"Da-daddy tunggu sebentar... mmhhh–"
Mengabaikan ucapan Wooyoung, San terus mengecup leher Wooyoung tanpa henti. Ia mulai menggigit pundak Wooyoung dan juga menghisapnya dengan cukup kuat.
Wooyoung mengigit bibir bawahnya. San benar-benar tak pernah mendengarkan apapun yang ia katakan, dia malah terus menghisap dan meninggalkan beberapa tanda keunguan di pundaknya itu.
"Hmhhh daddy... hentikan ki-kita makan terlebih dahulu."
San berhenti sejenak dan mulai menatap wajah Wooyoung yang sudah memerah, ekspresi yang dibuat Wooyoung membuat nafsunya benar-benar memuncak.
"Aku mengerti sayang, lagi pula aku tak akan melakukannya."
Wooyoung sedikit mengerutkan dahinya, apa yang San maksud dengan tak akan melakukannya, apakah dia tak akan melakukan sex dengannya sekarang. Tapi mengapa, ia bahkan menginginkannya.
"Kemarilah."
Wooyoung mengerucutkan bibirnya, ia berjalan mendekat pada San dan langsung mendudukan dirinya disamping San. Ia memeluk San dan bersandar di dadanya.
"Kenapa? tak masalah jika melakukannya sekali saja daddy."
"Apa kamu yakin aku bisa melakukan sex hanya satu kali saja? butuh waktu yang cukup lama untuk aku merasa puas sayang."
Wooyoung semakin memajukan bibirnya, memang mustahil untuk San melakukan sex dengan hanya keluar 1 kali saja, lagi pula mengapa San memiliki nafsu sebesar itu.
"Tapi dad–"
"Permisi, saya ingin mengantar pesanan atas nama tuan Choi San."
Wooyoung mendengus kesal karena pelayan yang memotong ucapannya. Ia menatap sinis pada pelayan yang sudah masuk dan mulai menata makanannya itu diatas meja.
"Apa saya melakukan kesalahan tuan?"
San menatap bingung melihat pelayan itu yang bertanya kepada Wooyoung. Ia mulai menatap Wooyoung yang ternyata sedang menatap tajam pada pelayan itu disana.
Wooyoung tak menjawabnya pertanyaan pelayanan itu dan hanya berdecih dengan mengalihkan pandangannya pada San, ia kembali memeluk San dengan erat.
"Kau melakukannya dengan baik. Kau bisa pergi sekarang dan ini tip untukmu."
"Terimakasih tuan. Saya permisi, selamat menikmati makanannya."
San menatap pelayan itu yang membungkuk dan keluar dari ruangan ini. Ia kembali menatap Wooyoung yang masih terlihat kesal disana, apa yang membuatnya kesal.
"Kenapa sayang?"
"Aku kesal karena dia memotong ucapanku!"
San mengecup bibir Wooyoung yang terus mengerucut sedari tadi. Wooyoung selalu bersikap kekanak-kanakan, entah itu saat dia bersamanya atau bersama Seonghwa.
"Sudahlah sayang, bukanlah kamu lapar?"
"Ung..."
"Makanlah, aku memesan beberapa menu yang sepertinya kamu akan menyukainya."
"Ung!!"
Disaat San dan Wooyoung sedang menikmati makanan mereka, ponsel Wooyoung tiba-tiba berdering. Wooyoung melirik pada ponselnya, itu panggilan telepon dari Eunho.
"Sial, dasar pengganggu!"
"Angkat saja sayang."
Wooyoung menatap ragu pada San, tanpa San mengatakannya juga dari tatapan San melihat panggilan telepon Eunho itu sudah terlihat jelas jika San merasa kesal.
Wooyoung mengangkat teleponnya dan ia dengan sengaja menyalakan speakernya. Ia menatap San yang berjalan pergi ke tempat minuman beralkohol itu dipajang.
"Halo sayang? apa kamu sudah sampai dirumah? kenapa tak menghubungiku?"
Wooyoung menatap tajam pada ponselnya, bagaimana bisa dia masih memanggilnya dengan sebutan seperti itu. Wooyoung mengalihkan tatapannya itu pada San yang hanya tersenyum manis padanya disana.
"Aku tak menyangka jika hubungan kalian sudah sejauh itu."
Wooyoung merasa tak nyaman dengan bisikan sarkas dari San, bahkan nadanya terdengar dingin dengan San yang mulai menegak vodka itu disana. Menakutkan.
"Sayang? apa kamu masih disana? kenapa kamu hanya diam saja?"
San semakin merasa kesal mendengar suara Eunho yang terus memanggil milikknya dengan sebutan sayang. Eunho, dia selalu membuatnya merasa dongkol sejak awal.
"Say–"
Wooyoung dengan cepat memutuskan sambungan teleponnya itu, ia tak kuat melihat San yang semakin menunjukkan ekspresi marah, itu membuatnya takut.
"Kenapa dimatikan?"
"Aku– aku tak mau berbicara dengannya!"
"Begitukah? aku tak–"
"Ayo kita pergi jalan-jalan lagi daddy! aku sudah kenyang dan aku ingin beli eskrim."
Wooyoung dengan cepat menarik tangan San dan berjalan keluar dari ruangan tersebut. Ia harus melakukan sesuatu agar San tak mengingat perkataan Eunho tadi.
Ia berjalan masuk kedalam lift dan masih menarik tangan San untuk masuk juga. Ia benar-benar akan memukul si sialan Eunho itu, karena dia sudah merusak suasananya.
"Disini juga ada eskrim, kamu bisa–"
"Tak mau! aku ingin makan eskrim sambil jalan-jalan!"
San menghela nafasnya. Ia sulit mengontrol eskpresi wajahnya, jika saja bajingan kecil itu tak memanggil Wooyoung dengan panggilan seperti itu, ia mungkik tak akan merasa kesal dan cemburu seperti sekarang.
"Apa yang sedang daddy lakukan?"
"Sekertarisku mengirimkan beberapa file, aku sedang memeriksanya."
Wooyoung hanya mengangguk, ia tak terlalu paham dengan hal seperti itu. Tapi, Wooyoung menatap kebawah, tepatnya kearah penis San yang terbalut celana itu.
"Aku paham cara memuaskan San."
San terkejut saat Wooyoung tiba-tiba saja memegang penisnya. Ia mulai menatap Wooyoung yang tersenyum disana, dia bahkan paham untuk membelakangi cctv.
"Ini mengeras daddy."
"Tentu saja itu akan mengeras karena kamu menyentuhnya sayang."
Wooyoung mengerucutkan bibirnya dan sedikit mendekat pada San. Padahal San mudah mengeras tapi bagaimana bisa San menahannya dan tak menyentuhnya.
San mengecup bibir Wooyoung yang sudah kembali mengerucut itu disana. Entah apa lagi yang membuat Wooyoung sampai mengerucutkan bibirnya itu sekarang.
"Sekarang apa alasanmu mengerucutkan bibirmu itu dihadapanku hm?"
"Daddy sungguh tak mau melakukannya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kink : Sanwoo/Woosan
Fanfiction"Do you really love me, Daddy?" "Of course, I love you." "Kalau begitu, buktikan padaku jika kamu memang mencintaiku." "Bagaimana aku melakukannya?" "Ceraikan dia dan jadikan aku satu-satunya milikmu." - San : Dominant Wooyoung : Submissive Homophob...