Judul : Setengah Jiwaku Pergi
"Stevanya, adikku. Aku terbayang-bayang tentangmu. Kakakmu masih menunggumu pulang. Bagaimana kabarmu? Aku harap baik-baik saja. Aku yakin kamu masih hidup.
Aku rindu.
Dan kakak akan terus mencarimu."
-Gress Sinca-* * *
"Bun, nanti langsung pulang kan?"
Ini aku. Gress. Anak perempuan bunda Cresylin. Baru menginjak usia 15 tahun. Kalian tahu rasanya gak sih? Jadi anak dari ibu seorang pengacara super sibuk? Seperti sekarang ini, aku duduk di mobil. Di sebelah bunda. Bahkan, ketika lampu merah, perhatian bunda tertuju pada gadget. Aku sebal sebenarnya. Pertanyaanku dijawab anggukan. Bunda enggan menatapku sebentar saja.Aku berdengkus. Ikut otak-atik ponsel. Semua membosankan. Setelah bunda menjemputku di sekolah, selalu saja seperti ini. Mending aku tetap di sekolah, ketawa-ketawa bersama geng sahabat. Kalau bunda? Mendengar keseruan aktivitas sekolahku saja gak mau. Apalagi ketawa. Papa? Bunda sudah pisah sama papa tiga tahun yang lalu. Rindu sih sama papa. Papa orangnya humoris.
Aku melamun. Bete membalas pesan chat yang gitu-gitu doang, Menyandarkan kepala pada kaca. Mengamati sekitar. Lampu merah lama sekali sih! Eh! Aku lihat pengamen cilik cantik menghampiri beberapa mobil. Seriusan? Pengamen cantik dan imut itu panas-panasan di jalan? Rambutnya pirang, dikepang indah. Kapan ya bunda mengepang rambutku seperti anak itu? Wah, ia mendekati mobil bunda!
Tok! Tok! Tok!
Anak perempuan itu mengamen menggunakan gitar ukulele pink. Lucunya. Aku mendengarkan nyanyian merdunya. Lagu yang aku suka, Memories - Maroon 5 . Sampai aku lupa kalau ia terus mengetuk kaca mobil arah bunda. Aku menoleh, Kaca mobil sudah bunda buka. Tampak bunda semringah, menyentuh pipi anak cantik itu. Aku iri.
"Anak manis. Siapa namamu?" tanya bunda lemah lembut. Mengusap rambut pirangnya. Kalau aku pikir-pikir... anak pengamen itu memiliki warna rambut yang sama dengan bunda. Aku baru sadar.
"Stevanya."
Nama pengamen cantik itu Stevanya. Nama yang nyentrik dan keren. Dari mana ia? Siapa yang menyuruhnya mengamen? Ia menatapku dengan bola mata berkilap. Pupil mata biru."Nama yang cantik. Seperti kamu. Nih, saya kasih seratus ribu ya. Mana teman-teman kamu?" Bunda perhatian sekali.
Stevanya geleng-geleng. Bunda terdiam maklum. Kata bunda, "Kamu tinggal di mana?"
Lama sekali Stevanya terdiam. Terus memainkan gulungan uang seratus ribu. Ia tidak tahu betapa berharganya mendapatkan uang sebesar itu. Aku aja cuman dikasih uang jajan tiga puluh lima ribu. Bunda pilih kasih! Kemudian Stevanya menunjuk seberang jalan. Aku dan bunda mencari tempat itu. Tidak ada apa-apa. Hanya toko-toko baju. "Di panti asuhan ujung jalan sana tante. Jangan ke sana tante. Orangnya galak." Stevanya baru menjawab.
"Oh ya? Masa galak?" Malah bunda semakin tertarik.
"Iya tante. Terima kasih tante!" Senyum lebar Stevanya mengembang indah. Anak yang malang.
KAMU SEDANG MEMBACA
S T E V A - Horror Story (TERBIT BUKU)
HorrorStevanya - Steva (Bisa berubah jadi anak kecil) Stevanya adalah gadis remaja rambut kepang dua blonde yang selalu terlihat di hutan. Kecantikannya selalu meluluhkan hati para lelaki. Mengencani beberapa lelaki, berujung hilang tidak pernah kembali...