Semakin hari Seonghwa semakin dibuat cemburu oleh kedekatan Wooyoung dan juga San, Wooyoung selalu saja berusaha untuk terus mendapatkan perhatian San.
Mulai dari Wooyoung yang selalu bangun sebelum ia bangun dan membuat sarapan sampai Wooyoung yang juga selalu datang ke kamarnya dan San. Ini menganggunya.
Wooyoung benar-benar sudah berubah, dia juga selalu mengambil waktu San darinya, meskipun San masih memberikan perhatian padanya, tapi ia tetap cemburu.
"Sayang apa kamu tak memasak?"
Seonghwa mengalihkan pandangannya pada San yang baru pulang kerja itu disana, ia mulai memeluknya dengan erat. Ia terus memikirkan tentang Wooyoung.
"Aku ingin makan malam berdua diluar."
"Kenapa hm? sedang banyak pikiran?"
San menatap Seonghwa yang mengangguk disana. Ia tersenyum dan mengecup kening Seonghwa, ia bahkan tau apa yang sedang Seonghwa pikiran sekarang.
"Aku akan mandi terlebih dahulu."
"Tak perlu, kita pergi sekarang."
"Dengan aku yang seperti ini? apa kamu yakin sayang?"
"Kenapa? kamu selalu terlihat tampan."
Seonghwa terkekeh pelan melihat sedikit rona merah di pipi San, entah mengapa sampai sekarang San masih saja merona saat ia memujinya. San benar-benar lucu.
"Kalian mau pergi kemana?"
Seonghwa dan San menatap Wooyoung yang baru saja bangun tidur didepan pintu kamarnya. Seonghwa sebenarnya ingin mengajak anaknya, tapi ia takut cemburu.
"Aku dan papa mu akan pergi makan malam, kamu tunggu dirumah."
"Tidak, aku mau ikut."
"Tak bisa, kamu tetap disini."
Seonghwa menatap anaknya yang sudah mulai mengerucutkan bibirnya itu disana, dia bahkan menghentakkan kakinya itu. Ia mulai sedikit melirik pada San, ia tak tega.
"Papaaa... aku mau ikut."
"Tidak Wooyoung."
Wooyoung menatap San dengan kesal, dia terus-menerus menolaknya, apakah ia akan menggangu jika ia ikut, meskipun itu memang benar, tapi ini keterlaluan.
"San, sepertinya–"
"Tidak sayang, kita akan pergi berdua."
Wooyoung menghentakkan kakinya kesal dan pergi dari kamar San dengan membanting pintu kamarnya itu. San sungguh menyebalkan, ia membencinya.
Seonghwa menghela nafasnya pelan. Entah Wooyoung seperti itu karena ia terlalu memanjakannya atau Wooyoung memang sedang dalam suasana hati yang buruk.
"San..."
"Sudahlah sayang, biarkan saja, aku akan membujuknya nanti."
Seonghwa mengangguk, meskipun ini memang keinginannya untuk pergi makan malam berdua, tapi jika sudah melihat anaknya itu marah, ia merasa bersalah.
San menatap Seonghwa yang terlihat sedih itu disana, Wooyoung benar-benar dapat mempengaruhi suasana hati Seonghwa. Ia harus melakukan sesuatu pada Wooyoung.
Wooyoung meremas pagar balkon kamarnya dengan kuat, mereka benar-benar pergi berdua, bahkan mereka tak membujuknya sama sekali. Ini membuatnya sangat kesal.
Ia berjalan masuk kedalam kamarnya dan mengambil ponselnya. Wooyoung mulai melampiaskan kekesalannya itu dengan mengirimkan banyak pesan pada San.
San yang menatap ponselnya karena tiba-tiba saja banyak notifikasi masuk di ponselnya. Ia mengerutkan dahinya membaca semua pesan dari Wooyoung.
"Anak nakal ini benar-benar. Aku akan menghukumnya dengan berat."
Seonghwa mengerutkan dahinya menatap San yang fokus pada ponselnya itu dan mengapa San terlihat seperti sedang kesal. Apa yang membuat San kesal sekarang.
"San? ada apa?"
"Hm? tak ada sayang."
San memasukkan ponselnya kedalam saku dan tersenyum manis pada Seonghwa. Ia akan menghukum anak nakal itu sepulang makan nanti, beraninya dia mengumpat.
—
"Kamu suka makanannya tadi sayang?"
Seonghwa mengangguk kepalanya senang, tak hanya membawanya pergi ke restoran bernuansa romantis, San membawanya pergi jalan-jalan ke beberapa tempat juga.
San sedikit mengusakkan rambut Seonghwa, ia benar-benar senang melihat suasana hati Seonghwa sudah membaik. Sekarang waktunya ia memberi seseorang hukuman.
"Terimakasih San, aku benar-benar senang dan sekarang aku sangat lelah."
"Istirahatlah, aku ingin merokok sebentar."
"Ingat, jangan terlalu banyak Sanie."
San mengangguk dan mengecup bibir Seonghwa. Ia berjalan keluar kamar dan langsung menuju ke kamar Wooyoung yang berada dipaling ujung lantai dua ini.
San masuk kedalam kamar Wooyoung dan ia mengerutkan dahinya melihat Wooyoung yang tertidur, sepertinya dia mengantuk saat sedang bejalar dan tertidur.
San menatap ponsel Wooyoung yang masih menyala, bagaimana bisa itu masih menyala. Ia mengambil ponselnya dan mulai membuka galeri di ponselnya itu.
"Wooyoung sangat cantik, tidakkah dia suka berfoto sama seperti papa nya."
San dibuat erkejut saat ia melihat isi galeri Wooyoung, ia menggulir galerinya kebawah, ini benar-benar gila, bagaimana bisa semua isi galeri Wooyoung seperti ini.
San sedikit menyeringai, ini memang gila dan ia suka kegilaan Wooyoung. Ia menatap pada Wooyoung yang masih tertidur, ini jadi membuatnya terangsang.
Ia mulai mengirimkan semua gambar dari galeri Wooyoung ke ponselnya, bahkan tak hanya gambar saja, ada video juga. Ia akan menonton semua video nya ini nanti.
San kembali meletakkan ponsel Wooyoung diatas meja saat ia melihat Wooyoung bergerak disana. Ia bahkan tak menyangka jika Wooyoung memiliki hobi segila ini.
"Umm? daddy?"
Wooyoung menatap kearah San, ia menarik tangan San dan memeluk pinggangnya. Wooyoung sedikit menggusakkan wajahnya itu diperut San.
"Daddy kenapa lama sekali? aku sudah sangat merindukan daddy."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kink : Sanwoo/Woosan
Fanfiction"Do you really love me, Daddy?" "Of course, I love you." "Kalau begitu, buktikan padaku jika kamu memang mencintaiku." "Bagaimana aku melakukannya?" "Ceraikan dia dan jadikan aku satu-satunya milikmu." - San : Dominant Wooyoung : Submissive Homophob...