlalu menuruti semua keinginannya.

Meskipun ia tau jika Eunho orang yang licik tapi yang ia dengar dari teman-temannya, Eunho akan melakukan apapun untuk orang yang dia cintai. Seperti dia tak masalah jika dia hanya dimanfaatkan saja.

"Dan aku lah orang yang dimaksud itu."

"Kami tak sedekat itu, lagipula aku tak akan terlalu dekat dengannya lagi."

"Karena aku kekasihmu sekarang dan aku tak ingin membuatmu cemburu."

Eunho terkejut dan juga merasa senang secara bersamaan mendengar perkataan Wooyoung, bagaimana tidak, kalimat itu keluar dari mulut seseorang yang ia cintai.

Wooyoung tentu dapat melihat rona merah di wajah Eunho sekarang, entah mengapa dia mudah merona tapi jika dipikir-pikir ia juga mudah merona saat digoda oleh San.

"Ini akan menjadi ulang tahun yang paling berkesan untukku. Aku mencintaimu Woo."















"Hujannya masih belum mereda, ini sudah malam, mungkin kalian bisa pulang besok."

Hujan yang tak mereda itu tentu membuat Wooyoung merasa sangat senang karena San yang tak keluar dari kamarnya, ia jadi tak bisa menunjukkan kedekatannya itu dengan Eunho dan sepertinya San sengaja.

"Wooyoung, tolong panggilan San untuk makan, papa akan menata makanannya."

"Biarkan aku membantu paman menata makanannya."

"Tak perlu, kamu duduk manis saja disana."

Eunho mengangguk dan kembali duduk, ia menatap Wooyoung yang sudah pergi keatas. Entah mengapa ia masih khawatir dengan kedekatan Wooyoung dan ayahnya.

Tanpa mengetuk pintu, Wooyoung langsung membuka pintunya dan berjalan masuk, ia menghentikan langkah kakinya melihat San yang bertelanjang dada disana.

"Tak bisakah kau mengetuk pintu terlebih dahulu? kau benar-benar tak sopan."

"Tch apa peduliku? papa memintaku untuk memanggilmu turun."

Wooyoung sedikit menelan ludahnya. Sial San yang bertelanjang dada dan merokok dengan menggunakan kacamata itu terlihat sangat tampan dan menggoda.

"Kemarilah."

Wooyoung sejujurnya tak ingin menuruti perkataan San, tapi entah mengapa tubuhnya tak mengikuti arahan dari otaknya itu dan malah berjalan kearah San.

San menghembuskan asap rokoknya itu tepat diwajah Wooyoung dan perlahan ia mengusap pipi Wooyoung disana. Mengapa ia masih merasa sangat kesal sekarang.

"Tak bisakah jika hanya aku saja yang memilikimu? aku merasa sangat kesal."

"Ini membuatku cemburu, Wooyoung."

Kink : Sanwoo/WoosanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang