34

1.2K 78 3
                                    

Seonghwa mengerucutkan bibirnya kesal, ia sudah menunggu lebih dari 1 jam tapi San tak juga menampakkan dirinya, padahal dia berkata jika dia sudah sampai.

"Ugh pria itu, apa dia membohongiku?! aku akan memukulnya nanti."

"Siapa yang akan kamu pukul sayang?"

Seonghwa tersentak saat tiba-tiba saja ada yang berbisik di telinganya, ia dengan cepat membalikkan badannya dan langsung disuguhi oleh pelukan hangat dari San.

"Aku sangat merindukanmu sayang."

Seonghwa mendengus kesal, jika San sudah seperti ini ia tak bisa memukulnya. Seonghwa membalas pelukan dari San dan menerima banyak kecupan diwajahnya.

"Ughh Sanie hentikan, banyak orang disini."

San menangkup wajah Seonghwa, melihat bibirnya yang sedari tadi terus mengerucut itu disana. San terkekeh pelan, Seonghwa benar-benar menggemaskan.

"Baiklah-baiklah, aku lapar."

Seonghwa sedikit mengerutkan dahinya. Benar, San tak suka makanan di pesawat karena rasanya jadi terasa aneh, ia pikir San sudah makan sebelum penerbangan.

"Kamu ingin makan apa? mau aku yang memasak atau kita beli makanan?"

"Sejujurnya aku lebih suka masakanmu, tapi karena ini hari libur maka aku tak akan membuatmu bekerja. Jadi, ayo kita pergi membeli makanan."

"Padahal aku tak masalah jika kamu ingin aku memasakkan makanan untukmu."

"Kamu bisa melakukannya esok hari. Apa ada yang ingin kamu makan sayang?"

Seonghwa mendengus kesal, San selalu saja seperti ini, menanyakan apa yang ingin ia makan padahal dia lah yang sedang kelaparan, tapi ia menyukai sifatnya itu.

"Um, aku ingin makan jajangmyeon atau mungkin jjampong juga enak."















Eunho sedikit mengerutkan dahinya melihat Wooyoung yang sedari tadi terus mengecek ponselnya itu, tapi entah kenapa Wooyoung terlihat sangat kesal.

"Woo? apa kamu baik-baik saja? kita baru saja sampai, apa kamu mau istirahat sebentar di cafe atau penginapan terdekat?"

Wooyoung menggenggam ponselnya kuat. Ia tak mengerti kenapa San tak membalas pesannya satupun atau dia memang sengaja melakukannya karena akan bertemu papa.

Tapi sejujurnya ia sedikit takut, ia takut jika nanti San akan marah karena ia datang kemari bersama Eunho. Tapi disisi lain juga ia tak ingin hanya diam saja saat San bersenang-senang bersama papa nya.

"Kita ke cafe saja, hari ini ulang tahunmu bukan? ayo kita rayakan disana."

Eunho cukup terkejut karena Wooyoung mengingat hari ulang tahunnya dan itu berhasil membuatnya sangat senang dan jantungnya yang berdegup dengan cepat.

Wooyoung mengerutkan dahinya melihat rona merah di wajah Eunho, entah apa yang membuat dia merona sekarang, dia terlihat seperti pria yang baik dengan itu.

"Apakah itu cafe yang kamu maksud sebelumnya? yang populer di sns?"

"Umm. Sebelum itu, apa yang kau inginkan sebagai kado dariku?"

Eunho sedikit berpikir, sebenarnya ia tak terlalu membutuhkan kado, itu hanya membuatnya risih saja tapi jika Wooyoung yang memberikannya itu menjadi spesial.

"Ahh benar aku lupa jika kau itu ketua osis, kau pasti akan mendapatkan banyak kado dari penggemarmu."

"Aku tak menginginkan kado dari mereka."

"Lalu kau juga tak ingin kado dariku?"

Eunho menghela nafasnya pelan, ia tentu sangat menginginkan hadiah dari Wooyoung tapi ia tak bisa memikirkan apapun, pikirannya kosong karena ia terlalu senang.

"Aku akan memikirkannya terlebih dahulu."

Wooyoung mengangguk paham. Ia sedikit melirik pada Eunho yang tersenyum lebar disana, ia benar-benar berharap jika Eunho tak meminta sesuatu yang aneh padanya.

Karena mereka yang mengobrol tak terasa jika mereka sudah memasuki subway untuk menuju ke tempat cafe tersebut dan Wooyoung secara tak sadar tidur di bahu Eunho karena terlalu mengantuk.

Eunho menatap Wooyoung yang tertidur di bahunya, ia perlahan mengusap wajah Wooyoung. Selama ini ia selalu mencari perhatian pada Wooyoung, tapi Wooyoung tak pernah sekalipun memperhatikannya.

"Itu lah yang membuatku tertarik padamu, kau selalu mengabaikanku membuatku ingin mengambil semua perhatianmu itu Woo."














"Kamu sudah makan terlalu banyak sayang dan sekarang kamu ingin makan yang lain?"

"Lalu apa yang salah dengan itu?!"

Seonghwa mendengus kesal, tidakkah itu hal wajar untuk seseorang memakan sesuatu yang manis sebagai makanan penutup setelah makan makanan berat.

Tapi San sedari tadi terus saja mengoceh, meskipun ia tau jika San hanya takut ia sakit perut karena terlalu banyak makan, tapi tetap aja ia menginginkannya.

"Baiklah sayang aku mengerti, jangan marah seperti itu, kamu terlihat jelek."

Seonghwa semakin merasa kesal dengan ejekan San padanya, apakah dia baru saja berkata jika ia jelek, bagaimana bisa dia berani berkata seperti itu padanya sekarang.

San terkekeh pelan menerima banyak pukulan yang cukup menyakitkan pada tubuhnya. Ia menahan kedua tangan Seonghwa dengan mengecup keningnya.

"Berhentilah marah sayang, kamu tau jika aku tak akan bisa menolak keinginanmu."

"Kamu pernah menolak untuk menikahiku lebih cepat!"

"Bukankah itu karena aku harus memenuhi syarat dari kedua orangtuamu?"

Seonghwa memutar bola matanya malas, itu memang benar, kedua orangtuanya memberikan syarat pada San dan melihat apa San pantas untuk bisa menikahinya.

San sedikit mengerutkan dahinya melihat Seonghwa yang tiba-tiba terkekeh disana. San mulai memeluk pinggang Seonghwa dan mengecup pipinya.

"Mereka benar-benar menyayangimu, tapi kamu selalu menyakitiku."

"Huh?! apa maksudmu dengan aku yang selalu menyakitimu!!"

"Hm? kamu selalu menyakitiku dengan mengetatkan lubangmu itu sayang."

Wajah Seonghwa mulai memerah sempurna setelah mendengar bisikan dari San. Ia menatap tajam San disana yang hanya terkekeh, bagaimana bisa dia membahas hal seperti itu sekarang.

"Kau–"

Ucapan Seonghwa yang ingin memarahi San terhenti saat ia tak sengaja menabrak seseorang dan itu membuat San terkejut dan menatap Seonghwa dengan khawatir.

"Maafkan aku, aku tak sengaja."

"Sial, tak bisakah kau jalan dengan ben– Wooyoung?"

Kink : Sanwoo/WoosanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang