"Papa, selamat pagi."
Seonghwa mengalihkan pandangannya pada Wooyoung yang baru saja turun. Ia berjalan mendekat pada Wooyoung dan perlahan mengusap wajahnya.
"Sudah merasa baikan sayang?"
"Umm, masih sedikit sakit."
"Lain kali berhati-hatilah saat berjalan."
Wooyoung mengangguk dan memeluk papa nya itu. Jika bukan karena San yang memasukkannya dengan kasar, pantatnya tak akan sesakit ini. Ini salah San.
Ia sampai harus ijin tak masuk sekolah selama 3 hari lamanya, bahkan ia tak bisa bergerak dengan bebas selama itu, ia terus merasakan sakit pada pantatnya.
Ia juga berbohong pada papa nya jika ia jatuh saat disekolah yang padahal ia tak pergi ke sekolah sama sekali karena sudah terlalu terlambat untuk pergi ke sekolah.
"Dimana dia?"
"San masih tidur sayang."
Wooyoung mengangguk pelan, pria tua itu benar-benar tak akan bangun jika tak ada yang membangunkannya, meskipun ini hari libur tetap saja dia harus bangun pagi.
"Aku akan membangunkannya!"
"Tak perlu, jangan menganggu tidurnya di hari libur."
"Mengapa?"
"Dia menjadi sedikit sensitif jika ada yang membangunkannya di hari libur."
Wooyoung sedikit mengerutkan dahinya, apakah ada orang seperti itu di dunia ini, sungguh aneh. Tapi meskipun begitu ia akan tetap membangunkan si mesum itu.
"Aku tetap akan membangunkannya!"
"Woo–"
Tak sempat Seonghwa menahan anaknya, dia sudah berlari keatas. Entah apa yang akan terjadi pada Wooyoung, tapi ia akan memukul San jika dia menyakiti anaknya.
Wooyoung langsung membuka pintu kamar San tanpa mengetuknya terlebih dahulu, ia dapat melihat San yang masih tidur nyenyak diatas ranjang disana.
"Hei bangun!!"
Wooyoung menggoyangkan tubuh San dan menepuk-nepuk pipinya dengan cukup kuat. Wooyoung cukup terkejut saat ia melihat San menatapnya dengan tajam.
Wooyoung tersentak saat San tiba-tiba saja menarik tangannya membuat ia terjatuh tepat diatas tubuh San. Ia menatap pada San yang masih menatapnya tajam disana.
"Beraninya kau menganggu tidurku."
San menarik rambut Wooyoung dan mulai mendudukan dirinya. Itu membuat Wooyoung meringis sakit dan terkejut saat San menampar kuat pantatnya disana.
"He-hentikan..."
Seharusnya ini tak menyakiti Wooyoung, tapi karena pantatnya itu masih terasa sakit, San yang terus menampar pantatnya membuatnya merasakan sakit berlebihan.
Wooyoung berusaha menahan tangan San yang masih saja menampar pantatnya itu, tapi bukannya berhasil menghentikan San, tamparannya itu semakin menyakitkan.
Wooyoung membulatkan matanya saat San menurunkan celananya dan kembali menampar pantatnya. Ini terasa perih karena tamparannya itu terkena kulitnya.
"Bocah nakal sepertimu memang tak bisa jika hanya diberi satu kali hukuman saja."
Cukup lama Wooyoung bertahan dengan semua tamparan keras yang San lakukan sampai membuat pantatnya benar-benar terasa panas dan perih.
San berhenti setelah puas melampiaskan kekesalannya pada Wooyoung, ia menatap Wooyoung yang sudah terisak disana dan menatap pantatnya yang sudah memerah.
"Seharusnya kau tak mengangguku."
"Aku sudah berniat untuk melepaskanmu, tapi mengapa kau masih bersikap nakal?"
Wooyoung mulai mengusap air matanya dan menatap kesal pada San disana. San malah mengusap pantatnya itu setelah dia menamparnya sampai itu terasa panas.
"Aku akan mengadu pada papa, sialan!!"
—
San menghela nafasnya pelan dan melirik pada kekasihnya itu yang sedari tadi terus memarahinya tanpa henti. Wooyoung, dia benar-benar mengadu pada Seonghwa.
San sedikit melirik pada Wooyoung disana yang memasang wajah mengejek padanya. Seharusnya ini menjadi hari ia beristirahat tapi bocah nakal itu merusak harinya.
"Apa kau mendengarkanku!!?"
"Iya sayang, maafkan aku."
"Kau sudah membuat anakku menangis! apa kau ingin putus huh?!"
San terkejut dengan perkataan Seonghwa, bagaimana bisa dia mengatakan hal seperti itu padanya hanya karena masalah sepele. Hari liburnya benar-benar hancur.
"Sayang, kamu tau jika aku tak suka saat tidurku diganggu di hari liburku. Kenapa kamu membiarkan Wooyoung–"
"Tapi kamu tak seharusnya menyakiti anakku! Wooyoung sampai mena–"
Seonghwa membulatkan matanya terkejut saat San tiba-tiba saja mencium bibirnya dan itu berlangsung cukup lama sampai ia tersadar ada Wooyoung disini.
San melepaskan ciumannya dan menatap Seonghwa yang sudah diam dengan wajah yang memerah. Menciumnya adalah jalan terbaik agar kekasihnya itu diam.
Sama hal nya dengan papa nya, Wooyoung juga terkejut saat tiba-tiba San mencium papa nya itu dan membuat papa nya diam seketika, bahkan papa nya merona malu.
"Sudah?"
Seonghwa memutar bola matanya malas dan pergi ke meja menata sarapannya, ini menyebalkan saat wajahnya terasa panas karena San menciumnya barusan.
Wooyoung mendengus kesal melihat itu semua, ini cukup menganggunya karena San tak pernah melakukan itu padanya ketika ia marah, dia malah menyiksanya.
"Tunggu... apa? apa yang kau pikirkan Wooyoung!"
Wooyoung dengan cepat menggelengkan kepalanya menghilangkan pikiran-pikiran aneh dari otaknya itu. Benar-benar gila, mengapa ia berharap seperti itu pada San.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kink : Sanwoo/Woosan
Fanfiction"Do you really love me, Daddy?" "Of course, I love you." "Kalau begitu, buktikan padaku jika kamu memang mencintaiku." "Bagaimana aku melakukannya?" "Ceraikan dia dan jadikan aku satu-satunya milikmu." - San : Dominant Wooyoung : Submissive Homophob...