Judul : Gadis rambut pirang
Karya : Fathul Mubin"Hah..."
Membosankan. Rasanya ingin mati saja. Selalu mencemaskan segala hal di tengah malam itu menggelikan bukan? Tapi, aku rasa itu wajar. Selagi masih muda, pikiran seperti ini pasti datang. Uang kontrakan ya? Di tengah kota Metropolitan seperti ini... uang sangatlah langka. Pengangguran sepertiku, seharusnya mati saja bukan?Aku duduk, di dalam kamar kontrakan sempit dan segala barang di sini semrawut. Mirip kapal pecah. Botol-botol bir berserakan. Karena hari ini aku tidak punya uang, tidak ada hari minum bir. Sekedar membeli putung rokok saja tidak mungkin. Kosong. Aku tarik isi saku celana, kutemukan koin seratus perak, peniti, dan silet. Hanya itu. Lalu... Tanda nama, atas nama Han Albertian. Itu namaku. Laki-laki pengangguran yang dibuang, kacau, dan memusingkan hari esok.
Angin malam hari ini sejuk. Kruuukkk! Perutku keroncongan. Sejak siang aku belum makan apapun, hanya minum kopi sachet yang tersisa. Aku sudah tidak tahan! Apa Tuhan tidak mau membantuku? Ergh! Aku memegang kepala, merapatkan gigi. Marah atas semua hal. Terpejam kedua mataku, sulit menerima kenyataan hidupku sekarang ini. Seseorang... tolong aku! Aku tidak mau mati seperti ini! Apa sesulit ini menjalani kehidupan? Kubuka singkap mataku, menatap silet yang sempat aku jatuhkan tadi. Kalau aku sayat urat nadi tangan kiri, aku langsung mati kan? Apakah kematian itu menyenangkan atau menyakitkan? Apakah surga dan neraka itu ada? Jika begitu, apa artinya kehidupan sulit ini kalau masih ada kehidupan lain yang jauh lebih sulit? Tapi... untuk orang sepertiku... Neraka juga bukan tempat yang harus dipermasalahkan kan? Aku terkekeh. Geleng-geleng menilai konyolnya kehidupan.
Aku mengambil silet barusan. Seharusnya aku sudah mati kemarin. Tidak ada yang peduli seorang buronan sepertiku. Siapa yang peduli? Aku tidak memiliki keluarga sama sekali di sini. Tidak ada yang menjenguk jasadku nanti selain polisi. Lucu sekali. Andai beberapa tahun lalu, aku tidak besar harapan merantau di kota Jakarta. Pasti hidupku akan terus bahagia bersama kakek di desa. Apakah kakek masih hidup? Apapun itu... AKU TIDAK TAHAN LAGI!
"TUHAN! KIRIM AKU KE NERAKA? PUAS?!" seruku menatap langit-langit. Selesai berteriak, aku menunggu. Entahlah. Menunggu malaikat maut mungkin? Melihat diriku memegang silet, entah kenapa aku merasa kalau aku tidak sendiri. Ada malaikat maut di dekat sini. Atau hanya perasaanku? Bahkan, malaikat maut hanya menatapku! Malaikat maut enggan membantuku dari situasi ini!
Kusandarkan kepala ke dinding. Mendongak sambil memejamkan mata. Tangan kananku bergetar, siap menyayat urat nadi tangan satunya. Aku yakin, aku mati hari ini! Aku jamin itu! Aku muak dari dulu selalu gagal bunuh diri! Tuhan, aku bahkan tidak berguna di alam manapun kan? Inikah garis takdir-Mu? Aku lelah. Tiba-tiba, sekelebat bayang wajah seseorang muncul begitu saja di dalam kepalaku! Wajah laki-laki itu. Selalu muncul ketika aku ingin mengakhiri hidup. Laki-laki yang aku bunuh setahun lalu. Temanku. Teman kerjaku dulu. Aku mengubur jasadnya di suatu tempat. Sepertinya dia ingin menyiksaku di neraka. Tidak! Aku tidak mau disiksa temanku itu! Silet itu aku lempar. Aku tidak mau mati seperti ini! Ini kematian yang pasif! Aku perlu cara lain agar kematianku berkesan!
KAMU SEDANG MEMBACA
S T E V A - Horror Story (TERBIT BUKU)
HorrorStevanya - Steva (Bisa berubah jadi anak kecil) Stevanya adalah gadis remaja rambut kepang dua blonde yang selalu terlihat di hutan. Kecantikannya selalu meluluhkan hati para lelaki. Mengencani beberapa lelaki, berujung hilang tidak pernah kembali...