44

1.1K 77 8
                                    

"Kau bisa datang setelah makan malam."

"Kau tak mengajakku makan malam juga?"

San mulai berjalan turun dari tangga dan menatap kearah dapur. Ia mengerutkan dahinya siapa orang yang duduk bersama Wooyoung itu, jelas dia bukan Seonghwa.

"Aku tak perlu mengajakmu makan malam bersama, aku akan tutup teleponnya."

"Setidaknya katakan jika kau mencintaiku sebelum kau menutup teleponnya sayang."

San menatap kesal pada ponselnya, ia tak mengerti mengapa Mingi selalu bersikap seperti itu padanya. Ia menatap Seonghwa yang datang membawa makanan disana.

"Siapa yang sedang kamu telepon San?"

"Bukan siapa-siapa, hanya orang gila."

"Hei! bagaimana bisa kau menyebutku orang gila sayang?"

Seonghwa menatap pada ponsel San dan langsung merebutnya. Ia melihat nama Mingi dilayarnya, dia akan datang nanti, entah apa yang akan mereka lakukan.

Ia memutuskan sambungan teleponnya itu dan menyimpan ponsel San disakunya. Ia sebenarnya masih membenci Mingi, tapi San dan Wooyoung terus membujuknya dan membuat ia terpaksa melupakan hal itu.

Wooyoung yang melihat papa nya menyita ponsel San itu sedikit kesal. Bagaimana jika nanti San marah padanya kerena kehadiran dan omong kosong yang dibuat Eunho.

Wooyoung berniat untuk menjelaskannya lewat pesan tapi papa itu malah menyita ponsel San, lalu apa yang harus ia lakukan, menerimanya jika San marah begitu?

Eunho menatap Wooyoung yang terlihat kesal dan mengalihkan pandangannya pada San, ia cukup dibuat terkejut saat melihat ayahnya Wooyoung itu tersenyum padanya.

"Apa Eunho akan makan malam bersama kita sayang?"

"Um– aku mengajaknya."

"Baguslah, suasananya jadi ramai."

San mulai merangkul pinggang Seonghwa berjalan kearah meja makan. Jika ada orang lain, suasananya tak akan canggung, meskipun ia tak menyukai Eunho.

Seonghwa sedikit mengerutkan dahinya saat ia mendengar perkataan San, ia pikir San akan merasa kesal dengan kehadiran Eunho, atau ini bagian dari sandiwaranya juga?

"Bagaimana kabarmu Eunho?"

Wooyoung cukup terkejut mendengar San menanyakan kabar Eunho dan apa-apaan dengan senyuman manis itu. San, apa dia tak merasa kesal dengan kehadiran Eunho.

"Tak cukup baik paman karena kekasihku mengabaikanku akhir-akhir ini. Lalu bagaimana kabar paman? apa paman baik?"

"Cukup baik, istriku semakin sensitif, aku pikir dia hamil anakku, itu bagus buk-"

San meringis sakit saat Seonghwa tiba-tiba menyikut perutnya. Ia menatap Seonghwa yang mendengus kesal dengan sedikit rona merah di wajahnya itu. Menggemaskan.

Berbeda dengan Seonghwa yang merona, Wooyoung merasa kesal dengan ucapan San, ia merasa sangat cemburu dan ia ingin mengatakan jika San itu miliknya.

"Aku harap paman Seonghwa bisa hamil, gen dari paman Seonghwa sangat kuat sampai bisa membuat Wooyoung terlihat sangat cantik."

"Tentu saja, itu karena istriku yang cantik."

Seonghwa menghela nafasnya mendengar pembicaraan San dan Eunho, entah kenapa mereka terdengar begitu akrab sekarang seolah mereka tak pernah saling membenci.

Tapi ia lebih suka seperti ini, San memuji dirinya dan membuat Wooyoung cemburu. Seonghwa sedikit melirik pada Wooyoung yang terlihat menahan kesalnya itu disana.

Kink : Sanwoo/WoosanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang